Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cerita Pak De tentang Kaghati Kolope dan Itik Alabio yang Membuatku Jatuh Cinta

2 November 2024   14:16 Diperbarui: 2 November 2024   16:35 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tarian Suku Dayak | @kaekaha

Baca Juga Yuk! Het Paradijs Van Java, Menjelajah Surga Sumedang Lewat Buku

Ternyata Itik Alabio yang diceritakan Pak De di bangku SD dulu memang bukan isapan jempol semata. Spesies itik unggulan asli Indoneisa atau tepatnya asli Kalimantan Selatan ini memang pernah menjadi rajanya itik, walaupun sekarang mungkin sudah mulai berbagai dengan spesies itik-itik hasil persilangan dari berbagai ras yang membanjiri pasar di Indonesia.

Luar biasanya, akhirnya saya baru tahu kalau nama Alabio yang tersemat pada spesies unggas yang pernah menjadi rajanya itik unggulan di Indonesia itu ternyata diambil dari nama kampung di pedalaman pahuluan sungai atau sekarang kita kenal sebagai bagian dari wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara, 1 dari 13 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan. 

Jangan-jangan cerita Pak De juga yang mengantarkan saya sampai menjelajah bumi Kalimantan, hingga akhirnya menetap di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!?  

Tarian Suku Dayak | @kaekaha
Tarian Suku Dayak | @kaekaha

Frasa "sak ndayak!" nan Ikonik

Selain itu, saat memaparkan cerita-cerita indah dan beragamnya kekayaan alam dan budaya nusantara dari Sabang sampai Merauke, ada ungkapan berbentuk frasa unik yang entah sadar atau tidak, sering di lontarkan oleh Pak De saat menggambarkan susuatu atau bilangan yang bermakna sangat banyak, yaitu frasa "sak ndayak!". Pernah dengar?

Menurut Pak De, frasa "sak ndayak!" ini konon merujuk pada banyaknya jenis atau macam suku Dayak yang mendiami Pulau Kalimantan. Saat mendengarkan penjelasan Pak De untuk pertama kalinya, jelas saja anak-anak SD seusia kami saat itu masih belum paham maksud dari penjelasan Pak De tersebut.

Tapi sekali lagi, ketika saya menetap di Kalimantan Selatan beberapa dekade berikutnya, saya baru paham terhadap maksud Pak De yang menyebut Suku Dayak mempunyai banyak jenis. Ternyata, suku dayak itu memang mempunyai banyak rumpun yang masing-masing terbagi lagi menjadi beberapa ratusan sub suku yang masing-masing juga mempunyai tradisi dan budaya yang berbeda-beda, termasuk bahasa. Wooow keren kan?

Baca Juga Yuk! Laksa Banjar, "Kehangatan" Kuah Ikan Gabus Full Rempah dari Banjarmasin 

Masih banyak destinasi alam dan budaya yang pernah kami dengar dari cerita Pak De, seperti kisah tapak kaki raksasa yang sampai sekarang masih misterius di Aceh, Uniknya Jam Gadang di Bukittinggi, Pem-pek Palembang yang ikonik, Upacara kematian suku Toraja (Rambu Solo') yang unik, Pulau Banda dengan buah pala-nya yang legendaris, sampai naga terakhir yang hidup di bumi, Komodo dan lain-lainnya.

Sungguh, kami sangat beruntung saat SD dulu bertemu dengan Pak De alias Pak Guru Suyitno yang mengantarkan saya dan teman-teman mengenal indah dan beragamnya alam budaya nusantara sejak dini, hingga kami benar-benar jatuh cinta dengan nusantara, Indonesia kita! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun