Mohon tunggu...
Keza Felice
Keza Felice Mohon Tunggu... Freelancer - Bloger and Content Writer

Content Writer✓Ghost Writer✓SEO Content✓kezafelice.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Meyimpan Kenangan dalam Rintik Hujan

24 Oktober 2018   19:06 Diperbarui: 24 Oktober 2018   19:26 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesekali berdialog dengan diriku sendiri membuat semuanya terasa semakin baik. Ingin sekali aku keluar rumah sore ini. Menikmati hujan yang selama ini kuinginkan.

Namun aku kembali menelan kekecewaan. Hujan reda ketika baru saja kulangkahkan kaki melewati ambang pintu. Belum lagi melihat mama yang masih asik dengan majalahnya, membuatku semakin merasa kesal.


Brugh,
Kuhempaskan tubuhku di atas kasur empuk berwarna biru muda. Menarik sebuah bantal dan menjadikannya alas kepalaku. Ah, rasanya lebih nyaman dibandingkan harus melihat mama yang membuatku selalu kesal.

"Ma, sebenarnya ayah meninggal karena apa sih?"
Aku bertanya pada mama dari dalam kamar setelah memastikan bahwa mama akan mendengar teriakanku.

"Kamu hanya harus fokus pada sekolahmu saja, tidak usah pikirkan masa lalu!"

Sudah kuduga, jawaban mama akan sama seperti sebelumnya, mengesalkan. Mama tidak pernah menjawab pertanyaanku dengan baik. Mungkin jika mama ikut ujian akhir semester di sekolah, nama mama akan berada pada urutan terakhir karena mama tidak pandai menjawab.

Sore ini, pelangi datang menggantikan rinai hujan yang gagal kunikmati. Senyumku kembali terurai, kini aku bisa menikmati pelangi itu tanpa harus mendengarkan larangan mama.

"Ma, aku keluar dulu ya. Dira mau liahat pelangi," teriakku pada mama.
Segera kuraih ponsel yang sebelumnya kuletakkan di atas meja rias untuk mengabadikan momen berharga ini, kemudian lari meninggalkan kamar.

Ah, begitu tenang berada di bawah langit yang berwarna abu-abu ini. Aku bahagia karena bisa melihat bekas air hujan dari beberapa dedaunan dan juga rumput yang masih basah. Pelangi juga terlihat begitu mengagumkan, tapi warnanya telah memudar. Sepertinya para bidadari telah usai mandi, sehingga mereka harus kembali pada singgasananya seperti sediakala.

Keindahan yang Tuhan ciptakan tidak akan pernah ada habisnya jika hanya dipandangi. Semuanya begitu mengagumkan, akan tetapi aku harus segera kembali ke dalam rumah sebelum mama memanggil.

Kupu-kupu?
Ternyata sayap kupu-kupu berwarna hitam itu sangat indah jika dilihat secara langsung dengan kedua mata ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun