Yang ke dua, berbuntut pada ketidak-percayaan masyarakat terhadap hukum.
Kalau sekelas anggota dewan saja bisa enteng menuduh, apalagi makhluk alay di Facebook. Berhubung Eko termasuk publik figur sekaligus yang mulia anggota dewan, ini bisa jadi preseden buruk. Bisa dibayangkan akibatnya jika manusia-manusia tengik anti hukum dan Pancasila itu ikut enteng menuduh. Tim sorak-sorai teroris itu seperti mendapat teladan untuk memfitnah dan menggembosi Densus88.
Ketiga, terkesan ada permufakatan jahat antara polisi dengan Ahok.
Wibawa polisi, wibawa hukum, selesai di sini. Eko telah gegabah memfitnah permufakatan jahat itu dengan kalimat bodoh yang dianggapnya kritis. Dalam keadaan panas ini, publik semakin meragukan itikad baik Presiden, Polri, dan lembaga hukum terkait kasus Ahok. Padahal dengan susah payah kepercayaan itu hendak dibangun kembali. Tidak ada pembelaan, tidak ada intervensi. Ahok berdiri sendiri di meja hijau itu.
Tapi seorang pelawak salah panggung baru saja memperburuk keadaan. Mungkin ia membayangkan, kalimatnya itu sama dengan lawakan garing yang dulu sering dia bawakan. Atau seringan ucapannya sebagai presenter, "Hai pria single, tunjukkan pesonamu..."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H