Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Rahasia Pesugihan Tulang Belulang

1 Agustus 2024   14:50 Diperbarui: 4 Agustus 2024   18:39 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN 

Langsung menuju ke ruang khusus imam masjid tempat Kai Husin biasanya menunggu datangnya shalat Subuh, aku dikejutkan oleh obrolan dari dua orang yang sangat kukenal suara dan juga gaya bicaranya dari dalam ruangan.

"Kai Hasan!?" Gumamku dalam hati. Ini benar-benar surprise. Sungguh! Sejak ada masalah sengketa, komunikasi kami dengan keluarga Kai Hasan benar-benar beku. Bagaimana bisa, tiba-tiba beliau bersama Kai Husin!?

Belum sempat kuketuk pintu, tiba-tiba pintu terbuka.

"Rizal!? Waaah pucuk dicinta ulam pun tiba. Ayo masuk jurnalis!" Kai Hasan yang tadinya mau keluar ruangan, langsung menarikku ke dalam.

"Baru saja, kami selesai membicarakanmu! Ayo duduk, kai pesankan minuman dulu di kantin!" Setelah menuntunku duduk, Kai Hasan langsung keluar ruangan.

"Ada apa ini kai?" Tanyaku kepada Kai Husin.

Bukannya menjawab pertanyaanku, sidin justru memberiku sebuah buku tebal mirip buku harian dengan sampul muka bertuliskan Karindangan yang tampak sudah usang dan tua.

"Itu buku catatan peninggalan datukmu, Hajjah Maryam! Disitu ada banyak rahasia yang akan menjawab semua keingintahuanmu. Bacalah cu!" Kata Kai Husin.

Di halaman pertama, aku langsung menemukan prasasti tulisan tangan datuk, "Untuk Hasan dan Husin, Putra kembarku tersayang!", berikut catatan yang mengerucut pada sebuah pesan pada keduanya untuk terus menjaga silaturahim apapun yang terjadi. Menurut Datuk, itulah ikhtiar merajut kasih sayang paling nyata.

"Masha Allah, ini ternyata alasan Sidin berdua tetap menjaga silaturahmi, meskipun bekas luka akibat sengketa belum juga mengering", Gumamku dalam hati.

Selanjutnya, berbekal penanda halaman buku yang sepertinya sengaja dibuat Kai Husin, aku menemukan catatan resep-resep orisinil dan otentik masakan khas Banjar tulisan tangan datuk, seperti sop, soto sampai bubur ayam asli khas Banjar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun