"Kamu tidak bisa menjaga pikiranmu sendiri. Dengan melihat masa lalu itu, sama halnya kamu ikut melakukan pembunuhan itu, bodoh!" Lanjut nenek sembari meninggalkanku.
Perkataan nenek untuk yang terkahir kalinya sangat menyakitkan hatiku. Aku pasrah atas apa yang akan terjadi padaku. Wanita berwajah hitam ini pun telah bersiap untuk membunuhku. Dia telah menggerayangi leherku sejak beberapa menit yang lalu. Matanya masih menatapku. Hewan-hewan melata dari wajahnya, masih merayap di sekujur tubuhku. Dan kini, jemari hitam wanita ini telah bergeser turun, menyentuh ulu hatiku.
"Berisaplah! Kau akan mati!" Ucapnya sembari tertawa girang.
"Tidaaaaaaak!" Aku pun menjerit sembari memegangi perutku.
"Cut! Aktingnya bagus! Silahkan istirahat," suara bapak berkumis tipis itu membuat hatiku lega. Akhirnya aku bisa beristirahat setelah berdrama cukup lama!
-Kaiza.13/14.1118-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H