Mohon tunggu...
Susilo Adi Pratomo
Susilo Adi Pratomo Mohon Tunggu... Guru - Guru BK SMAN 1 Mejobo

Guru dan Entepreuner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Kolaborasi Mewujudkan Iklim Kondusifias Sekolah

16 Maret 2024   14:47 Diperbarui: 16 Maret 2024   14:52 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Iklim keamanan sekolah senantiasa menjadi isu yang layak digaungkan di berbagai diskusi, hal ini juga semakin memberi makna pentingnya assessment nasional yang dapat memotret bagaimana kondisi iklim keamanan sekolah beserta sub bagiannya yang sering kita dengar yaitu kesejahteraan psikologiis, sekolah tanpa perundungan dan sekolah yang aman dan nyaman sebagai taman-taman belajar. Aspek-aspek tersebut dalam iklim keamanan sekolah sudah barang pasti bukanlah usaha satu atau dua individu saja melainkan seluruh pihak yang berada di dalam sekolah sehingga mampu menciptakan sebuah kondisi nyaman untuk menjadi lingkungan belajar bagi semua orang. 

Kondisi iklim keamanan ini menjadi sebuah perhatian bersama bagi seluruh warga yang memiliki cita-cita mewujudkan lingkungan yang aman nyaman untuk tumbuh kembang seluruh civitas akademika di sekolah. Usaha dari berbagai elemen di sekolah menjadi kesepakatan bersama karena kita sadar bahwa sebuah cita-cita luhur penciptaan kondusifitas lingkungan untuk seluruh warga sekolah adalah usaha bersama bukan usaha masing-masing individu saja

Maka dari itu dengan bermodalkan kesepakatan untuk berkolaborasi seluruh elemen di sekolah baik ranah manajerial, pelaksana lapangan, hingga para murid yang berada di sekolah memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing untuk penciptaan lingkungan yang kondusif

Situasi

➢ Kondisi yang melatarbelakangi 

Kondisi yang ada terutama pada raport pendidikan 2023 dapat dilihat dari skor-skor yang muncul ada yang turun terkhusus untuk kondisi kesejahteraan psikologis dan perundungan di sekolah. Selanjutnya kondisi yang ada secara detail juga dipotret melalui assessment guru BK dalam mengukur tingkat kesejahteraan psikologis peserta didik Pada setiap tahun ajaran yang dapat dilihat kenaikan atau penurunan skornya

Pada isu tentang bullying didapati hasil dimana Murid di sekolah juga didapati pengalaman bullying di sekolah asal yang menyentuh angka lebih dari 50%. Problematika ini menarik penulis untuk mengembangkan layanan pendidikan secara komprehensif dan kolaboratif untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Para guru juga meyakini bahwa transpormasi pemberlakuan disiplin positif membutuhkan waktu dan kolaborasi agar warga sekolah semakin paham hinga menjalankan budaya disiplin positif, zero punnisment dan mengedepankan restitusi kepada para murid.

➢ Alasan Praktik Baik 

Alasan praktek baik ini kami susun adalah untuk memotivasi diri penulis hingga dapat memberikan penularan kepada para pihak yang berkomitmen untuk mewujudkan iklim keamanan sekolah yang kondusif untuk taman-taman belajar para murid. Penulis berkesimpulan bahwa usaha mewujudkan iklim yang kondusif di sekolah adalah usaha kolaboratif yang perlu dipimpin dan dilestarikan bersama. Para guru juga tidak dapat bergerak sendiri melainkan harus menggandeng para murid bersama menjadi subjek penentu penciptaan iklim yang kondusif di sekolah. Secara grafik pemikiran penulis dalam mencurahkan tulisan sebagaimana bagan 1 berikut ini.

  

Tujuan Praktik Baik 

Tujuan praktik ini  didasarkan akan kontemplasi dan diskusi dengan pihak-pihak terkait di sekolah yang paling dalam dapat disimpulkan bahwa iklim keamanan sekolah adalah kunci bagi para murid untuk bertumbuh dan berkembang secara optimal, para murid akan nyaman berada di sekolah, merasa menjadi keluarga yang dihargai sehingga dapat mewujudkan kesuksesan yang masing-masing sesuai dengan potensi diri yang dimiliki. Secara khusus tujuan ini menyasar dalam optimalisasi well-being, passionate restitusion dan zero bulying

Tantangan

Tantangan atau kendala yang dihadapi oleh penulis yang pertama adalah dinamika perkembangan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang digunakan dalam kurikulum merdeka belum sepenuhnya dipahami oleh bapak ibu guru yang memberikan layanan pendidikan di sekolah. Konsep-konsep seperti penghargaan akan individu peningkatan kesejahteraan psikologis peniadaan hukuman dan usaha bersama menanggulangi bullying menjadi pekerjaan rumah bersama secara bertahap untuk diselesaikan. Keadaan ini membawa tantangan kepada penulis untuk merangkul semua pihak bersatu padu mewujudkan suasana kondusif di sekolah

Ketika melakukan aksi di mana bapak ibu guru yang bertugas di depan halaman sekolah memiliki pengalaman klasik di mana dapat dijumpai para siswa yang bisa dikatakan telat berkali-kali dan pada tahap ini Bapak Ibu ditantang semakin sabar memberikan pendekatan secara humanis kepada para siswa. kesabaran ini menjadi sebuah tantangan untuk Istiqomah menjunjung tinggi kesepakatan yaitu zero punishment hingga mengubahnya menjadi passionate restitution.

Sedangkan untuk para siswa konselor sebaya tantangan yang mereka hadapi adalah ada beberapa murid yang dirasa menilai mereka adalah anak-anak yang sok hebat sok keren sehingga mungkin hal itu dirasakan membuat kuping gatal oleh anak-anak, namun mengeluh adalah salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi ketegangan setelah kita berdiskusi lebih lanjut para siswa juga kembali dapat berperan aktif untuk usaha penanggulangan bullying di sekolah.

Strategi yang diterapkan 

Strategi yang diterapkan berbasis pada kolaborasi dan optimalisasi aset-aset sekolah terutama aset manusia di SMA Negeri 1 Mejobo. Penulis yang juga merupakan ketua komunitas belajar  (kombel) Sukses Belajar Sajoku memiliki peran strategis serta kewenangan untuk mengumpulkan semua pihak mengajak bersama mewujudkan iklim sekolah yang kondusif, maka dari itu pertemuan rutin komuitas belajar secara rutin dilaksanakan guna berdiskusi bersama melaksanakan program.

Pemberdayaan SDM

Pemberdayaan SDM ini dapat dijabarkan menjadi beberapa hal terkait peran dan kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut :

  • Diskusi dengan bapak kepala sekolah bersama wakil kepala sekolah merencanakan program
  • Membagi kelompok-kelompok bapak Ibu Guru melaksanakan diskusi penciptaan iklim kondusif sekolah
  • Mengoptimalkan peran guru bimbingan konseling dalam menyusun asesmen kesejahteraan psikologis hingga melaksanakan layanan konseling untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis murid di sekolah.
  • Mengumpulkan personel STP2K di sekolah untuk senantiasa memberikan layanan yang berorientasi pada memandirikan, murid berubah sesuai dengan potensinya. Pada tahun ajaran ini kami bersepakat meniadakan hukuman, memberikan bimbingan kepada siswa yang melanggar kesepakatan sekolah serta secara humanis memberikan layanan pendidikan kepada para siswa
  • Memberikan ruang diskusi seluruh perwakilan kelas meyuarakan tentang keadaan kelas serta uoaya bersama dalam membangun disiplin positif di sekolah.
  • Para murid yang tergabung di OSIS dan MPK didorong untuk mempromosikan sekolah menjadi taman-taman yang indah untuk belajar, melek akan bullying, bebas narkoba dan menggaungkan kesehatan reproduksi
  • Memilih agen perubahan sebagai konselor teman sebaya untuk membantu sekolah menyelesaikan kasus bullying dari pencegahan hingga kuratif.
  • Memberikan pelatihan secara berkala kepada para agen perubahan sembari memantau progress yang dimiliki dengan setiap kasus bullying yang sedang dan dalam penanganan.
  • Mengoptimalkan peran komunitas belajar dalam memantau perkembangan program dan refleksi bersama untuk memperbaiki program yang telah berjalan.


Aksi

image : Susilo Adi (SK Lindumala)
image : Susilo Adi (SK Lindumala)

Langkah-langkah yang dilakukan berdasarkan peran dan tanggung jawab masing-masing dalam program. Strategi kolaboratif antara guru dan murid menjadi ujung tombak semua program yang dilaksanakan. Guru dan murid memiliki peran dalam merencanakan , melaksanakan dan merefleksikan perbaikan program. Secara pribadi penulis sebagai guru BK menyusun asesmen diagnostic serta menjalankan perannya sebagai usaha meningkatkan well-being atau kesejahteraan psikologis para murid.

Pertemuan dengan Bapak Ibu Guru untuk berdiskusi dilaksanakan secara rutin setiap hari jumat pukul 13.00-14.30  untuk membicarakan isu, melaporkan kejadian, mendiskusikan pemecahan masalah hingga merefleksikan hasil perbaikan. Proses ini menjadi salah satu perbedaan mendasar program pada kurikulum sebelumnya dengan kurikulum sekarang yang sangat mengutamakan kolaborasi.

Pertemuan dengan OSIS, MPK dana gen perubahan konselor sebaya juga dilaksanakan seminggu sekali bersamaan dengan usaha pembimbingan organisasi kesiswaan . dalam pertemuan ini para murid yang diajak berkolaborasi melaporkan hasil-hasil kerja yang dilaksanakan selama 1 minggu. Proses diskusi dengan murid membawa iklim kondusif saling meberikan semangat untuk bermanfaat untuk diri hingga orang lain.

Proses aksi implementasi 

Hasil dari aksi yang telah dilakukan oleh bapak ibu guru yang paling konkret adalah sekarang tidak ada lagi hukuman yang diberikan kepada para siswa telat atau melanggar kesepakatan kelas, selanjutnya bapak ibu guru juga secara berangsur-angsur dapat mulai terbiasa membangun komunikasi dua arah dengan para murid hingga menyusun sebuah restuti bersama berdasar pada passion murid yang ingin dikembangkan (passionate restitution).

Selanjutnya untuk usaha penanggulangan bullying apabila dicermati ternyata para murid di sekolah sudah dari awal mengalami tindak bullying, itu dirasakan serta membekas hingga sekarang, semakin banyak agen perubahan bekerja semakin mereka tahu dunia bullying di sekolah.  Hal ini menjadi PR bersama bukan berarti usaha penanggulangan bullying itu tidak sukses namun ketidaktahuan-ketidaktahuan para murid akan bullying semakin meningkat, usaha untuk membukanya semakin meningkat, dan tantangan yang dihadapi oleh para agen perubahan sekaligus guru juga semakin meningkat. Hal ini menjadi lampu hijau yang indah karena upaya penanggulangan bullying semakin menunjukkan hasilnya. Penulis menyadari bahwa bullying merupakan salah satu dosa di pendidikan bersifat seperti fenomena gunung es yang tampak di permukaan kecil namun sebenarnya di dalamnya luar biasa banyaknya.

Dalam aspek well-being penulis juga berhasil mengembangkan aplikasi pengukur wellbeing sehingga dengan mudah mengetahui kategori kesejahteraan psikologis para murid. Dari data ini penulis memanggil para murid yang memiliki tingkat kesejahteraan psikologis rendah, memberikan layanan yang sesuai salah satunya konseling kelompok. Secara ilmiah penulis juga mengukur tingkat keberhasilan peningkatan kesejahteraan psikologis para murid menggunakan konseling kelompok. Penulis menggunakan  uji Wilxocon untuk mengukur keberhasilan konseling dan didapatkan hasil peningkatan kesejahteraan psikologis pada konseling kelompok Well-Being Therapy (Z = -2.36, p<0.05), konseling kelompok Cognitive Behavior Therapy (Z = -2.36, p<0.05), dan bimbingan kelompok tugas well-being (Z = -2.37, p<0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan semua kelompok memiliki peningkatan kesejahteraan psikologis.

Respon orang lain terhadap penerapan strategi

Respon pihak-pihak di sekolah terhadap aksi yang dilakukan penulis  beragam, sebagian besar sangat mendukung penuh peaksanaan program dan berpartisipasi aktif dalam diskusi dan kolaborasi bersama baik itu Guru atau Murid. Pihak-pihak yang terlibat menyambut baik karena aksi ini bukan hanya urusan pribadi penulis melainkan demi terciptanya iklim yang kondusif di sekolah.

Refleksi

Hasil dari aksi yang dilakukan 

Hasil dari aksi yang dilakukan adalah bertumbuh dan berkembangnya perhatian para guru akan pentingnya penciptaan iklim keamanan sekolah secara bersama-sama dari semua pihak di sekolah. Uusaha ini perlu secara continue dilaksanakan oleh semua pihak di sekolah agar tujuan Mulia tersebut tercapai Selanjutnya kesadaran akan pentingnya penanggulangan bullying juga Mulai nampak dari seluruh civitas akademika baik guru maupun semua murid, para agen perubahan yang diajak untuk menanggulangi bullying juga semakin semangat memproklamirkan sekolah sebagai sekolah yang aman nyaman untuk ditinggali.

Dampak dari aksi yang dilakukan 

Dampak nyata yang dirasakan dalam aksi aksi komprehensif dengan prinsip kolaboratif semua pihak adalah dengan munculnya semangat semangat baru untuk membawa kebaikan di lingkungan sekolah. Memang perlu disadari dengan gerakan ini bisa jadi belum menyelesaikan semua masalah namun semangat-semangat kolaboratif antara semua pihak terpupuk dengan Indah sehingga kenyamanan sekolah semakin terjaga.

Faktor keberhasilan dan atau ketidakberhasilan yang mempengaruhi 

Faktor keberhasilan yang penting dari aksi ini adalah para pihak di SMA yang meyakini bahwa iklim keamanan adalah tanggung jawab bersama yang perlu dibangun bersama adalah faktor penentu keberlangsungan aksi.

Sedangkan faktor yang mungkin bisa jadi menunda ketidakberhasilan yang dirasakan penulis adalah tingkat pemahaman para guru dan murid yang pada awalnya belum begitu paham tentang bullying dan baru bertransformasi menjadi semakin paham akan perundungan menjadi tantangan tersendiri sehingga ketika kita menghentikan aksi bisa jadi kegiatan-kegiatan bullying dapat kembali terjadi. Tingkat istiqomah semua pelaku aksi juga akan menentukan keberhasilan program-progam yang ada maka dari itu penting senantiasa dilaksanakan diskusi-diskusi membangun semangat semua pihak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun