"Jenazahnya Sudah Dimandikan, Ka?"
Saya baru saja keluar dari rumah duka, ketika Supardi sahabat saya dan juga sahabat almarhum sewaktu sekolah SD dulu di kampung, tiba-tiba datang sambil tergopoh-gopoh menghampiri.
Antara kaget, tertegun dan setengah bingung, karena nggak menyangka dia bisa datang ke rumah duka, karena dia merantau jauh ke negeri seberang! Ada satu lagi yang membuat saya jadi kepikiran, yaitu pertanyaan Supardi, "jenazahnya sudah Dimandikan?"
Kita bertiga, Supardi, saya dan almarhum Yanto sudah bersahabat sejak kecil jadi ibaratnya "luar dalam" kita bertiga sama-sama kita ketahui dan pahami bersama. Keakraban kita bertiga sudah selayaknya saudara!
Tapi anehnya kok pertanyaan Supardi hanya menggunakan kata "jenazahnya" sebagai pengganti kata Yanto!?Â
Apa iya si Pardi  sudah lupa sama nama Yanto sahabat kita yang barusan meninggal!? Nggak ah, nggak mungkin begitu!? Bukan Pardi yang lupa atau melupakan nama Yanto! Tapi memang begitulah cara Allah SWT mengingatkan kita, bagaimana dunia bekerja!
Begitu cepat dunia menuntun kita untuk sesegera mungkin melupakan apa saja dan siapa saja yang sudah tiada! Jadi kenapa kita harus ngotot melawan cara kerja dunia!? Biarlah dunia dan manusia meninggalkan dan melupakan  kita kapanpun mereka mau, karena itu memang sudah kodratnya!Â
Terpenting, jangan sampai kita  meninggalkan dan melupakan Dzat yang Maha Kuasa atas diri kita dan alam semesta beserta isinya, disetiap hembusan nafas kita dan disetiap detak jantung kita!
Innalillahi Wainnailaihi Rojiun,
Allahumma Firlahu Warhamhu wa Afihi Wa'fu Anhu
Selamat jalan sahabatku, Suyanto!Â
Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H