Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Malem Mingguan Bareng Last Kiss-nya Pearl Jam, Yuk!

20 Januari 2024   22:17 Diperbarui: 24 Januari 2024   13:35 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN 

Oh where oh where can my baby be 

The Lord took her away from me 

She's gone to heaven so I got to be good 

So I can see my baby when I leave this world ... 

Pearl Jam -- Last Kiss

Penikmat lagu-lagu rock dan balada di akhir era 90-an pasti pernah mendengarkan lagu yang ngehits kembali setelah "tidak sengaja" dipopulerkan kembali oleh Pearl Jam, salah satu dari punggawa the big four of Grunge alias band-band pengusung trend Seattle Sound atau kita lebih mengenalnya sebagai band-band alternatif terbaik di jamannya. Anda juga gengs!?

Nomor Last Kiss yang bercitarasa "riang" dan memang  enak di dengar ini, sebenarnya menceritakan kisah sedih nan tragis yang ditulis oleh Wayne Cochran berdasar sebuah kisah nyata untuk  dipopulerkan oleh J. Frank Wilson & The Cavaliers  pada 1964 silam.

Lagu ini merupakan salah satu lagu kenangan saya di akhir-akhir "tugas belajar" di Kota Tembakau di ujung timur Pulau Jawa. Entah kenapa, setiap kali selesai memainkannya dengan gitar bolong atau sekedar mendengarkannya saja, selalu muncul rasa bersemangat yang berlipat!


Jadi, kalau lagi kangen dengan masa-masa itu (seperti malam Minggu ini!) atau kangen dengan si kota tembakau berikut orang-orang cantik yang masih ada disana, saya masih sering memutar lagu yang konon ditemukan oleh Eddie Vedder, front man-nya Pearl Jam itu saat lagu  ini sedang diputar di toko barang antik di salah satu sudut Seattle, sesaat sebelum dia  manggung.

Selanjutnya, setiap malam Eddie selalu mendengarkan versi asli lagu ini sampai akhirnya dimainkan saat tour 1998.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun