Mohon tunggu...
Fahri Rizal
Fahri Rizal Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Tiba-tiba Hari Ibu"

22 Desember 2015   06:03 Diperbarui: 22 Desember 2015   07:38 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat Hari Ibu ma, bu, mom, mi, kata ini menjadi sering kita dengar ketika moment tersebut sudah datang pada kehidupan kita, secara umum pemuda selalu merayakannya dengan mengucapkan, memberi hadiah, membaca doa, memberikan harapan, bagi kado, bagi bunga, dll. Itu tidaklah salah tapi bagi saya dengan melihat fenomena tersebut hal itu terlalu sederhana dan sangatlah berantakan.

Kita tidak menyadari bahwasanya Ibu sebagai Perempuan seharusnya memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan masyarakat, sayangnya masih banyak perempuan atau bahkan laki-laki yang tidak memahami bahwasannya perempuan hari ini memiliki problem yang sangat kompleks, bahkan sudah jarang perempuan yang berani menentang penindasan dan ketidak adilan yang ada dilingkungannya sampai pada negara. 

Ini hal yang wajar, karena semenjak rezim ordebaru berkuasa nafas sesungguhnya dari perempuan yang bisa menjadi salah satu ujung tombak dalam perjuangan sudah dimatikan dan dibasmi oleh doktrin orde baru, profil perempuan yang difigurkan hanyalah profil perempuan yang selalu nomor 2, perempuan yang selalu dianggap lemah, dan bahkan masih banyak rekayasa yang menjijikkan. 

Bangkitlah, bangunlah, karena Ibu bukan hanya identik dengan kasih sayang, kecantikan, tapi lebih dari itu karena Ibu merupakan perempuan sudah selayaknya kita menilai bukan sekedar dari fisik dan perilakunya, tapi lebih mengedepankan pemikiran dan apa yang dia lakukan, ahhh inilah sebuah pesan dari seorang Perempuan yang disebut Ibu.

 

Pesan Sang Ibu

Karya : Wiji Thukul

 

Tatkala aku menyarungkan pedang

Dan bersimpuh diatas pangkuannya

Tertumpah rasa kerinduan ku pada sang ibu

 

Tangannya yang halus mulus

Membelai kepala ku...

Tergetarlah seluruh jiwa raga ku

Musnahlah seluruh api semangat juangku

 

Namun sang ibu berkata....

Anakku sayang, apabila kaki sudah melangkah 

Di tengah padang........

Tancapkanlah kaki mu dalam-dalam

 

Dan tetaplah terus bergumam

Sebab, gumam adalah mantra dari dewa-dewa

Gumam mengandung ribuan makna

Apabila, gumam sudah menyatu dengan jiwa raga

Maka gumam akan berubah menjadi teriakan-teriakan

Yang nantinya akan berubah menjadi gelombang salju yang besar

Yang nantinya akan mampu merobohkan istana yang penuh kepalsuan

Gedung-gedung yang di huni kaum munafik

 

Tatanan negeri ini sudah hancur, Anakku...

Dihancurkan oleh sang penguasa negeri ini

Mereka hanya bisa bersolek di depan kaca

Tapi, membiarkan punggungnya penuh noda

Dan penuh lendir hitam yang baunya kemana-mana

 

Mereka selalu menyemprot kemaluannya

Dengan parfum luar negeri

Di luar berbau wangi, didalam penuh dengan bakteri

 

Dan HEBAT_nya....

Sang penguasa negeri ini, pandai bermain akrobatik

Tubuhnya mampu dilipat-lipat

Yang akhirnya pantat dan kemaluannya sendiri

Mampu dijilat-jilat....

 

Anakku....Apabila pedang sudah kau cabut

Janganlah surut,janganlah bicara soal menang dan kalah

Sebab, menang dan kalah hanyalah mimpi-mimpi

Mimpi-mimpi muncul dari sebuah keinginan

Keinginan hanyalah sebuah khayalan

Yang hanya akan melahirkan, harta dan kekuasaan

Harta dan kekuasaan hanyalah balon-balon sabun

Yang terbang diudara...

 

Anakku, asahlah pedang

Ajaklah mereka bertarung ditengah padang

Lalu....Tusukkan pedangmu ditengah-tengah selangkangan mereka

Biarkan darah tertumpah dinegeri ini...

Satukan gumammu menjadi REVOLUSI

 

Mari kita bergandeng tangan, belajar, dan berjuang bersama untuk membangun Perempuan yang membawa perubahan!

sambil dengerin lagu,

Difficult and Hard - Our Mother ... 

 

22 Desember 2015 6:03.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun