Mohon tunggu...
Keza Felice
Keza Felice Mohon Tunggu... Freelancer - Bloger and Content Writer

Content Writer✓Ghost Writer✓SEO Content✓kezafelice.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Cemburu) Cerita Tentang Luka

4 November 2018   18:48 Diperbarui: 4 November 2018   18:48 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambarkata-kata.com


Apakah kamu sama sekali tidak mencintaiku, Luka?"

Suara Agnes masih terngiang di telinga Luka. Gadis pemilik rambut lurus sebahu dengan bola mata bulat sempurna itu selalu menghantui Luka. Kemanapun Luka pergi, Agnes akan selalu berada tepat di belakangnya. Kali ini, Luka tidak dapat menjawab pertanyaan Agnes untuk kesekian kalinya.

"Kamu nggak capek ngikutin aku?" Tegur Luka sembari menghentikan langkahnya.

Agnes hanya diam sambil menggelengkan kepala. Membiarkan rambut lurusnya tergerai dan menggoda setiap mata yang melihatnya. Agnes nekat mengurai rambut, meski ia tahu akan ada seorang laki-laki yang mengomelinya.

"Aku udah pernah bilang kan, aku gak suka liat rambut kamu diurai. Nanti banyak cowok yang ngelirik."
Luka segera mengambil ikat rambut dari pergelangan tangan Agnes.

Agnes tertawa kecil ketika mendengar omelan Luka. Kali ini keberuntungan kembali berpihak padanya.
Detak jantung Agnes mulai tak beraturan. Untungnya, Luka tidak melihat wajahnya yang mulai memerah, karena Luka sedang mengikat rambutnya dari belakang.

"Kamu cemburu kalau ada yang naksir aku?" Tanya Agnes sambil melenggang pergi setelah Luka menyelesaikan ikatannya.

Luka segera mengikuti langkah Agnes. Saat itu, ada sesuatu yang berkecamuk dalam hatinya dan itu membuatnya menutup mulutnya dengan rapat.

"Nanti sore mau kemana?" Luka mengalihkan pembicaraan.
Agnes pun menghentikan langkah kakinya. Ia berbalik arah, menatap kedua mata Luka dengan tatapan sinis kemudian kembali melanjutkan perjalanannya.

"Kalo aku nggak pergi kemanapun, emangnya kamu mau ajak aku kemana?" Tanya Agnes sembari mengistirahatkan kakinya. Ia duduk di atas kursi yang terbuat dari ukiran bambu–di ujung taman.
Mendengar jawaban Agnes, Luka sangat tahu bahwa sahabatnya itu sedang kesal padanya. Namun ia tetap berpura-pura tidak mengetahui apapun tentang perasaan Agnes.

Hari itu tepat 6 tahun sejak pertemuan pertama mereka. Agnes dan Luka berteman sejak duduk di bangku SMP. Dan, sejak pertemuan pertama itulah Agnes mulai menyukai Luka. Namun perasaannya selalu bertepuk sebelah tangan, karena Luka tidak pernah menunjukkan respon apapun padanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun