Mohon tunggu...
Ahmad Kafil Mawaidz
Ahmad Kafil Mawaidz Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Ajarkanlah sastra pada anak-anakmu, agar anak pengecut jadi pemberani - Umar bin Khattab

Selanjutnya

Tutup

Trip

Mengendurikan Cinta di Kenduri Cinta

21 Maret 2018   11:09 Diperbarui: 21 Maret 2018   11:27 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Salam satu jiwa, arema bersatu! Aku tak mangan sek cak Nun". Sebuah interupsi dari salah satu jama'ah malam itu, sontak membuat para hadirin yang lain kaget diikuti tawa. Salah seorang jama'ah tuna wisma di ibukota yang semakin sesak dengan menara-menaranya.

Ya, kali itu pada tanggal sembilan Maret 2018 adalah perjalanan awal kenduri cinta bagi saya. Sebuah lingkar maiyah yang cukup saya nanti-nantikan untuk bisa saya hadiri dan menyerap energi darinya. Energi ilmu, energi cahaya, energi persaudaraan, dan energi lain-lainnya. Perjalanan ini sudah terencana sebulan sebelumnya, ketika melihat jadwal libur kerja saya dengan jadwal kenduri cinta yang biasanya dilakukan jum'at kedua setiap bulan bersamaan. Kemudian saya pastikan bertanya kepada teman saya untuk meminta poster jadwal kenduri cinta,  dan alhamdulillah pas. 

Mulailah saya searching akses menuju taman ismail marzuki yang bertempat di jalan raya cikini no. 93 jakarta pusat dengan jarak tempuh secepat dan setepat mungkin. Setelah menimbang waktu agar cepat sampai di sana, akhirnya saya memilih berangkat melalui via udara dan pulang via darat dengan kereta. 

Berangkat via udara dengan maskapai penerbangan lion air yang berangkat sekitar pukul 12.10 WIB dan sampai di Jakarta pukul 13.40 WIB adalah yang saya pilih. Selain murah harganya, ini juga antisipasi bila terjadi delay, soalnya maskapainya terkenal dengan delay-nya. Sehingga nanti saat delay pun waktu masih longgar. Kembali ke Surabaya-nya saya pesan tiket kereta kertajaya yang berangkat dari stasiun Pasar Senen pukul 14.00 WIB dengan tujuan akhir stasiun Surabaya Pasar Turi yang sampai pada pukul 01.40 WIB. Pemesanan tiket keduanya terlaksana H-7 atau seminggu sebelum keberangkatan.

Sampai pada hari jum'at tanggal sembilan maret 2018 usai pulang kerja jam 6 pagi saya bergegas siap-siap menuju stasiun. Bukan untuk naik kereta melainkan menitipkan sepeda motor, karena nantinya saya pulang dari Jakarta menggunakan kereta. Dari stasiun saya langsung mencari kendaraan menuju bandara dengan naik bus dalam kota lalu oper bus bandara sesampainya di terminal purabaya sidoarjo. Perjalanan kali ini cukup berkesan, selain pertama kali ke tujuan utama, yakni kenduri cinta, ini juga pertama kalinya saya naik pesawat. 

Jam 13.30 saya memasuki pesawat setelah menikmati delay hampir satu setengam jam. Sekitar pukul 3 sore pesawat kami mendarat dengan selamat di bandara internasional Soekarno Hatta. Setelah sampai di pintu keluar saya menanyakan shelter bus bandara kepada petugas keamanan, karena saya akan melanjutkan menggunakan bus bandara agar bisa lebih cepat sampai di daerah Jakarta pusat. 

Menurut informasi yang saya terima, tidak ada bus bandara yang melewati taman ismail marzuki langsung, melainkan harus oper bus, atau angkutan lainnya. Tempat terdekat dengan taman ismail marzuki yang dilewati bus adalah stasiun gambir. Dengan tarif 40 ribu saya langsung pesan tiket jurusan stasiun gambir dan masuk ke dalam bus agar langsung berangkat dan saya berharap tidak terjebak kemacetan di Jakarta seperti di berita-berita media massa.

Puji syukur perjalanan dari bandara menuju stasiun gambir lancer dengan waktu tempuh kurang dari satu jam. Karena letak stasiun gambir berdempetan dengan monas, maka sebelum melanjutkan ke taman ismail marzuki saya sempatkan menikmati kemegahan dan keindahan monumen nasional negeri ini dan tak lupa juga mengabadikan momennya alias foto-foto ala kids jaman now. Setelah puas menikmati monas, saya kembali menuju stasiun gambir. 

Celakanya pintu masuk yang saya lewati tadi ternyata sudah ditutup dan saya harus menuju pintu lain yang masih dibuka, letaknya hanya ada dua, sebelah parkiran monas dan pintu yang di depan istana Negara. Akhirnya saya pilih pintu yang di depan istana Negara, meskipun saya sendiri belum tahu persisnya dimana. 

Langkah terus melaju dan tuhan menunjukkan kemurahannya dengan menyuguhkan monas berlatar senja yang mempesona. Saya selalu yakin bahwa dalam setiap perjalanan atau petualangan tuhan akan memberikan keajaiban, dan inilah salah satunya. 2 km langkah yang saya tempuh untuk mencapai pintu keluar monas tepat di sebrang istana Negara yang anggun dan megah. 

Setelah 5 km berjalan dari monas menuju taman ismail marzuki  yang juga sempat salah arah menuju pasar senen, namun akhirnya saya menyadari ada yang salah dari arah perjalanan ini. Akhirnya saya putuskan untuk men-shortcut jarak lewat kampung kwitang, salah satu kampung betawi yang berada di ibukota. 

Sekitar pukul delapan-an saya memasuki area taman ismail marzuki lewat pintu belakang. Setelah berputar-putar mencari tempat berlangsungnya kenduri cinta tidak kunjung ketemu dikarenakan belum hafal area TIM, sempat nyasar memasuki event kebudayaan local dan saya langsung cabut keluar dan saya memilih mengisi perut di kantin atau foodcourtTIM.

Setelah selesai makan saya langsung bertanya kepada pemilik warung lokasi diselenggarakannya forum kenduri cinta, dan memang tempatnya gak kelihatan kalau anda masuk lewat pintu belakang, tetapi sangat kelihatan ketika anda lewat pintu depan karena lokasi acara adalah halaman parker depan TIM. Sekilas tentang TIM ini fungsinya mirip balai pemuda Surabaya sebagai wadah ekspresi kesenian bagi para anak-anak, pemuda, maupun pegiat kesenian yang ingin mengasah kreatifitasnya.

Panggung kecil ber-backdrop "tuan rumah diri sendiri" dan berisi beberapa alat musik dengan dipayungi terop kurang lebih 5x5 meter benar-benar di depan saya, dan inilah kenduri cinta itu. Setelah membaca surat yasin berjamaah yang ditujukan kepada pak ismarwanto (personel kiai kanjeng yang belum lama ini dipanggil allah SWT terlebih dahulu), kenduri cinta dimulai dengan mbeber kloso dari para penggiat memberikan pengumuman kepengurusan baru forum kenduri cinta periode 2018-2020. Pemilihan kepengurusan diputuskan melalui musyawara rutin "Reboan" yang diadakan para penggiat KC (Kenduri Cinta) setiap minggunya dengan mas Fahmi Agustian sebagai ketua, mas Tri Mulyana sebagai wakil ketua, dan mas Sigit Harianto sebagai sekretaris.

Sambutan awal para penggiat terpilih sebagai pengurus kenduri cinta menekankan bahwa adanya pengurus atau leader atau formatur ini bukan lantas menjadikan kenduri cinta sebagai organisasi padatan sebagaimana lzimnya sebuah organisasi. Mereka menekankan bahwa adanya pengurus ini lebih kepada pengelolaannya kenduri cinta yang diharapkan lebih rapi, mulai dari mengurusi acara bulanan kenduri cinta, konfirmasi ke kadipiro, dan kegiatan maiyahan lainnya. 

Berangkat dari pengabdian hal-hal tersebut harus ada yang berkorban, dan berbagi tugas agar nantinya forum kenduri cinta tetap bisa kita nikmati bersama. Tidak lupa juga para pengurus terpilih menyinggung tema malam itu yang berjudul "tuan rumah diri sendiri". Sekedar prakata, karena dalam beberapa maiyahan terakhir mbah Nun menekankan untuk kita supaya menjadi diri sendiri. 

Bukan hanya menjadi diri sendiri, namun juga harus menjadi ahli pada potensi dirimu. Dari hal tersebut kemudian muncullah tema sesuai backdrop malam itu. Tidak lupa juga penggiat menyampaikan bahwa piagam maiyah masih digodok dan formulir usulan butir-butir piagam maiyah dari jama'ah masih dibuka melalui online yang diharapkan nantinya piagam maiyah benar-benar menampung usulan-usulan jamaah maiyah secara lebih komprehensif.

Selesai para penggiat mbeber kloso,giliran mas Bobi n friend's dengan bandnya semberengen menyuguhkan beberapa lagu jeda kepada para jamaa'ah. Setelah check sound dan beberapa lagu dinyanyikan, diskusi sesi pertama dimulai dengan narasumber mas Husein Ja'far seorang mahasiswa pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah dan mas Harico seorang Direktur Eksekutif Komunikonten. Mas Husein membuka penjelasannya dengan mengacu pada hadits : man arofa nafsahu faqod arofa robbahu, siapa yang mengenal dirinya maka akan mengenal tuhannya, demikian terjemahannya. Mas Husein mengajak seluruh jamaah agar menemukan jati dirinya sendiri, memaksimalkan potensionalitas diri agar dikelola semaksimal mungkin sampai benar-benar menjadi ahli. Mekanisme khilafah yang ditugaskan kepada manusia bisa terlaksana kalau semua orang berdaulat atas dirinya sendiri, saling mengisi, bukan saling mengungguli namun saling melengkapi. 

Selain itu mas husein mengajak jamaah untuk kembali menengok sejarah. Bahwa dalam menyusun peraturan atau hukum yanag berlaku, pemimpin muslim memberikan kedaulatan penuh kepada rakyatnya terkait hal-hal yang bersifat kemanusiannya sendiri. Disela-sela sesi diskusi pertama cak nun telah sampai di kenduri cinta kemudian duduk di bawah sebelah kanan panggung bagian belakang. Sesi selanjutnya giliran mas Harico mengelaborasi tema malam itu dari sisi pandang media sosial. Menurutnya, orang-orang sekarang banyak yang menjadi follower dan hampir pasti meng-iya-kan apapun yang dilontarkan dari apa yang diikuti. Akibatnya mereka terjebak dalam informasi yang tidak valid, sehingga menimbulkan kegaduhan yang tak pernah berhenti.

Setelah pemaparan mas Harico selesai, berakhir pula sesi diskusi pertama dan dilanjutkan perform dari teman-teman Kandank Jurank Doank bersama Dik Doank. Ini pertama kalinya saya berjumpa langsung dengan Dik, setelah lama sejak masa kecil sering melihat di televisi swasta nasional sebagai presenter. Sebelum membawakan lagu ikhlas itu indah, Dik menyapa jamaah dengan ilustrasi kisah nabi Ibrahim dan ismail sewaktu dialog sebelum proses penyembelihan. 

Dik bertanya, siapa yang lebih hebat? nabi Ibrahim atau Nabi Ismail? para jamaah saling besahutan, ada yang menjawab Ibrahim dan tak jarang pula yang menjawab Ismail. Kemudia Dik menginterupsi, bukan keduanya namun yang hebat adalah ibu Siti Hajar. Bayangkan ibu siti hajar ditinggalkan oleh nabi Ibrahim di dataran tandus mekkah bersama Ismail tanpa diberi bekal yang cukup dan belum tau kepastian kapan kembali. Tiba-tiba kembali membawa berita kepada anaknya mendapat perintah tuhan untuk disembelih. Apa yang diajarkan oleh Siti Hajar kepada Ismail tentang bapaknya sehingga dia menurut begitu saja?, bahwa bapaknya adalah orang baik,pejuang fi sabilillah, yang melaksanakan apapun perintah tuhannya. 

Tanpa landasan dasar seperti itu apakah ada anak mau begitu saja disembelih meskipun itu perintah tuhannya?. Lebih lanjut lagi, Dik menceritakan bagaimana perjuangan ibu Siti Hajar berlari dari Sofa ke Marwah tujuh kali berturut-turut tanpa pernah menyerah dan putus asa hanya untuk mencari air demi anaknya, yang akhirnya dibalas tuhan dengan muncullah air zam-zam di kaki Ismail kecil yang sampai sekarang belum habis dan masih diminum oleh orang-orang di seluruh belahan dunia seketika tiba di makkah, dan itupun siti hajar tak pernah mampu untuk memilkinya. 

Itulah ikhlas, kita memberikan yang terbaik, meskipun belum tentu kita bisa memilikinya. Ikhlas tidak ada malaikat yang mencatat, karena itu adalah hubungan langsung antara hamba dan tuhannya. Ikhlas itu seperti buih di lautan yang tidak lagi memerlukan pantai. ikhlas adalah menerima apa adanya tanpa mengeluarkan kata-kata atau sikap yang bisa memperburuk keadaan. 

Ikhlas adalah kendaraan ruh spiritual yang kelak akan meninggi dan membumbung tinggi di dalam kedalaman sehingga allah bersedia memberikan ridloNya sehingga akan membukakan kita sebuah pintu keberkahan. Kemudian dilanjutkan menyayikan lagu ikhlas itu indah dengan diawalai membaca surat Al-Ikhlas yang diikuti oleh seluruh jama'ah. Menyambung lau ikhlas itu indah adalah janda Zaenab yang kemudia dilanjutkan membaca sholawat untuk mengiringi mbah Nun agar bersedia naik ke panggung.

Mengawali pembicaraannya kali ini, Mbah Nun coba sedikit menadabburi surat Al-iklas yang telah dibawakan kawan-kawan kandank jurank doank. Beliau menyampaikan, barangkali iklas harus seperti surat al-ikhlas ini, yang tidak kata ikhlas di dalamnya. Ikhlas harus terus kita lakukan tanpa kita mencari-cari identitas ikhlas itu sendiri, sebab kalau kita merasa ikhlas, itu berarti tandanya anda belum ikhlas. Ada dua tipe manusia yang dipaparkan Mbah Nun malam itu, pertama manusia ruang dan yang kedua manusia perabot. 

Manusia ruang adalah manusia yang tak sibuk dengan identitas. Dia tidak memperebutkan tempat, justru menjadi tempat bagi para perabot. Perabot itu bersifat materil sedangkan ruang bersifat rohani, maka jadilah manusia ruang bukan mausia perabot. Merespon mas Husein mengenai hadits man 'arafa nafsahu, faqod 'arafa rabbahu, Mbah Nun menyajikan sisi pandang yang berbeda. Lebih jelas ia mengatakan bahwa terminology itu bisa kita balik menjadi man 'arafa rabbahu faqod 'arafa nafsahu karena semua ini berasal dariNya, qul huwallahhu ahad, Allah itu tunggal. Sambil diselingi guyonan, aku kalau melihat husein tadi bicara, seperti saya melihat saya bicara sendiri.

Manusia ruang adalah shiddiq atau manusia yang bersedekah, meskipun dalam konteks lain shiddiq bisa bermakna jujur. Orang yang shiddiq adalah orang seimbang hidupnya dan juga tidak akan pernah habis. Anda senang di maiyah karena sedang berada pada resonansi rohani, paparnya. Kita menjadi ruang bagi siapapun. Seperti gelas rohani ynag tak akan pernah penuh diisi meskipun kita disini sampai jam 3 pagi, lanjutnya. 

Seperti guru yang mengajarkan ilmu kepada muridnya, bukannya ia malah semakin bodoh atau ilmunya berkurang. Melainkan sebaliknya, ilmunya semakin bertambah dan semakin paham terhadap ilmu tersebut. Setelah penjelasannya terkait tema, Mbah Nun mempersilahkan Dik Doank menyanyikan satu dua lagu. Kemudia meminta sabrang menjelaskan mengenai personalitas dan identitas.

Seusai Dik Doank menyanyikan lagu Bu Endang, gurunya sewaktu SD, pembicaraan dilanjutkan oleh Sabrang. Sabrang menjelaskan bahwa personalitas adalah sesuatu yang dianugerahkan kepada tuhan untuk kita, dan kita tidak bisa memilihnya, seperti bentuk tubuh, lahir dimana, anaknya siapa, dan lain sebagainya yang kita tidak diberikan hak tawar oleh tuhan. Sedangkan identitas adalah pilihan-pilhan manusia yang kemudian menjadikan kebiasaan berkembang menjadi karakter manusia itu sendiri. 

Pilihan-pilhan ini terpengaruh oleh keadaan sekitar, pendidikan, dan lingkungan dimana dia tumbuh. Hujan mengiringi penmaparan mas Sabrang dan terjadi sedikit kegaduhan dari jamaah yang mencari tempat berteduh maupun menyulap tikar lantai sebagai payung bersama. Interupsi sedikit dari mbah Nun, beliau mengatakan bahwa terkadang kita langsung diuji oleh tuhan terhadap ilmu kita, "inilah saatnya kita memberikan ruang satu sama lain agar semakin mesra" tandasnya.

Selain Kandank Jurank Doank dan Dik Doank hadir juga musisi jazz yang sering kali ikut maiyahan Kenduri Cinta yaitu mas Beben yang tidak lain adalah kaka kandung dari Dik Doank. Beben mengawali sambutannya dengan mengutip quotes dari Rumi "setelah engkau kehilangan semuanya, barulah engkau menemukan dirimu". Sedikit bercerita pengalamannya, Mas Beben yang dulunya 17 tahun bekerja sebagai professional IT di sebuah bank akhirnya memilih keluar dan menekuni dunia Jazz. 

Jazz dibaginya menjadi tiga, pertama jazz for jazz, kedua jazz for life, dan yang ketiga jazz for spiritual. Jazz for jazz artinya  jazz untuk music jazz sendiri. Jazz for life, dimana jazz bisa menampung kehidupan masyarakat, sehingga mereka bisa menikmatinya. Jazz for spiritual artinya bagaimana jazz itu menjadi alat untuk kita mendekat kepada allah, karena Allah maha jazzy. 

Beben mengutarakan syukurnya karena bisa berduet dengan adiknya sendiri dan Kandank Jurank Doank, karena selama ini mereka jarang bisa main bareng dikarenakan kesibukan masing-masing. Bersama anak pertama Dik, pemain saksofon Kandank Jurang Doank, mereka bertiga menyanyi lagu digoda bencong karya Dik Doank.

Kenduri cinta berakhir sekitar pukul empat pagi waktu bagian maiyah dan dipuncaki dengan beberapa sholawat oleh penggiat mengiringi jamaah yang salaman dengan Mbah Nun dan beberapa narasumber. Demikian sedikit cerita perjalanan dari saya dan akhir kata, Yukssarul mar'u man ahabba, bahwa semua akan dikumpulkan dengan orang yang yang dicintainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun