Apa yang biasa anda rindukan dari masa kanak-kanak anda?
Meskipun masing-masing dari anda pasti mempunyai jawaban spesifik yang berbeda-beda, tapi saya yakin, karena dunia kanak-kanak memang tidak akan pernah jauh-jauh dari dunia main dan mainan, saya dan anda pasti pernah merindukan kebersamaan dengan teman-teman kanak-kanak kita, terutama saat memainkan mainan-mainan kesukaan kita secara bareng-bareng atau rame-rame.
Ayoooo apa mainan masa kecil anda yang paling berkesan!?
Baca Juga : Â Mulakan dengan Bismillah
Setiap memasuki musim penghujan, biasanya ada hewan-hewan khusus yang muncul "memberi tanda" kepada kita semua bahwa musim hujan memang segera atau sudah tiba.Â
Di kampung masa kecil saya, di kaki Gunung Lawu yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, setidaknya ada 2 jenis serangga yang secara konsisten selalu memberi tanda datangnya musim hujan, yaitu hadirnya laron-laron jenis besar secara masal dan munculnya jangkrik di teras-teras dan halaman rumah.
Kedua jenis serangga ini, tidak hanya memberi tanda saja tapi keduanya juga memberi manfaat nyata buat masyarakat di kampung kami. Biasanya, laron-laron jenis besar ini dimanfaatkan menjadi bahan pangan untuk membuat peyek dan bothok, dua kuliner khas di kampung kami yang tidak hanya bisa dimakan sendiri, tapi juga dibagi-bagi dengan tetangga, baru selebihnya dijual.
Sedangkan keberadaan jangkrik di kampung kami saat itu, setidaknya mempunyai 2 manfaat mendasar, dipelihara untuk  menakut-nakuti tikus dan untuk mainan kami, anak-anak seumuran SD di tahun 80-an.Â
Kerennya, kedua manfaat ini sama-sama berpotensi ekonomi yang lumayan untuk anak-anak seperti kami saat itu!?
Baca Juga : Â Main ke Official Store Merchandise-nya Barito Putera
Mungkin bagi anak-anak jaman sekarang, dua manfaat dari "jangkrik", nakut-nakuti tikus dan sebagai "mainan" akan bikin mereka melongo keheranan! Gimana caranya!?
Kami anak-anak kecil seusia SD di kaki Gunung Lawu pada dekade 80-an, meyakini kalau tikus sangat takut dengan lantangnya bunyi "ngerik" alias bunyi derik dari jangkrik jantan yang sebenarnya sedang birahi dan sedang mencari pasangan di malam hari yang biasanya sunyi senyap dari tempat yang cenderung gelap.
Keyakinan kami bahwa tikus takut dengan suara ngerik-nya jangkrik ini memang lebih pada tradisi turun menurun di lingkungan kampung kami, jadi ya kami tidak benar-benar tahu sejauh mana hubungan ilmiah diantara keduanya. Pastinya, seingat saya tikus memang mulai jarang terlihat, setelah bunyi-bunyian ngerik-nya jangkrik mulai ada di dalam rumah kami.
Nah karena alasan ngerik atau derik jangkrik yang menurut kami sangat bermanfaat itulah, saat itu kami lebih memilih untuk memelihara jangkrik jantan saja, tidak dengan betinanya.Â
Saat itu, masing-masing anak bisa mempunyai sampai puluhan ekor jangkrik yang dipelihara dalam kandang bambu yang dibuat layaknya box dengan desain suka-suka kami, terpenting luas masing-masing kamar cukup untuk masing-masing jangkrik hidup secara layak. Satu jangkrik akan menempati masing-masing satu kamar.Â
Khusus untuk membuat kandang jangkrik, ini juga memerlukan effort khusus sih sebenernya. Selain wajib menyiapkan desain kandangnya, kita juga musti mempersiapkan bahan bambu dan juga perangkat untuk membuatnya. Ini keren banget lho buat mengasah imajinasi dan kreatifitas anak-anak!
Seingat saya, waktu itu juga belum ada peternak jangkrik skala besar yang bisa memasok untuk berbagai keperluan masyarakat, seperti untuk pakan burung, ikan dan lain sebaginya, seperti sekarang yang tinggal cari ke pasar saja kalau perlu jangkrik.
Bagi kami saat itu, kencang dan lamanya bunyi ngerik si jangkrik merupakan ukuran  kejantanannya dan itu modal besar untuk menakut-nakuti tikus, maka harga jangkrik model begini yang biasa kami sebut kelas A (Grade A) juga akan melambung di bursa jangkrik di lingkungan anak-anak kecil di kampung kami.Â
Sering juga dulu, kami mengeksplorasi cara untuk memperkeras suara ngerik-nya si Jangkrik, mulai dari dengan di kasih makan cabe-cabean yang hasilnya luar biasa! Jangkrik kami mati semua! Sampai dengan trik ditiup bagian belakang badannya, tapi ternyata sampai sekarang kami tidak tahu juga bagaimana cara mengencangkan bunyi ngerik-nya si jangkrik!
Cara jual beli jangkrik diantara kami saat itu tidak pakai uang, tapi dengan cara barter yang kami sebut ijol-ijolan. Kalau jangkrik  yang ngerik-nya kencang bisa saja dibarter dengan 2 sampai 3 jangkrik yang dianggap biasa-biasa saja.Â
Begitu aja!? Lhaah mahalnya dimana? Begini, saya menyebut jangkrik sebagai mainan mahal bagi kami saat itu, sebenarnya bukan mahal dalam arti nilai rupiahnya semata, tapi lebih kepada "mahalnya" perjuangan kami mendapatkan jangkrik-jangkrik grade A dengan karakteristik suara ngerik-nya yang lantang dan lama.
Spesifikasi jangkrik grade A seperti itu sangat jarang datang sendiri ke teras-teras rumah atau halaman kami, tapi mereka biasanya sembunyi di balik bongkahan batu atau tanah-tanah keras di balik gelapnya malam dan rerimbunan tanaman perdu. Tidak sembarangan kami bisa menangkapnya! Â
Inilah "mahal" yang saya maksudkan untuk jangkrik-jangkrik mainan kami saat itu. Keren kan!?
Selain itu, keunikan jangkrik yang jarang disadari orang adalah identitas pada warna badan dan sayapnya, yang kadang-kadang karena selera juga mempengaruhi "harga jualnya". Kalau badannya hitam biasa kami sebut sebagai jliteng, sedangkan yang kemerahan kami sebut sebagai jrabang dan ada yang kekuning-kuningan, biasa kami sebut sebagai jangkrik debog bosok.
Baca Juga : Â Kearifan Banjar dalam Idiom Hamuk Kalalatu
Oya hampir lupa! Mungkin anda bertanya-tanya, bagaimana cara membedakan jangkrik jantan dengan yang betina, selain dari ngerik-nya!?Â
Caranya sangat mudah! Sayap pada jangkrik betina relatif mulus dan rata-ratanya cantik. Ini berbanding terbalik dengan sayap jangkrik jantan yang secara visual terlihat keriput dan tampak tidak teratur. Nah mudahkan!
Entah kenapa ya, jangkrikpun sayap yang betina ada unsur cantiknya, begitu sebaliknya yang jantan kok ya keriput dan cenderung jelek, tampak tidak teratur pula! He...he...he...
Tapi jangan salah, itulah adilnya Allah SWT, konon keriputnya sayap jangkrik jantan ini ada hubungannya dengan kemampuan ngerik-nya lho!Â
Semakin keriput atau semakin jelek sayap jangkrik jantan dalam persepsi kita, konon lebih kencang suara ngerik-nya! Wooooow gitu looooh!
Untuk keperluan menakuti-nakuti tikus ini, biasanya kandang jangkrik yang biasa kami buat dari bahan bambu, akan ditaruh di tempat-tempat gelap yang berpotensi jadi jalur lalu lintas tikus. Begitu tiap hari sampai tikusnya kapok nggak mau singgah atau tinggal di rumah kami masing-masing.Â
Selain untuk menakut-nakuti tikus, dulu "jangkrik" ini juga menjadi sarana sekaligus media bermain kami sehari-hari.Â
Asalnya, adu jangkrik menjadi salah satu permainan kesukaan kami, tapi karena di tempat ngaji sering diperingatkan oleh Pak Ustad betapa mengerikannya dosa mengadu binatang, terlebih setelah kami membaca komik tentang neraka jahanam, akhirnya kami insyaf dan menggantinya dengan adu suara ngerik-nya saja.
Baca Juga : Â Kisah Serendipiti di Balik Kenikmatan Sepiring Tahu Campu
Karena di habitat aslinya, jangkrik lebih suka hidup di tempat-tempat yang cenderung gelap dan terlindung dari cahaya terang, seperti di balik batu atau di bawah bongkahan tanah, maka biasanya kami juga menempatkan jangkrik-jangkrik peliharaan kami di tempat-tempat seperti di habitat aslinya, gelap dan cenderung agak basah.
Untuk makanan, biasanya jangkrik-jangkrik kami akan kami beri asupan makan berupa krokot segar, bisa juga kubis, wortel, gambas, jagung muda, pepaya dan sayuran lainnya.
Ayoooo siapa yang senyum-senyum sendirian, membaca nostalgia masa kecilnya dengan si jangkrik...he...he...he
Semoga bermanfaat!
Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H