Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cerita Pak De tentang Kaghati Kolope dan Itik Alabio yang Membuatku Jatuh Cinta

2 November 2024   14:16 Diperbarui: 3 November 2024   06:14 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kain Sasirangan Khas Banjar, Bagian dari Kekayaan Budaya Nusantara yang Patut Dilestarikan | @kaekaha

Hari-hari yang kami lalui bersama Pak De di dalam maupun diluar kelas selalu penuh warna. Setiap hari, kami serasa diajak keliling Indonesia untuk menikmati apa saja, terutama cerita kekayaan dan keindahan alam, juga seni dan budaya nusantara dari Sabang sampai Merauke.

Inilah yang kami maksud sebagai sisi "saktinya" Pak De alias Pak Suyitno, guru IPS kami semasa SD itu! Bagaimana tidak!? Bagaimana bisa, orang setua beliau yang mengaku belum pernah kemana-mana, bisa bercerita betapa kaya dan indahnya alam dan budaya nusantara secara detail, baik dan presisi (setidaknya untuk ukuran alam fikiran anak SD, murid-murid beliau saat itu di tahun 80-an). 

Kalau sekarang, setelah saya juga menjadi bapak yang mempunyai anak seumuran SD, saya bisa menjawabnya! Pak De pasti suka membaca dan mempunyai teknik story telling yang mumpuni, hingga telinga dan emosi kami sering diaduk-aduknya sampai kami merasa ketagihan dan selalu merindukan kisah-kisah menakjubkan tentang nusantara yang berhasil membangun konstruksi awal imajinasi kami terhadap Bhinneka Tunggal Ika, hingga kelak kami semua begitu cinta dan menikmati indahnya alam dan beragamnya budaya nusantara, Indonesia kita langsung dari tuturan mulut beliau. 

Nah, untuk bisa bercerita selengkap dan sedetail itu, Pak De pasti membekali dirinya dengan materi dari referensi yang lengkap dan pastinya juga didasari dengan rasa cintanya pada nusantara. Indonesia kita! Bagaimana caranya? Betulkan, Pak De memang "sakti mandraguna?"


Salam dari Pulau Muna!

Dari Pak De, untuk pertama kalinya saat itu, saya dan teman-teman mengenal kisah Kaghati Kolope. Itu lho, permainan layang-layang tertua di dunia dari Pulau Muna, Sulawesi Tenggara yang belakangan, dari hasil penelitian ilmiahnya terbukti telah ada lebih dari 4000 tahun silam, jauh lebih tua dari permainan layang-layang dari Cina yang berusia sekitar 2500 tahun dan sebelumnya diyakini menjadi yang tertua di dunia. 

Baca Juga Yuk! "Berselancar" di Kompasiana, Berkeliling Indonesia, Mengabadikan Indahnya Keragaman Nusantara

Uniknya, layang-layang dari Pulau Muna ini dibuat dari bahan-bahan yang disediakan alam, sehingga penampakannya jauh lebih natural dan orisinil, yaitu dari daun ubi hutan sejenis tanaman gadung yang tumbuh liar di hutan-hutan Pulau Muna yang oleh masyarakat setempat di sebut sebagai Kolope. 

Setelah daun-daun Kolope dikeringkan dan dipotong-potong ujungnya, lembaran daun kolope dirangkai menggunakan potongan bambu tipis mengikuti pola rangka Kaghati yang dibuat dari bambu. Sedangkan untuk menerbangkan Kaghati, masyarakat biasa menggunakan benang alami yang dipintal dari serat nanas hutan yang sangat kuat. Keren ya!?

Anakan Itik Alabio Super dan Beberapa Varian Spesies Unggulan Lainnya | @kaekaha
Anakan Itik Alabio Super dan Beberapa Varian Spesies Unggulan Lainnya | @kaekaha

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun