"Sobung kabbhi dek!" Jawab si ibu lagi.
 "Iya bi, sop bung-nya dibungkus saja sepuluh ya!" Mas Agus berusaha meyakinkan si ibu untuk dibungkuskan sepuluh nasi sop bung.
Mendengar jawaban Mas Agus, si ibu masuk ke dapur dan menghilang untuk beberapa saat. Pikir Mas Agus dan Kak Rina, si ibu mungkin sedang membungkuskan nasi pesanan mereka, sehingga keduanya memilih duduk di bangku panjang di depan etalase kaca yang di dalamnya terlihat tinggal menyisakan kuah-kuah sisa lauk saja.
Beberapa waktu berlalu, si Ibu tidak juga muncul, tiba-tiba dari pintu samping yang terhubung dengan kantor desa malah muncul Pak Tinggi atau Pak Kades Amsyari dengan istri beliau. Anehnya, melihat kami berdua Pak Tinggi Amsyari dan istrinya kok senyumnya aneh ya! Seperti sambil menahan tertawa gitu! Ada apa ya!?
Nggak lama, muncul juga si ibu di belakang Pak Tinggi Amsyari, juga sambil tersenyum. Tapi lagi-lagi, senyumnya juga aneh! Terlihat kalau sambil menahan tertawa juga! "Wadaaaah ada apa ini?" Tanya Mas Agus dalam hati.
"Mas Agus sama Mbak Rina ya yang mau sobung sepuluh bungkus!?"Â Tanya Pak Tinggi Amsyari, dengan bahasa Indonesia logat Madura yang medok, masih dengan balutan senyum yang mencurigakan.
"Iya Pak, kok bapak jadi tahu!"Â Jawab Mas Agus spontan dengan sedikit keheranan.
"Iya tadi Bibi Imah tadi ke kantor dan cerita, kalau ada anak KKN minta bungkus nasi sobung katanya. Makanya saya diminta kesini untuk menjelaskan ke Mas Agus dan Mbak Rina!"Â Pak Tinggi menjelaskan kepada Mas Agus dan Kak Rina, tapi kali ini hanya sambil senyum saja tidak dengan menahan tertawa seperti tadi.
"Memangnya ada apa ya pak dengan sop bung-nya!?" Tanya Mas Agus lagi ke Pak Tinggi Amsyari, keheranan.
"Jadi begini Mas Agus dan Mbak Rina, sobung dalam bahasa Madura itu artinya tidak ada atau bisa dimaknai sebagai habis, bukan jenis masakan atau makanan. Jadi maksud bibi Imah tadi menyebut kata sobung itu artinya makanannya sudah habis di warungnya" Pak Tinggi Amsyari menjelaskan kepada Mas Agus, kali ini beliau sepertinya tidak bisa lagi untuk menahan tawanya, begitu juga istri beliau bahkan juga Bibi Imah dan Kak Rina yang terlihat tertawa terpingkal-pingkal sambil memukuli lengan Mas Agus yang akhirnya juga ikutan tertawa ngakak juga!
"Astaghfirullah, maaf-maaf Bi Imah, saya pikir Sop Bung itu sop rebung! Saya benar-benar nggak tahu! Terima kasih lho Pak Amsyari, sudah memberi penjelasan, kalau begitu sekalian saja kami pamit. Kasihan anak-anak pada kelaparan di posko". Sambil menahan rasa gemas yang belum tuntas, Mas Agus dan Kak Rina berusaha pamit untuk segera membuang rasa malu sekaligus membeli nasi di tempat lain.