"5 menit aja deh pak Aji, kalau saya bisa kalahin bapak, bapak temenin saya jaga malem ini. Abisnya saya bosen kalau sendiri pak,"
"Hmm..tapi kalau saya yang kalahin pak Harun, bapak kasih saya uang 10 ribu ya, lumayan gantiin uang nasi goreng saya," terjadi tawar-menawar antara pak Aji dan pak Harun.Â
"Waduh kalau saya punya uang sih boleh aja pak, tapi saya lagi ga ada uang nih. Kalaupun saya punya uang banyak pak Aji, misal 50 Milyar, 100 juta juga saya kasih ke pak Aji cuma-cuma."
Pak Aji yang awalnya tetap memegang bungkusan nasi goreng dipangkuannya, ia taruh diatas papan catur. "Begini pak Harun, seandainya saya punya 50 milyar saya ga akan ngasih bapak 100 juta,"
Pak Harun heran dengan pernyataan pak Aji, "kenapa ga mau kasih pak, kan bapak masih punya sekitar 49 milyar 900 juta."Â
"Ya menurut saya bapak harusnya bisa dapet lebih dari itu," jawaban pak Aji semakin membingungkan pak Harun.
"Katanya tadi saya ga dikasih, kenapa sekarang bilangnya dapet lebih,"terheran-heran pak Harun dibuatnya.
"Begini maksud saya pak, uang 50 miliar itu memang besar, tapi uang tersebut akan lebih berguna kalau kita gunakan untuk melipatgandakannya. Caranya bisa dengan membangun bisnis, nah daripada saya kasih pak Harun 100 juta mending saya ajak pak Harun ikut bisnis saya kan ?,"
"Betul juga ya pak, emang pak Aji kalau punya uang segitu mau bikin bisnis apa ?,"tanya pak Harun penasaran.Â
"Saya sih mau bikin bisnis yang sangat besar, semua lini saya kuasai. Ibarat permainan catur ini pak. Saya memiliki kuasa menjalankan bidak-bidak catur saya. Ibarat raja ini adalah bisnis properti, kemudian benteng ini adalah bisnis retail, dan pion ini adalah bisnis makanan. Keuntungan saya pasti akan berlipat ganda.Â
"Kalau gitu saya mau ikut deh pak, saya urus bagian bisnis retail juga boleh," usul pak Harun sambil menunjuk bidak benteng putih.Â
"Ohh boleh pak Harun, bapak boleh pegang bisnis retailnya, tapi jangan lupa kalau bisnis juga ada tanggung jawab yang besar.'