Cara jual beli jangkrik diantara kami saat itu tidak pakai uang, tapi dengan cara barter yang kami sebut ijol-ijolan. Kalau jangkrik  yang ngerik-nya kencang bisa saja dibarter dengan 2 sampai 3 jangkrik yang dianggap biasa-biasa saja.Â
Begitu aja!? Lhaah mahalnya dimana? Begini, saya menyebut jangkrik sebagai mainan mahal bagi kami saat itu, sebenarnya bukan mahal dalam arti nilai rupiahnya semata, tapi lebih kepada "mahalnya" perjuangan kami mendapatkan jangkrik-jangkrik grade A dengan karakteristik suara ngerik-nya yang lantang dan lama.
Spesifikasi jangkrik grade A seperti itu sangat jarang datang sendiri ke teras-teras rumah atau halaman kami, tapi mereka biasanya sembunyi di balik bongkahan batu atau tanah-tanah keras di balik gelapnya malam dan rerimbunan tanaman perdu. Tidak sembarangan kami bisa menangkapnya! Â
Inilah "mahal" yang saya maksudkan untuk jangkrik-jangkrik mainan kami saat itu. Keren kan!?
Selain itu, keunikan jangkrik yang jarang disadari orang adalah identitas pada warna badan dan sayapnya, yang kadang-kadang karena selera juga mempengaruhi "harga jualnya". Kalau badannya hitam biasa kami sebut sebagai jliteng, sedangkan yang kemerahan kami sebut sebagai jrabang dan ada yang kekuning-kuningan, biasa kami sebut sebagai jangkrik debog bosok.
Baca Juga : Â Kearifan Banjar dalam Idiom Hamuk Kalalatu
Oya hampir lupa! Mungkin anda bertanya-tanya, bagaimana cara membedakan jangkrik jantan dengan yang betina, selain dari ngerik-nya!?Â
Caranya sangat mudah! Sayap pada jangkrik betina relatif mulus dan rata-ratanya cantik. Ini berbanding terbalik dengan sayap jangkrik jantan yang secara visual terlihat keriput dan tampak tidak teratur. Nah mudahkan!
Entah kenapa ya, jangkrikpun sayap yang betina ada unsur cantiknya, begitu sebaliknya yang jantan kok ya keriput dan cenderung jelek, tampak tidak teratur pula! He...he...he...