Baca Juga Yuk! Malem Mingguan Bareng Last Kiss-nya Pearl Jam, Yuk!
Setidaknya, ada dua faktor utama yang menjadikan seni kidungan jula-Juli khas Suroboyoan masih relatif berkibar di era digital seperti saat ini. Pertama, karena faktor fleksibilitas dalam seni kidungan jula-juli itu sendiri.
Kecuali tema cerita, pertunjukan seni kidungan jula-juli tidak memerlukan pakem yang ketat, panggung, gamelan, kostum khusus dan yang tidak kalah penting, tidak perlu melibatkan banyak orang, karena kidungan jula-juli garingan (tanpa musik pengiring) ala Cak Markeso sejak sebelum kemerdekaan sudah tampil sendirian layaknya stand up comedy yang sekarang sedang booming!
Eh iya, hampir lupa! Baik dalam acara live show maupun rekaman, baik di studio rekaman, studio radio atau televisi, seni kidungan jula-julinya Cak Kartolo selalu tampil secara spontan dan full improvisasi, karena tidak ada contekan berupa teks sama sekali.Â
Jadi ketahuan kan, secerdas apa para pemain kidungan jula-juli khas Suroboyoan ini!?
Faktor keduanya adalah fenomena  kreatifitas seorang Kartolo dan kawan-kawan atau kita mengenalnya sebagai Kartolo Cs. Kenapa Kartolo!?
Memang, dalam dunia pertunjukan seni ludruk kita warga Jawa Timur, khususnya Surabaya, tentu banyak mengenal tokoh-tokoh ludruk senior yang tidak kalah kompeten dan serius melestarikan seni ludruk di era dan zamannya masing-masing.
Tapi tetap saja, nama Kartolo dan CS-nya seperti Basman (mertua Kartolo), Kastini (Istri Kartolo), Sokran, Munawar, Sapari dan Blontang dengan kreativitasnya yang berbasis pada ramuan dari drama kehidupan sehari-hari, mampu menjadikan pertunjukan seni kidungan jula-julinya lebih berkarakter sebagai hiburan rakyat yang aktual, egaliter dan pastinya menghibur.
Gaya mbanyol alias humor yang  menjadi trademark mereka begitu cair dan ini memudahkan siapapun yang mendengar atau melihat penampilan mereka untuk menikmati hingga merenungi inti dari jalan ceritanya tanpa harus berprasangka.