Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kalayangan Dandang, "Raksasa Terbang" dari Tapin, Kalimantan Selatan

13 Desember 2023   21:21 Diperbarui: 16 Desember 2023   18:58 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Tapi tidak hanya itu keunikan kalayangan asli hasil kreasi Urang Banua yang 100% rangkanya hanya menggunakan kekuatan dan kelenturan bambu saja ini.

Ukuran aslinya secara tradisional yang sangat besar, dengan bentang panjang sayap yang mencapai 7-9 meteran dan panjang total badan, papat, sampai ujung ekor yang mencapai lebih dari 10 meter, mungkin saja menjadikannya sebagai layang-layang tradisional terbesar di nusantara bahkan di dunia yang untuk menerbangkannya memerlukan kerjasama sampai 5 orang sewasa atau bahkan lebih.

Mengendalikan Piluntang | @Humpro Tapin
Mengendalikan Piluntang | @Humpro Tapin

Besarnya kalayangan juga mewajibkan pemiliknya untuk menggunakan tali yang mempunyai kekuatan sepadan dengan kekuatan kelayangan ketika sudah mengudara. Dulu sebelum ada tali nilon berbagai ukuran seperti sekarang, para pemain kalayangan dandang akan menggunakan tali tradisional dari bahan pintalan ijuk yang biasa disebut sebagai tali haduk.

Tali haduk ini digulung pada piluntang, alat untuk menggulung tali berbentuk persegi empat seperti kemudi.

Lebarnya penampang memungkinkan badan kalayangan menjadi area grafiti bagi pemiliknya. Bisa melukisnya dengan motif-motif sasirangan, menuliskan pesan-pesan bijak dari Alquran dan hadis, juga petuah-petuah bersahaja dari para alim ulama. Tapi seiring dengan perkembangan jaman, isian gambar pada bodi kalayangan jauh lebih beragam, unik, kreatif dan ekpresif.

Si raksasa dari Tapin ini biasa dimainkan masyarakat di areal persawahan yang lapang setelah rumpun padinya selesai dipanen yang biasanya jatuh di sekitaran musim kemarau bulan Agustus-September.

Bakalayangan dandang atau bermain kalayangan dandang secara prinsip sama saja dengan bermain layang-layang pada umumnya. Hanya saja, karena besarnya kalayangan mengharuskan lebih banyak orang untuk menerbangkannya, selain hembusan angin juga harus kuat.

Menerbangkan Kalayangan Dandang | YouTube/Om Gun
Menerbangkan Kalayangan Dandang | YouTube/Om Gun

Begitu juga model kompetisi dalam permainan kalayangan ini juga tidak jauh beda dengan permainan layang-layang lainnya. Selain adu kuat daya tahan tali ketika diadu, hingga salah satu putus dan kalayangannya di perebutkan oleh siapa saja, maka disini ada kompetisi daya tahan terbangnya kalayangan alias siapa yang kalayangannya bisa bertahan lama di udara.

Mengudaranya si raksasa terbang dari Tapin ini jelas akan menjadi pemandangan yang menghibur bagi masyarakat yang melihatnya. Apalagi kalau kalayangan yang terbang di angkasa berjumlah banyak dengan warna, bentuk, dan juga ornemen hiasan di bodinya yang beragam, menggelitik atau bahkan menginspirasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun