Oh where oh where can my baby beÂ
The Lord took her away from meÂ
She's gone to heaven so I got to be goodÂ
So I can see my baby when I leave this world ...Â
Pearl Jam -- Last Kiss
Penikmat lagu-lagu rock dan balada di akhir era 90-an pasti pernah mendengarkan lagu yang ngehits kembali setelah "tidak sengaja" dipopulerkan kembali oleh Pearl Jam, salah satu dari punggawa the big four of Grunge alias band-band pengusung trend Seattle Sound atau kita lebih mengenalnya sebagai band-band alternatif terbaik di jamannya. Anda juga gengs!?
Nomor Last Kiss yang bercitarasa "riang" dan memang  enak di dengar ini, sebenarnya menceritakan kisah sedih nan tragis yang ditulis oleh Wayne Cochran berdasar sebuah kisah nyata untuk  dipopulerkan oleh J. Frank Wilson & The Cavaliers  pada 1964 silam.
Lagu ini merupakan salah satu lagu kenangan saya di akhir-akhir "tugas belajar" di Kota Tembakau di ujung timur Pulau Jawa. Entah kenapa, setiap kali selesai memainkannya dengan gitar bolong atau sekedar mendengarkannya saja, selalu muncul rasa bersemangat yang berlipat!
Jadi, kalau lagi kangen dengan masa-masa itu (seperti malam Minggu ini!) atau kangen dengan si kota tembakau berikut orang-orang cantik yang masih ada disana, saya masih sering memutar lagu yang konon ditemukan oleh Eddie Vedder, front man-nya Pearl Jam itu saat lagu  ini sedang diputar di toko barang antik di salah satu sudut Seattle, sesaat sebelum dia  manggung.
Selanjutnya, setiap malam Eddie selalu mendengarkan versi asli lagu ini sampai akhirnya dimainkan saat tour 1998.
Uniknya, lagu yang dinilai para penggemar berat Pearl Jam sama sekali tidak menunjukkan soul-nya pearl jam dan sudah pasti dalam sejarahnya konon menjadi sangat tidak disukai oleh fans Pearl Jam garis keras ini direkam secara live saat band sedang check sound di Constitution Hall, Washington DC.
Baca Juga Yuk! Mulakan Dengan BismillahÂ
Kerennya, meskipun tidak disukai fans garis kerasnya sendiri dan tidak pernah masuk, apalagi rilis baik dalam bentuk single maupun album, nomor Last Kiss yang secara musikal memang sesuai dengan tren musik saat itu yang sedang dikuasai oleh genre pop rock justeru semakin menjadi mainstream, laris, hingga booming dan populer di tangga-tangga lagu radio.
Ini hebatnya Last Kiss-nya Pearl Jam, dibenci dan dirindukan di saat yang sama! Tidak heran jika sampai sekarang, Pearl Jam tidak akan pernah meninggalkan nomor ini dalam repertoar disetiap konser-konsernya.
Sama sekali tidak menyangka, jika daur ulang Last Kiss akhirnya justru menjadikan Pearl Jam meraih sukses besar, hingga berada di urutan 2 Billboard Hot 100, no. 4 di Top 40 Mainstream dan no.2 Billboard Modern Rock Track.
Gayung bersambut, tidak mau melewatkan momentum, akhirnya manajemen Pearl Jam memutuskan untuk merilis ulang  sekaligus menjual secara resmi lagu yang pernah tercatat menjadi the highest-charting Pearl Jam song in  the US tersebut pada 8 Juni 1999.
Sebelumnya, nomor ini sudah masuk dalam album Charity atau amal yang berjudul No Boundaries: A Benefit for the Kosovar Refugees (1999) dan luar biasanya, hasil dari royalti semuanya disumbangin ke  korban perang Kosovo.
Seperti belum puas juga, nomor Last Kiss ini akhirnya secara resmi menjadi bagian dari 30 lagu dalam album kompilasi Lost Dog yang rilis pada 11 Nopember 2003 silam.Â
Last Kiss for you!Â
Semoga Bermanfaat!
Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H