Mohon tunggu...
Meradang Menerjang
Meradang Menerjang Mohon Tunggu... Dokter - KASTRAT BEM KM FK UNAIR

Kumpulan keresahan, opini dan ringkasan berita. Mencoba berjuang dengan Lidah dan Pena

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pandemi Bernama Covid-19

19 Maret 2020   10:22 Diperbarui: 19 Maret 2020   11:32 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Peta Persebaran Pandemi COVID-19 Sumber: Situation Reports 56, WHO

COVID-19 adalah penyakit pernapasan akut yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Keberadaan penyakit ini pertamakali diketahui setelah WHO mendapat laporan tentang kasus pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya pada 31 Desember 2019. 

COVID-19 pertama kali muncul di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok dan infeksinya disinyalir berasal dari pasar makanan laut Huanan. COVID-19 telah menjangkit lebih dari 100 negara termasuk salah satunya Indonesia dan WHO mendeklarasikan COVID-19 sebagai pandemi pada 11 Maret.

Coronavirus : COVID-19, SARS dan MERS

SARS-CoV-2 adalah virus single-stranded RNA (+ssRNA) beramplop yang termasuk ke dalam famili Coronaviridae. Virus-virus yang tergolong dalam famili ini memiliki karakteristik yang mirip: Memiliki tonjolan-tonjolan berbentuk gada yang menyerupai mahkota (corona), genom RNA yang besar, dan replikasi yang unik (Fehr, 2015). Coronavirus mengindeksi berbagai spesies hewan termasuk unta, sapi, kucing, kelelawar hingga manusia. 

Selain SARS-CoV-2, SARS-CoV dan MERS-CoV adalah dua jenis Coronavirus yang telah menjadi epidemi. SARS pertama kali menjangkit Tiongkok dan beberapa wilayah negara lainnya pada tahun 2002–2003 dan MERS pertama kali dilaporkan terjadi di Arab Saudi pada 2012. Coronavirus dapat menyebabkan penyakit pernapasan, hati, enterik dan neurologis (Cascella, 2015).

Sumber Data: WHO, CDC, NCBI
Sumber Data: WHO, CDC, NCBI
Dibandingkan dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan MERS (Middle East Respiratory Syndrome, COVID-19 memiliki Case Fatality
Rate yang lebih rendah yaitu sebesar 3.5%. 

CFR menunjukkan jumlah persentase kematian yang terjadi dibandingkan jumlah seluruh populasi yang terjangkit. CFR SARS empat kali lebih tinggi dan MERS sepuluh kali lebih tinggi. Walaupun memiliki CFR yang relatif lebih rendah, COVID-19 menginfeksi lebih banyak orang dan wilayah negara dengan jumlah kasus terkonfirmasi mencapai 153.517 kasus dan 138 negara. 

Pada epidemologi, potensi penyebaran dari satu kasus infeksi dapat digambarkan secara kasar dengan basic production number atau R0 (R nought). 

Berdasarkan data yang dimuat oleh Wang et al., per 27 Februari 2020, didapatkan bahwa R0 pada kasus COVID-19 adalah 2–3.5, CFR tersebut lebih tinggi dibandingkan basic production number pada SARS dan MERS. 

Secara genetik, genom yang diisolasi dari penderita pneumonia tanpa etiologi pasca mengunjungi Wuhan menunjukkan bahwa genom pasien yang terinfeksi Wuhan Coronavirus (SARS-CoV-2) memiliki 89% kesamaan dengan SARS-like-CoVZXC21 pada kelelawar. Namun sangat mungkin bahwa infeksi terlebih dahulu menginfeksi hewan lainnya sebelum akhirnya menginfeksi manusia, beberapa sumber menyebutkan bahwa setelah kelelawar, Wuhan Coronavirus terlebih dahulu menginfeksi trenggiling sebelum akhirnya menginfeksi manusia. 

Infeksi zoonosis seperti ini mirip dengan Coronavirus lainnya. Pada SARS, penyebaran ditularkan melalui kelelawar yang kemudian menulari musang, sedangkan pada MERS, penyebaran berasal dari unta.

Karakteristik Klinis COVID-19

Genom virus famili Coronaviridae adalah yang paling besar di antara famili lainnya pada ordo Nidovirales. SARS-CoV-2 termasuk ke dalam kategori betaCov dengan diameter 60-140nm.

Pada genom SARS-CoV-2 ditemukan setidaknya enam ORF (open reading frames), jika membandingkan virus ini dengan kerabat terdekatnya, SARS CoV, kedua virus ini memiliki dua subunit glikoprotein spike: S1 dan S2. 

Subunit S2 SARS-CoV-2 berisi peptida fusi, domain transmembran dan domain sitoplasma, sehingga sangat penting untuk virus ini. Sementara, kesamaan asam amino domain pengikat reseptor pada spike SARS CoV-2 hanya 40% saja dibanding dengan SARS-CoV lainnya. 

Perbedaan ini juga terdapat pada ORF3b yang tidak memiliki homologi dan protein dari ORF8 yang berbeda dengan SARS CoV. Dugaan sementara, mutasi pada protein spike (yang mana diduga terjadi pada November 2019) memicu perpindahan SARS-CoV-2 ke manusia (Fehr, 2015). 

Berdasarkan ivestigasi oleh Center for Disease Control and Prevention di Tiongkok, inkubasi SARS-CoV-2 diketahui bervariasi mulai dari 3 hari hingga 1 minggu. 

Pada beberapa kasus gejala simptomatik baru terlihat setelah kurang lebih 2 minggu. Berdasarkan penelitian karakteristik klinis 138 pasien yang mengidap COVID-19 di Wuhan, Tiongkok oleh Wang et al., gejala-gejala yang umum ditunjukkan oleh orang yang terjangkit COVID-19 antara lain:

1. Demam (98.6%)
2. Kelelahan (69.6%)
3. Batuk (59.4%)
4. Nyeri otot / Myalgia (34.8%)
5. Sesak napas (31.2%)
6. Diare (10.1%)

Selain gejala-gejala tersebut, sebagian kecil pasien COVID-19 memiliki gejala sakit kepala, pusing, nyeri perut, mual dan muntah (Wang et al.).

Sumber Data: CDC, NCBI
Sumber Data: CDC, NCBI
Pada orang yang termasuk ke dalam faktor resiko, seperti lanjut usia dan memiliki penyakit komorbiditas, gejala yang ditimbulkan dari infeksi SARS-CoV-2 menjadi lebih berat. Gejala yang lebih berat antara lain pneumonia, ARDS, Sepsis hingga syok septik yang dapat menyebabkan kematian. 

Berdasarkan data yang dilaporkan oleh CDC Tiongkok, dari 72,314 kasus yang tercatat pada 24 Februari 2020, terdapat 62% kasus terkonfirmasi dengan 1% di antaranya tidak menunjukkan gejala. 

Pada orang dengan usia 80 tahun ke atas, CFR dapat menjadi lebih tinggi hingga 15% dan menjadi 8% pada orang dengan usia 70 tahun ke atas. Selain usia lanjut, 49% pasien dengan komorbiditas seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker dan penyakit pernapasan meninggal dunia. dapat mengacu pada pedoman WHO Rapid Risk Assessment of Acute Public Health.

Sumber: CDC, NCBI
Sumber: CDC, NCBI
Pada COVID-19, diagnosis ditegakkan tegakkan dengan pemeriksaan laboratorium Nucleic Acid Amplification Tests (NAAT) seperti Real Time-
Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). 

Pengumpulan dan pengujian yang cepat dan sesuai pada spesimen dari pasien yang memenuhi kasus tersangka untuk COVID-19 menjadi prioritas untuk klinis manajemen dan pengendalian wabah (WHO, 2020). 

Berdasarkan Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Corona Virus Disease, pasien konfirmasi COVID-19 dengan perbaikan klinis dapat keluar dari RS apabila hasil pemeriksaan (RT-PCR) dua kali berturut-turut dalam jangka minimal 2-4 hari menunjukkan hasil negatif. Belum ada vaksin maupun antivirus yang telah dikembangkan untuk menangani COVID-19. 

Walaupun begitu, riset telah dilakukan oleh berbagai negara seperti Tiongkok, Australia dan Amerika. Saat ini strategi penanganan pasien COVID-19 berupa penanganan suportif gejala-gejala yang muncul: manajemen ARDS, manajemen gagal napas, manajemen syok septik dan pencegahan komplikasi. 

Berdasarkan arahan WHO, pencegahan adalah hal yang paling utama yang harus dilakukan untuk mengendalikan laju penyebaran infeksi. Isolasi yang dilakukan di Tiongkok menunjukkan penurunan kasus infeksi yang progresif.

Surveilans COVID-19: ODP dan PDP

Gambar: Kategori Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Gambar: Kategori Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Gambar: Kategori Orang Dalam Pemantauan (ODP) Sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Gambar: Kategori Orang Dalam Pemantauan (ODP) Sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Berdasarkan arahan Kementrian Kesehatan RI dan RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Orang Dalam Pemantauan (ODP) akan dievaluasi perburukan gejalanya selama 14 hari. Memenuhi kategori agar dapat dijadikan sebagai ODP:

1. Orang yang memiliki riwayat perjalanan dari negara terjangkit selama satu bulan terakhir dan gejala demam serta batuk

2. Orang yang memiliki riwayat perjalanan dari negara terjangkit selama satu bulan terakhir dan gejala demam

3. Orang yang memiliki riwayat perjalanan dari negara terjangkit selama satu bulan terakhir dan gejala batuk

4. Orang yang memiliki riwayat perjalanan dari kota Wuhan, Hubei, Tiongkok dengan maupun tanpa gejala demam dan atau batuk
ODP dengan pneumonia pasca dievaluasi, dirujuk ke rumah sakit rujukan. 

Pasien Dalam Pengawasan (PDP) adalah orang-orang yang memiliki riwayat perjalanan dari wilayah yang memiliki kasus COVID-19, kontak dengan orang yang beresiko tinggi terkena COVID-19 atau bekerja/berkunjung ke fasilitas kesehatan yang merawat pasien terkonfirmasi COVID-19.

Histori Pandemi COVID-19

Gambar: Peta Persebaran Pandemi COVID-19 Sumber: Situation Reports 56, WHO
Gambar: Peta Persebaran Pandemi COVID-19 Sumber: Situation Reports 56, WHO
COVID-19 pertama kali dilaporkan di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. WHO menerima laporan kasus pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya pada tanggal 31 Desember 2019. 

Setelah dilaporkan terdapat 44 kasus serupa, Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok melaporkan bahwa kasus ini berhubungan dengan sebuah pasar makanan laut yang berada di kota Wuhan. 

Virus ini berhasil diisolasi dan diidentifikasi pada tanggal 7 Januari 2020 dan dikenali sebagai Coronavirus dengan tipe baru. 13 Januari menjadi penanda awal menyebarnya COVID-19 ke luar Tiongkok dengan Kementrian Kesehatan Thailand melaporkan adanya pasien positif setelah menjalani pengecekan laboratorium. 

30 Januari, WHO menyatakan Public Health Emergencies of International Concern atau Kegawatdaruratan Global terhadap COVID-19. Pada 1 Februari, terdapat 11.953 kasus terkonfirmasi dan 256 kematian telah tercatat dengan 132 kasus terkonfirmasi dari luar Tiongkok dengan total 23 negara telah terjangkit. 

Di Tiongkok 60.5% dari total 11.821 kasus kala itu dilaporkan berasal dari Provinsi Hubei, pemerintah Tiongkok pun telah melakukan isolasi terhadap Provinsi Hubei pada 23 Januari 2020. 

Melalui laporan yang dirangkum WHO pada situations reports 41, per 1 Maret, terdapat 87.137 kasus terkonfirmasi dan 2977 kematian di seluruh dunia. 

COVID-19 menjangkit 58 negara di luar Tiongkok. Dari 7169 kasus terkonfirmasi di luar Tiongkok, Korea
Selatan (3736) dan Italia (1128) adalah yang paling banyak terpapar.

Sebelum Indonesia dinyatakan sebagai negara yang penduduknya terinfeksi, wabah COVID-19 telah mengundang berbagai reaksi masyarakat.
Semejak COVID-19 menyeruak ke publik dan media sosial, telah terdapat 127 hoax yang telah ditemukan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika. 

Selain itu, harga APD terhadap COVID-19 di Indonesia juga sempat mengalami kenaikan harga disebabkan oleh tingginya permintaan, bahkan harga masker jenis N95 sempat melonjak hingga Rp 1,7 juta. 

238 WNI asal Wuhan pun sempat mendapatkan penolakan dari masyarakat saat diobservasi di Natuna, Kepulauan Riau pasca dievakuasi oleh pemerintah Indonesia.

Per 2 Maret 2020, Indonesia terlapor sebagai negara yang terjangkit COVID-19 setelah sebelumnya kasus terkonfirmasi hanya menjangkit WNI yang berlokasi di luar wilayah Indonesia. Presiden Indonesia Joko Widodo mengumumkan, terdapat 2 orang warga Indonesia yang terjangkit COVID-19.

Berdasarkan data Kemenkes, per 16 Maret hari ini terdapat 134 warga Indonesia yang terkonfirmasi COVID-19 dan 5 di antaranya meninggal dunia. Menurut situation reports WHO terakhir, pada 16 Maret, Total sudah 143 negara terkonfirmasi terjangkit virus tersebut dengan Tiongkok sebagai negara dengan jumlah warga terinfeksi paling banyak sejumlah 81.077 orang. Italia menjadi negara di luar China yang mengalami dampak korban infeksi COVID-19 paling parah dengan total kasus terkonfirmasi 24.747 kasus.

Meminimalisir COVID-19

Melalui situs Who.int, WHO menyarankan beberapa prosedur dasar yang dapat dilakukan agar terhindar dari ineksi Coronavirus:

1. Mencuci tangan dengan rutin
2. Menjaga jarak (social distancing)
3. Menghindari menyentuh mata, mulut, dan hidung
4. Menerapkan etika batu/bersin yang baik (respiratory hygiene)
5. Mencari pertolongan medis dengan segera bila memiliki gejala seperti demam, batuk atau sesak napas

SARS-CoV-2 merupakan virus yang menyebar lewat droplet. Artinya virus dapat menempel pada tangan, benda yang terkena cairan/terpegang, atau melalui cairan yang terpercik bila seseorang yang terinfeksi bersin, batuk atau bahkan berbicara. Menurut WHO menjaga jarak aman 1 meter adalah salah satu langkah yang harus dilakukan. 

Selain itu, mencuci tangan dengan rutin menggunakan substansi yang melarutkan lemak seperti alkohol, eter, klorin, peroksiasetat dan kloroform dapat mengeleminasi virus yang hinggap (Cascella, 2015). Karena menular lewat cairan droplet, COVID-19 dapat dikurangi dengan mengurangi kontak tangan terhadap mata, mulut dan hidung. Gejala-gejala COVID-19 bervariasi mulai ringan hingga berat, manifestasi klinis yang lebih berat dapat terjadi salah satunya bila terjadi penundaan pemberian pertolongan medis pada kasus seperi pneumonia, ARDS, sepis atau syok septik.

Perihal Basic Reproduction Number(R0)

Seperti telah disebutkan sebelumnya, Basic Reproduction Rate(R0) dan Case Fatality Rate(CSF) merupakan faktor penting dalam mengendalikan laju
penyebaran infeksi dan kematian karena penyakit. 

R0 pada COVID-19 adalah 2– 3.5 (Wang et al., 2020). Artinya setiap satu orang yang terinfeksi, berpotensi
menyebabkan kasus terinfeksi baru kepada 2 hingga 3.5 orang lainnya. 

R0 dapat juga dipengaruhi oleh banyak faktor di luar kemampuan infeksi (virulensi) dan penyebaran virus seperti kondisi lingkungan dan kebiasaan penduduk. 

R0 yang tinggi berpotensi menyebabkan meningkatnya jumlah kematian oleh karena meningkatnya jumlah populasi sakit dan terbatasnya sumber daya kesehatan untuk menangani banyaknya kebutuhan perawatan.

Gambar: Kurva Ideal Populasi Sakit Terhadap Layanan Rumahsakit
Gambar: Kurva Ideal Populasi Sakit Terhadap Layanan Rumahsakit
Pada penyakit infeksi R0 lebih dari 1 menyebabkan kasus infeksi akan terus bertambah, usaha yang dilakukan bertujuan untuk menjaga agar laju infeksi menurun dengan mengontrol R0 untuk tetap di bawah 1. 

Kurva kuning adalah kurva yang tidak ideal dengan garis merah sebagai ambang ketersediaan pelayanan kesehatan. Sedangkan kurva biru adalah kurva yang dituju.

Gambar: Dinamika Transmisi di Wuhan Sumber: Early dynamics of transmission and control of COVID-19 oleh Kucharski et al.
Gambar: Dinamika Transmisi di Wuhan Sumber: Early dynamics of transmission and control of COVID-19 oleh Kucharski et al.

Dalam menangani penyakit infeksi menular, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah menerapkan Social Distancing. Secara individu, social distancing dilakukan dengan menjaga jarak aman dan tidak membentuk suatu keramaian. 

Pada skala besar, pemerintah dapat melakukan isolasi wilayah. Salah satu contoh isolasi yang dilakukan adalah isolasi terhadap Wuhan pada tanggal 23 Januari 2020. 

Pada studi yang dilakukan oleh Kucharshki et al. di Wuhan, Tiongkok, ditemukan adanya penurunan median reproduction number (Rt) seminggu dilakukan isolasi yang sebesar 2.35 menjadi 1.05.

Perihal Case Fatality Rate (CFR)

Case Fatality Rate adalah data yang didapat berdasarkan jumlah kematian dibandingkan jumlah total kasus terkonfirmasi. CFR COVID-19 adalah sebesar 3.5%. Seperti yang sebelumnya ditulis, CFR bisa bervariasi berdasarkan usia, komorbiditas, dan kualitas pelayanan kesehatan di suatu daerah. 

Berdasarkan data dan fakta yang telah dihimun sebelumnya, ditunjukkan bahwa terdapat perbedaan besar CFR pada umur lanjut usia dan komorbiditas.

Gambar: Melindungi Kelompok Populasi dengan CFR Tinggi
Gambar: Melindungi Kelompok Populasi dengan CFR Tinggi
Orang-orang dengan resiko kematian yang tinggi harus bisa terlindungi semaksimal mungkin dari terkena infeksi. Salah satu usaha yang bisa dilakukan adalah dengan manajemen aktivitas berdasarkan CFR. Gambar di atas adalah ilustrasi tentang bagaimana sebaiknya menghadapi COVID-19 berdasarkan CFR. 

Gambar merah menunjukkan potensi transmisi COVID-19, lingkaran berwarna biru mengggambarkan kelompok populasi dengan CFR rendah (Kurang dari 3.5%) dan lingkaran hijau adalah kelompok populasi dengan CFR tinggi (lanjut usia, bayi, orang dengankomorbiditas). 

Kelompok dengan CFR rendah (orang tanpa komorbid dan usia produktif) sebaiknya melakukan ‘perlindungan’ untuk kelompok dengan resiko tinggi dengan memberikan keutamaan bagi kelompok resiko tinggi untuk melakukan pencegahan infeksi. 

Usaha yang dapat dilakukan untuk memberikan perlindungan adalah seperti menggantikan kewajiban yang memerlukan keluar rumah, berbelanja dan sebagainya. Kelompok dengan resiko tinggi juga sebaiknya mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk memaksimalkan pencegahan transmisi virus.

Referensi

Centers for Disease Control and Prevention. 2020. Coronavirus Disease 2019
(COVID-19). [online] Available at: ncov/specific-groups/high-risk-complications.html> [Accessed 17 March 2020].

Fehr, A. and Perlman, S., 2015. Coronaviruses: An Overview of Their Replication
and Pathogenesis. Coronaviruses, pp.1-23.

Niaid.nih.gov. 2020. COVID-19, MERS & SARS | NIH: National Institute Of
Allergy And Infectious Diseases. [online] Available at:

nhs.uk. 2020. SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). [online] Available at:
[Accessed 17 March 2020].

Porcheddu, R., Serra, C., Kelvin, D., Kelvin, N. and Rubino, S., 2020. Similarity
in Case Fatality Rates (CFR) of COVID-19/SARS-COV-2 in Italy and China. The
Journal of Infection in Developing Countries, 14(02), pp.125-128.

https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation-
reports/20200315-sitrep-55-covid-19.pdf?sfvrsn=33daa5cb_6

Who.int. 2020. [online] Available at: source/coronaviruse/situation-reports/20200315-sitrep-55-covid-
19.pdf?sfvrsn=33daa5cb_6>].

Wang, D., Hu, B., Hu, C., Zhu, F., Liu, X., Zhang, J., Wang, B., Xiang, H., Cheng, Z., Xiong,
Y., Zhao, Y., Li, Y., Wang, X. and Peng, Z., 2020. Clinical Characteristics of 138
Hospitalized Patients With 2019 Novel Coronavirus–Infected Pneumonia in Wuhan,
China. JAMA,.

Cascella, M., Rajnik, M., Cuomo, A., Dulebohn, S. and Napoli, R.,
2020. Features, Evaluation And Treatment Coronavirus (COVID-19). [online]

Ncbi.nlm.nih.gov. Available at:

Kemkes.go.id. 2020. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. [online] Available at:
[Accessed 17 March 2020].

Kucharski, A., Russell, T., Diamond, C., Liu, Y., Edmunds, J., Funk, S., Eggo, R.,
Sun, F., Jit, M., Munday, J., Davies, N., Gimma, A., van Zandvoort, K., Gibbs,
H., Hellewell, J., Jarvis, C., Clifford, S., Quilty, B., Bosse, N., Abbott, S., Klepac,

P. and Flasche, S., 2020. Early dynamics of transmission and control of COVID-
19: a mathematical modelling study. The Lancet Infectious Diseases,.

Persi.or.id. 2020. [online] Available at:
https://www.persi.or.id/images/2020/data/pedoman_kesiapsiagaan_covid19.pdf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun