Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kongsi Dukun Lintrik

9 Juli 2024   14:46 Diperbarui: 9 Juli 2024   15:07 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kongsi | dok. Kompasiana

"Lintrik!?" Tanya Bambang dan Budi hampir berbarengan.

"Lintrik pelet!?" Tanyaku mempertegas.

"Syaratnya gampang kok! Bi' Ikah hanya perlu foto Nina, sama duit 20 ribu saja, dijamin dia akan nangis bombay tergila-gila lagi sama Bintang!" Budi berusaha meyakinkan idenya untuk mengembalikan kehidupanku  yang menurutnya sedang tidak baik-baik saja, gara-gara Nina!

Ya, Nina kekasihku, eh mantan kekasihku yang tidak ada angin dan tak ada hujan tiba-tiba minta bubaran!

Konon, menurut Briana teman sekelas si-Budi yang juga teman sekosan si-Nina, mantanku itu lagi bermain api dengan anak ibu kosnya yang baru saja lulus dari luar negeri.

"Aaaaah pantas saja!" Gumamku dalam hati. Nggak ada alasan untuk mikir panjang lagi, aku terima saja ide si-Budi, mengembalikan Nina ke pelukanku dengan lintrik!

Ya, dengan lintrik! Ilmu pengasihan kuno yang konon akan melibatkan setan sekuburan untuk membuat Nina kembali bertekuk lutut, bahkan tergila-gila yang segila-gilanya kepadaku. Puaaaaaaaas! Tahu aja setan-setan itu yang kumau!

Karenanya, meski badanku masih lemas, menanggung pening dan perut yang masih saja mual, aku tetap bergegas mencari foto-foto Nina di tumpukan baju dalam lemari untuk kubawa ke Bi' Ikah nanti malam.

Adzan Isya baru saja membahana di angkasa, tapi lingkungan rumah Bi'Ikah di ujung kampung ini sudah serasa di tengah malam, sunyi-senyap dan hanya menyisakan sesekali derik serangga di kejauhan yang bikin bulu kuduk suka berdiri sendiri.

Di ruangan praktik khususnya, kami berempat plus Bi' Ikah, terlibat langsung detik-detik ritual yang sebelumnya hanya kulihat dalam film dan sinetron-sinetron itu.

Bi' Ikah terus melafalkan mantra-mantra asing yang hanya samar terdengar, saat jari-jari di kedua tangannya memainkan kartu-kartu ceki itu. Sambil sesekali memeriksa pesan yang muncul dari lembar-lembar kartu yang terjatuh di meja, sorot tajam mata Bi' Ikah tidak lepas dari menatap foto Nina. "Ah, kok jadi serem ya!?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun