Entahlah, mimpi apa aku semalam! Kekhawatiran yang kupendam beberapa bulan terakhir, pagi ini benar-benar menjadi kenyataan!
Seperti yang aku khawatirkan sejak awal! Mereka benar-benar memilihku untuk melanjutkan tradisi "horor" legendarisnya anak-anak KKN di kampusku!
Mereka, teman-teman satu kelompok KKN-ku yang kesemuanya memang lebih senior setahun alias angkatan satu tingkat diatasku secara aklamasi memilihku menjadi koordinator desa alias kordes.
"Duuuuuh! Pasti bakalan repot ini!!! Lagian darimana juga mereka tahu aku paling junior diantara mereka?" Gumamku dalam batin sambil memasang muka sewot, saat teman-temanku menyalamiku sambil mengucapkan selamat.
Padahal aku sudah mati-matian menolak jabatan itu, termasuk dengan membiarkan rambut panjangku tergerai melebihi bahu, biar muncul kesan "nakal" dan nggak layak jadi kordes apalagi korcam!
Karena konon, memang belum ada si-gondrong yang didaulat menjadi kordes apalagi korcam dalam sejarah KKN di kampusku! Tapi sayangnya, itu tidak juga membantuku terbebas dari tradisi lama itu!
Ini yang bikin kesel! Meskipun rambutku gondrong, mereka menyebut nggak ada kesan nakal dan serem-seremnya sama sekali, apalagi sangar-sangarnya, blass nggak ada! Malah semakin imut kata mereka... Jadi yaaaaa nggak ada yang perlu dikhawatirkan! "Ah, kenapa jadi begini ya!?"
Tradisi ini memang sudah sejak lama ada! Bahkan menurut rektor dalam beberapa artikel lamanya saat masih menjadi mahasiswa dan dosen yang pernah kubaca di arsip majalah kampus dan selalu diulanginya di setiap pidato pelepasan, termasuk saat melepas rombongan kami di halaman rektorat, konon tradisi yang menurutnya baik dan unik ini, merupakan cirikhas KKN kita dan memang sudah sejak lama eksis, bahkan jauh sebelum beliau sendiri menjalani KKN.
"Siapa saja yang 'kepagian' mengambil SKS KKN, wajib bersiap-siap untuk 'diplonco' menjadi kordes alias koordinator desa, bahkan sampai korcam alias koordinator kecamatan, jangan takut atau minder, tapi ya yang nggak gondrong rambutnya!" Kata Pak Rektor dalam sambutannya.
"Nah, yang nggak gondrong kan!!!" Seketika aku protes kepada teman-teman kelompokku dengan menatapnya satu per satu. Tapi dasar sudah pada sekongkol, mereka hanya nyengir kuda dan sebagian lagi malah nekat mengerlingkan mata sambil tersenyum genit!