"Diam! Dasar keluarga pemuja pesugihan!" Ucap salah seorang lelaki paruh baya yang datang dengan membawa balok kayu di genggamannya.
Seluruh warga yang datang akhirnya mendorong gadis itu sampai ia tersungkur. Mereka pun menerobos masuk ke dalam rumah untuk mencari ayah dan ibunya. Tapi, ketika ia hendak mencegah, tiba-tiba sebilah pisau yang digenggam oleh wanita tua itu menghujam ulu hatinya berulang kali. Dan, ketika ia telah terkulai lemas, tangan kanannya pun dipukuli dengan balok kayu oleh beberapa warga.
Wanita itu tak dapat lagi menahan siksa dari warga. Akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya. Sedangkan ayah dan ibunya, mereka membawa keduanya ke halaman belakang. Mengikatnya di bawah pohon mangga, dan menyiramnya dengan minyak tanah. Keduanya mati terbakar tanpa sisa.
Sejak saat itu, rumah tua ini tidak ada lagi yang menghuni. Dan, aku adalah satu-satunya gadis yang berani menginjakkan kaki di rumah ini.
Tiba-tiba aku tersadar. Aku telah kehilangan pikiranku sendiri beberapa menit yang lalu. Nafasku terasa sangat sesak. Detak jantungku semakin cepat. Kukira, wanita berwajah hitam nan muram itu telah meninggalkanku sendiri. Nyatanya, dia masih berada di hadapanku. Matanya berwarna putih. Dia memelototiku, dan nyaris membuat matanya sendiri keluar daei tempatnya.
"Dia adalah nenekmu! Tukang fitnah keji!" Wanita itu menggeram.
Aku menggeleng tak percaya. Tidak mungkin nenekku tega melalukan hal sekeji itu. Tapi, apa yang kulihat adalah sebuah kisah nyata. Dan, tidak mungkin wanita ini memberikan cerita bohong hanya untuk membalaskan dendamnya.
Embusan angin tiba-tiba terasa sangat kencang. Aku melihat bayangan hitam di belakang tubuh wanita ini.
"Nenek?" Aku seolah mendapatkan harapan untuk hidup saat melihat nenek berada di hadapanku.
"Aku memang nenekmu. Tapi bukan salahku karena telah menumbalkanmu sebagai ganti atas kekejian yang kulakukan selama hidupku. Aku ingin terlepas dari bulan-bulanan setan di alamku!"
Aku terdiam seketika, senyumku hilang. Kupikir, nenek akan menolongku.