Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Negeri Laskar Pelangi dan Kisah Raja Sehari yang Ngangeni

30 November 2023   21:37 Diperbarui: 2 Desember 2023   00:11 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Laskar Gerhana Matahari Total

Semua berawal dari peristiwa alam langka, gerhana matahari total (GMT) pada Rabu pagi, 9 Maret 2016 yang hanya bisa dilihat secara penuh dari 12 propinsi di Indonesia saja, tidak dari belahan bumi manapun!

Peristiwa astronomi yang sangat jarang terjadi ini, secara serius dimanfaatkan pemerintah Indonesia sebagai momentum terbaik untuk menarik wisatawan mancanegara sekaligus menggerakkan wisatawan lokal sebanyak-banyaknya ke berbagai destinasi wisata di Indonesia, khususnya ke berbagai daerah yang beruntung menjadi lintasan utuh peristiwa gerhana matahari total tersebut.

Laskar Gerhana Matahari Total | @kaekaha
Laskar Gerhana Matahari Total | @kaekaha

Gayung bersambut! Tidak mau melewatkan momentum emas tersebut, sebuah holding media nasional ternama, bekerjasama dengan kemenparekraf dan BAKAMLA (Badan Keamanan Laut) membentuk tim even dengan label "Laskar Gerhana Matahari Total" atau Laskar GMT, yaitu semacam tim ekspedisi yang nantinya "ditugaskan" ke Belitung dan Tidore, dua dari sekian kota yang dilintasi jalur lintasan GMT untuk menjadi saksi secara langsung peristiwa astronomi yang menurut beberapa ahli disebut-sebut paling langka di abad 21 tersebut.

Baca Juga :  Pengalaman Seru Menyaksikan Detik-detik Gerhana Matahari Total dari Tengah Laut Perairan Belitung

Tim yang beranggotakan beberapa  blogger/penulis, fotografer dan jurnalis ini, sesuai dengan spesialisasinya masing-masing akan bertugas "merekam dan mendokumentasikan" kronologi perjalanan menuju detik-detik puncak  gerhana matahari total, berikut dampak ikutannya terhadap aspek  sosial, ekonomi dan budaya di lingkungan masyarakat sekitar lokasi pengamatan.

Memang, saya sebenarnya berharap bisa terbang ke Ternate, karena sejak dulu memang sudah terinspirasi dengan kisah-kisah heroik plus cerita-cerita eksotisnya alam dan budaya bumi Ternate sejak di era keemasan Kesultanan Ternate dan Tidore yang telah melegenda. Tapi "rejeki" saya memang harus "tugas" ke Belitung dan Alhamdulillah, ternyata menjadi raja sehari di Belitung juga ngangeni lho!

Monumen Lokasi Syuting Film Laskar Pelangi di Pantai Tanjung Tinggi Berlatar Batu-batu Granit Raksasa | @kaekaha
Monumen Lokasi Syuting Film Laskar Pelangi di Pantai Tanjung Tinggi Berlatar Batu-batu Granit Raksasa | @kaekaha

Memang ada apa di Belitung?

Mengambil penerbangan paling pagi dari Bandara Syamsoedin Noor (BDJ), Banjarbaru, Kalimantan Selatan, saya harus transit dulu di Bandara Soekarno-Hatta (CGK) yang juga menjadi titik kumpul semua elemen tim Laskar GMT yang datang dari berbagai daerah di Indonesia, untuk selanjutnya terbang ke Bandara HAS Hanandjoeddin (TJQ), Tanjung Pandan, Belitung bersama-sama.

Alhamdulillah, setelah mengudara sekitar 65 menit bersama hujan yang cukup lebat di sepanjang penerbangan, akhirnya burung besi yang membawa kami ke pulau yang dulu pernah dikenal sebagai Pulau Biliton ini mendarat juga dengan selamat.

Dijemput Pakai Payung | @kaekaha
Dijemput Pakai Payung | @kaekaha

Uniknya, mungkin karena bandara HAS Hanandjoeddin (TJQ) yang saat itu relatif masih kecil dan sepertinya belum dilengkapi dengan fasilitas bus antar jemput penumpang, karena hujan deras, maka dari tangga pesawat kami dijemput oleh petugas bandara dengan menggunakan payung satu-persatu untuk menuju ruang kedatangan bandara yang berjarak sekitar 100 meteran dan situasi ini kembali terjadi saat kami mau pulang menuju ke Bandara Soetta, Jakarta, beberapa hari kemudian.

Siapa sangka dari si-Mas berpayung penjemput saya, akhirnya saya mendapatkan rekomendasi kuliner khas Belitung berikut tempat-tempat terbaik untuk menikmatinya! Tidak hanya itu, dalam waktu singkat ternyata kami bisa akrab lho. Inilah bentuk-bentuk kehangatan khas Melayu yang ngangeni! Sehangat sajian sup gangan di Dapur Belitung, kuliner sup ikan khas Belitung penghangat tubuh kami sesaat setelah menginjakkan kaki di bumi Belitung yang diguyur hujan deras.

Sup Gangan Khas Belitung | @kaekaha
Sup Gangan Khas Belitung | @kaekaha

Hari pertama di Belitung, kita lebih banyak terlibat dalam acara-acara silaturahmi dan seremonial yang dipusatkan di seputaran pantai Tanjung Tinggi, pantai unik yang berhias batu-batu granit raksasa yang diyakini masyarakat setempat sebagai batu bertumbuh, batu yang akan terus bertumbuh besar dan besar yang dikenal juga sebagai destinasi lokasi syuting film laskar pelangi.

Kita banyak berdiskusi tentang Belitung dan tentunya fenomena GMT dengan semua elemen yang terlibat dalam event ini, mulai dari forkopimda dan Dinas Pariwisata, BMKG, BAKAMLA dan tentunya  Andrea Hirata si empunya tetralogi novel laskar pelangi yang punya andil besar "memantik" perubahan wajah Belitung. Kerennya, sebagai tamu di sini kami benar-benar diperlakukan selayaknya raja!

KN 4801 Bintang Laut | @kaekaha
KN 4801 Bintang Laut | @kaekaha

"Belitung sedang bersolek, tapi memang baru saja dimulai. Jadi ya wajar jika disana-sini  masih tampak seadanya saja. Jadi ya nikmati saja yang ada dan jangan lupa atau segan untuk memberi masukan kepada kami apa-apa saja yang memang perlu kami perbaiki kedepannya, termasuk pelayanan kami kepada anda, tamu-tamu kami!"  Begitulah kira-kira isi pesan dari kepala dinas pariwisata di akhir acara audiensi bersama kami.

Baru besoknya, semua "laskar gerhana matahari" berlayar ke tengah lautan di seputaran perairan selat berhala, Belitung dengan kapal patroli BAKAMLA, KN 4801 Bintang Laut untuk mendapatkan spot terbaik detik-detik puncak gerhana matahari tanpa halangan awan mendung yang kebetulan dilaporkan BMKG menutupi langit beberapa kota di Pulau Sumatera.


Alhamdulillah, strategi kami benar-benar jitu! Akhirnya kami semua bisa menyaksikan kronologi puncak gerhana secara sempurna, tidak jauh dari sebuah kapal pesiar asing yang sepertinya juga terus bergerak mencari tempat terbaik untuk memanjakan tamu-tamunya.

Baca Juga :  Terpesona Keeksotisan Alam Pulau Lengkuas-Belitung nan Unik

Setelah momen gerhana Matahari selesai, kami melanjutkan perjalanan menuju pulau-pulau kecil eksotis di perairan Belitung seperti Pulau Kepayang dan Pulau Lengkuas, destinasi mercusuar tua peninggalan Belanda yang berdiri di pulau eksotis yang lagi-lagi juga berhias bebatuan granit raksasa khas pantai kepulauan di seputaran Belitung untuk Ishoma.

Ishoma di Pulau Gede Kepayang | @kaekaha
Ishoma di Pulau Gede Kepayang | @kaekaha

Sepulang berlayar, sebelum menuju hotel terbaik di Belitung tempat kami menginap, kami mampir dulu ke kedai Mie Atep, kuliner khas Belitung yang penyajiannya beralas daun simpur yang sudah kesohor. Duh sedapnyaaaaa! Sebelum terlelap di tengah malam, saya dan beberapa teman menuntaskan petualangan hari kedua di Belitung dengan ngopi-ngopi cantik di kedai Kopi legendaris, Kong Djie yang sebenarnya saat itu sudah beberes, mau tutup.

Di destinasi ngopi legend inilah kita baru teringat Kota Manggar yang pernah dinobatkan MURI sebagai Kota 1001 Warung Kopi dan tentunya "Museum Kata"-nya Andrea Hirata yang keduanya sama-sama berada di Belitung Timur dan sama-sama tidak masuk dalam list  kunjungan "resmi" kami selama di Belitung. Kok bisa?

Rugi dong! Penikmat kopi sekaligus penulis seperti kita, sudah nyampe Belitung tapi nggak mampir kesana!"

Ngopi Tengah Malam di Warkop Kong Djie | @kaekaha 
Ngopi Tengah Malam di Warkop Kong Djie | @kaekaha 

Masalahnya, besok kita harus pulang. Memang sih, untuk pulang besok rombongan kita terpecah menjadi dua kelompok, 2/3 dapat pesawat jam 7 pagi dan sisanya dapat pesawat siang jam 2 siang. Nah apa iya, kita yang dapat tiket pulang jam 2 siang masih cukup waktu menjelajah Belitung Timur!?

Baca Juga :  Kenangan "Teler Bersama" Setelah Shalat Gerhana di Atas Kapal Patroli BAKAMLA di Perairan Belitung

Wacana tour ke Museum Kata dan Manggar,  ibu kota Belitung Timur yang berjuluk "Kota 1001 Warung Kopi", kita bahas lagi saat sarapan di restoran hotel keesokan paginya, termasuk dengan panitia lokal dan pemilik armada yang beberapa hari terakhir melayani kebutuhan transportasi kami selama di Belitung dan hasilnya, kita berangkat juga ke Gantong tapi tidak ke Manggar, karena waktunya tidak mencukupi.

SD Muhammadiyah, Gantong | @kaekaha
SD Muhammadiyah, Gantong | @kaekaha

Jadilah destinasi pertama "jalan-jalan kilat" kami ke Gantong adalah replika sekolah laskar pelangi yang aslinya bernama SD Muhammadiyah, Gantong. Penampakannya mirip sekali dengan properti dalam syuting film Laskar Pelangi. Di lokasi ini, selain terdapat replika sekolah juga terdapat museum laskar pelangi yang menyimpan beberapa properti yang di pakai syuting filmnya.

Karena waktu kita sangat terbatas, kita tidak bisa berlama-lama mengeksplorasi dua destinasi yang lahir pasca meledaknya novel dan juga film Laskar Pelangi tersebut. Cukup nggak cukup, kita semua wajib memaksimalkan waktu yang diatur oleh guide dari panitia lokal kami.

Setelah dianggap cukup merekam semua sisi  dan sudut replika sekolah dan juga museum laskar pelangi, akhirnya rombongan kami langsung melanjutkan perjalanan ke Museum Kata yang didirikan Andrea Hirata sejak 2009 silam.

Wajah Museum Kata di Awal Tahun 2016 Silam | @kaekaha
Wajah Museum Kata di Awal Tahun 2016 Silam | @kaekaha

Destinasi inilah sebenarnya mimpi saya sedari awal "ditugaskan" ke Belitung. Jadi wajarlah jika saya sempat speechless sesaat, ketika benar-benar berdiri di depan rangkaian bangunan ikonik dengan desain unik dan nyentrik, khas dengan warna-warna ngejreng layaknya pelangi hingga terkesan mencolok diantara rumah-rumah warga disekitarnya, termasuk masjid yang berada tepat di depannya.

Sayang seribu sayang! Sekali lagi, karena keterbatasan waktu, dengan setengah berlari-lari,  saya hanya berusaha mengambil gambar sebanyak-banyaknya, baik foto maupun video di setiap sudut ruangan museum yang menurut saya cukup ikonik dan mewakili tema-tema literasi yang diangkat sang empunya museum sebagai upayanya menyalurkan kembali energi positif, semangat berliterasi kepada para pengunjung dan penikmat museum kata.

Warkop Kupi Kuli | @kaekaha
Warkop Kupi Kuli | @kaekaha

Bahkan, karena terburu-buru inilah saya jadi tidak sempat menyeruput "kupi kuli", kopi legendaris para kuli penambang timah yang dihidupkan lagi menjadi salah satu ikon sajian khas Museum Kata, karena baru saja kopi dalam cangkir kecil ini disajikan, guide kami tiba-tiba bereteriak, "waktu habis, segera kumpul ke bis ya!"

Waduh! Akhirnya, kupi kuli-nya saya minta dibungkus saja, termasuk beberapa souvenir yang sebenarnya juga belum sempat saya pilih dan pilah! Ah biarlah, ini tandanya saya diminta balik lagi suatu saat nanti...he...he...he...!

Setelah personil yang totalnya nggak lebih dari total jari-jari dari kedua tangan saya ini lengkap, akhirnya kami meluncur pulang menuju ke Tanjung Pandan lagi! Eiiiiits baru beberapa menit bis berjalan, guide kami berteriak lagi, memberi tahu kami, kalau didepan ada destinasi baru namanya "Kampung Ahok". Mau mampir nggak?

Salah Satu
Salah Satu "View" Sudut Terbaik di Museum Kata | @kaekaha

Kampung Ahok ternyata sebuah museum yang dibangun dan didedikasikan keluarga untuk Ahok, mantan bupati Belitung Timur yang saat itu, sukses menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta.

Karena penasaran dengan masa lalu dan juga latar belakang keluarganya Ahok alias Basuki Tjahaja Purnama yang juga dikenal sebagai pelestari batik Simpur khas Belitung, "mengingat durasi" dengan sedikit ragu-ragu akhirnya kami sepakat untuk sebentar saja melihat kampung Ahok. Reportase singkatnya bisa dibaca di artikel berjudul Ada Wisata "Kampoeng Ahok" di Belitung
berikut.

Beruntungnya, di tampat ini kami menemukan satu lagi kuliner khas Belitung, yaitu pem-mpek Belitung yang ternyata cukup berbeda dengan pempek Palembang, khususnya pada saus taucho bercitarasa gurih-asin-pedas yang menggantikan kuah cuka khas Palembang. Mau!?

Galeri Batik Daun Simpor Khas Belitung di komplek Kampung Ahok | @kaekaha
Galeri Batik Daun Simpor Khas Belitung di komplek Kampung Ahok | @kaekaha

Kangen pada Belitung sudah lama terpendam!

Setelah lebih tujuh tahun berlalu, dari berbagai media kita semua mengetahuinya kalau Pariwisata Belitung sekarang sudah jauh lebih maju. Destinasi wisata baru berbasis alam dan kreatifitas terus bermunculan melengkapi destinasi klasik yang telah melegenda dan juga kekayaan alam-budaya Belitung yang belum sempat saya dan juga teman-teman laskar GMT eksplorasi. 

Begitu juga infrastruktur, termasuk fasilitas hotel-hotel mewah jaringan internasional yang terus bermunculan. Semoga tahun baru nanti ada tambahan alokasi rezeki, agar bisa membawa keluarga merasakan lagi menjadi raja dan ratu di bumi laskar pelangi! Insha Allah, Amin.

Semoga Bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!



Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun