Mohon tunggu...
Kak Faa
Kak Faa Mohon Tunggu... Freelancer - Penyuka Literasi

Bercerita tak harus dengan tatapan mata, melalui kata-kata aku merasa lebih bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membangun Literasi Keluarga di Desa dengan Penghasilan Seadanya

4 September 2024   15:06 Diperbarui: 4 September 2024   15:10 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam kehidupan keluarga di pedesaan yang serba terbatas, literasi sering kali dianggap sebagai kebutuhan sekunder. Padahal, literasi keluarga memiliki peran penting dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi berikutnya. Kisah sebuah keluarga di desa yang mengandalkan penghasilan sebagai kuli bangunan dan seorang ibu rumah tangga bisa menjadi contoh bagaimana keterbatasan bukanlah halangan untuk menciptakan lingkungan literasi.

Potret Kehidupan Keluarga di Desa

Keluarga ini tinggal di sebuah desa terpencil, dengan penghasilan yang sangat terbatas. Sang ayah bekerja sebagai kuli bangunan, sementara sang ibu sepenuhnya mengurus rumah dan anak-anaknya. Dalam keterbatasan ekonomi, mereka mengandalkan kayu bakar untuk memasak, yang menambah tantangan kehidupan sehari-hari.

Namun, di balik kesederhanaan ini, ada harapan besar yang tertanam dalam upaya mereka membangun literasi dalam keluarga. Meski pendapatan yang diperoleh tidak seberapa, mereka sadar bahwa pendidikan dan kemampuan membaca adalah kunci untuk memperbaiki masa depan anak-anak mereka.

Literasi Sebagai Investasi Masa Depan

Bagi keluarga ini, literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga memahami informasi dan menggunakannya untuk mengubah keadaan hidup mereka. Dengan keterbatasan ekonomi, mereka tidak memiliki akses ke banyak buku atau perangkat elektronik seperti laptop atau ponsel pintar. Namun, ini tidak menghalangi mereka untuk memberikan pendidikan literasi bagi anak-anak.

Sang ibu, meski hanya ibu rumah tangga, secara rutin membacakan cerita dari buku-buku yang sederhana. Buku-buku tersebut sebagian besar dipinjam dari perpustakaan desa atau bahkan dibuat sendiri dengan menulis cerita di kertas-kertas bekas. Melalui kegiatan ini, anak-anak mulai mengenal huruf, angka, dan kosakata yang akan sangat berguna dalam kehidupan mereka kelak.

Tantangan Literasi di Pedesaan

Kehidupan di desa seringkali membuat keluarga seperti ini menghadapi tantangan besar dalam membangun literasi. Minimnya akses ke buku, perpustakaan, dan sumber daya belajar adalah hambatan utama. Selain itu, keterbatasan waktu dan tenaga dari orang tua yang sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan dasar membuat proses pembelajaran anak menjadi terhambat.

Namun, yang menarik adalah bagaimana keluarga ini menyiasati keterbatasan tersebut. Mereka menggunakan bahan-bahan sederhana seperti papan kayu untuk menulis huruf atau bahkan daun-daun kering untuk mengajarkan anak mengenal alam sambil memperkaya kosakata mereka.

Peran Komunitas dan Lingkungan Sekitar

Di desa, komunitas dan lingkungan sekitar memainkan peran penting dalam mendukung literasi keluarga. Keberadaan perpustakaan desa yang meskipun kecil menjadi tempat anak-anak dan orang tua bisa meminjam buku secara gratis. Selain itu, kegiatan-kegiatan kelompok seperti belajar bersama atau membaca buku cerita di balai desa turut memperkuat semangat literasi di kalangan keluarga dengan penghasilan seadanya.

Literasi tidak hanya diukur dari seberapa banyak buku yang dimiliki atau seberapa sering anak membaca. Namun, lebih dari itu, literasi adalah upaya kolaboratif antara orang tua, anak, dan komunitas untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan intelektual dan emosional.

Harapan dan Masa Depan

Meskipun keluarga ini hidup dalam keterbatasan, harapan untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anak mereka tetap ada. Mereka percaya bahwa literasi dapat membuka pintu-pintu kesempatan yang lebih luas. Dengan kemampuan membaca dan menulis, anak-anak mereka dapat tumbuh menjadi individu yang lebih berdaya, mampu memanfaatkan peluang yang ada, dan pada akhirnya keluar dari siklus kemiskinan.

Keluarga di desa ini membuktikan bahwa literasi tidak hanya milik mereka yang berada di kota dengan akses teknologi dan fasilitas mewah. Melalui kerja keras, kreativitas, dan dukungan dari komunitas, literasi bisa ditanamkan di mana saja, bahkan dalam kondisi kehidupan yang serba terbatas.

Kesimpulan

Literasi keluarga di desa dengan penghasilan seadanya adalah sebuah perjuangan yang membutuhkan kerja sama, kesabaran, dan kreativitas. Keterbatasan bukanlah penghalang, melainkan sebuah tantangan yang harus dihadapi dengan tekad untuk memberikan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak. Literasi, dalam konteks ini, menjadi alat pembebasan yang dapat memutus rantai kemiskinan dan ketidakberdayaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun