Semua berawal dari passion saya pada tema-tema sosial budaya atau juga folklore yang terus bertumbuh, apalagi setelah bertemu dengan salah satu job kerja saya di perusahaan consumer goods nasional yang mengharuskan saya dan tim berkutat, mempelajari profil sosial budaya dari masyarakat di setiap daerah baru yang dibidik untuk ekspansi market share.Â
Bisa membayangkan bagaimana antusiasnya saya?
Kebetulan, karena saat itu saya bertugas di Regional Officer Kalimantan yang berpusat di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan dan fokus dari target kita memang menjadi leader di Pulau Kalimantan, maka saat itu saya dan tim secara intensif terus bergelut dengan profil sosial budaya masyarakat Pulau Kalimantan (saat itu) di 4 Provinsi.
Tidak hanya dengan terjun langsung alias jalan-jalan di daerah-daerah target saja, kami juga bergelut dengan data dari berbagai sumber, termasuk artikel-artikel dari berbagai media, salah satunya dari Kompas Grup yang di dalamnya sudah pasti ada Kompasiana.Â
Dari sinilah, akhirnya saya mengenal "user generated content platform" terbesar di Indonesia dan dunia ini untuk pertama kalinya, hingga kelak, akhirnya merasa pas menjadikannya sebagai pelabuhan dari sebagian besar dokumentasi "perjalanan spiritual" saya di ranah sosial dan budaya.Â
Dari "berselancar" di Kompasiana, saya mengenal kehidupan sosial budaya otentik masyarakat Banjar, Dayak, Kutai, Melayu dan entitas khas Pulau Kalimantan lainnya yang detailnya relatif sulit didapat di media, bahkan di media induk sekelas Kompas yang di setiap akhir pekan dikenal luas dengan artikel-artikel budaya bergaya ensiklopediknya.Â
Hingga akhirnya, saya juga mengenal para pewartanya, melalui beberapa fitur komunikasi dan interaksi yang disediakan dalam situs Kompasiana, terutama Kompasianer dari Banjarmasin dan Kalimantan Selatan yang menjadi cikal bakal perkumpulan KOMBATAN alias Kompasianer Banua Kalimantan Selatan yang kelak mewadahi ruang diskusi dan berliterasi teman-teman kompasianer yang berdomisili di seputaran Kalimantan Selatan.
Kelebihan dari artikel sosial budaya di Kompasiana, sebagai citizen jounalism yang ditulis dan diwartakan oleh masyarakat pelaku dan praktisi budaya itu sendiri, jelas selayaknya info A1 yang otentik  dan ini pasti sangat bermanfaat, sangat membantu pekerjaan saya dan tim saat itu.Â
Kompasianer senior dari Banua Banjar yang sekarang relatif sangat sulit untuk ditemukan karya-karya terbarunya, seperti  Bang Imi Suryaputera, Bang Andin Alfi, Pak Zulfaisal, Pak Tadjudin Noor Ganie, Pak Syarbani Haira dan budayawan-budayawan Banjar lainnya inilah, mentor sekaligus panutan saya dalam berliterasi sosio kultur Urang Banjar.Â
Semoga "guru-guru" saya ini senantiasa diberi kesehatan, kesuksesan, kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat, plus tergerak untuk ngompasiana lagi! Amin.