Sejak saat itu sumur Bi'ru raumah menjadi milik Utsman bin Affan berikut tanah disekitarnya yang banyak ditumbuhi kurma dan langsung diwakafkan sepenuhnya kepada seluruh warga Madinah, sehingga mereka bebas memanfaatkan airnya, termasuk si Yahudi pemilik terdahulu.
Setelah diwakafkan, pohon kurma di sekitar sumur tumbuh semakin subur dan semakin banyak, hingga akhirnya menjadi kebun kurma yang sangat luas dengan hasil buah kurma yang melimpah sehingga menjadi berkah sendiri untuk masyarakat kota Madinah.
Sampai di era pemerintahan Utsmaniyah, kebun kurma ini masih terregistrasi atas nama Khalifah Usman bin Affan, begitu juga dengan rekening abadinya yang berusia ribuan tahun, semua tetap dikelola dengan baik hingga semakin berkembang.Â
Setelah daulah Utsmaniyah ambruk, pengelolaan kebun kurma diambil alih oleh  Departemen pertanian kerajaan Saudi, aset kebun atas nama Utsman bin Affan semakin berkembang pesat dan menghasilkan dana penjualan yang luar biasa besar.
Setiap tahunnya menurut laporan pemerintah Arab Saudi, dari total keuntungan penjualan buah kurma, setengah diantaranya disalurkan untuk zakat anak-anak yatim, fakir miskin dan masyarakat yang membutuhkan.
Sedangkan setengah keuntungan sisanya, dikelola oleh kementerian wakaf untuk ditabung dan disimpan ke rekening khusus atas nama Usman bin Affan.
Dari dana deposit inilah keperluan kebun seperti untuk biaya perawatan, modernisasi alat perkebunan, peremajaan tanaman, termasuk gaji para karyawan didapatkan.
Selain itu dananya juga diinvestasikan dalam bentuk riil, seperti properti. Salah satunya yang sedang trending adalah pembangunan hotel di Madinah dengan nama Hotel Waqf Outhman bin Affan.
Hotel mewah bintang 5 ini lokasinya di kawasan premium kota Madinah yaitu di markaziyah tepat di ujung lorong pintu nomor 333 masjid Nabawi, tidak jauh dari masjid Khalifah Usman bin Affan.