Laskar Gerhana Matahari Total
Semua berawal dari peristiwa alam langka, gerhana matahari total (GMT) pada Rabu pagi, 9 Maret 2016 yang hanya bisa dilihat secara penuh dari 12 propinsi di Indonesia saja, tidak dari belahan bumi manapun!
Peristiwa astronomi yang sangat jarang terjadi ini, secara serius dimanfaatkan pemerintah Indonesia sebagai momentum terbaik untuk menarik wisatawan mancanegara sekaligus menggerakkan wisatawan lokal sebanyak-banyaknya ke berbagai destinasi wisata di Indonesia, khususnya ke berbagai daerah yang beruntung menjadi lintasan utuh peristiwa gerhana matahari total tersebut.
Gayung bersambut! Tidak mau melewatkan momentum emas tersebut, sebuah holding media nasional ternama, bekerjasama dengan kemenparekraf dan BAKAMLA (Badan Keamanan Laut) membentuk tim even dengan label "Laskar Gerhana Matahari Total" atau Laskar GMT, yaitu semacam tim ekspedisi yang nantinya "ditugaskan" ke Belitung dan Tidore, dua dari sekian kota yang dilintasi jalur lintasan GMT untuk menjadi saksi secara langsung peristiwa astronomi yang menurut beberapa ahli disebut-sebut paling langka di abad 21 tersebut.
Baca Juga : Â Pengalaman Seru Menyaksikan Detik-detik Gerhana Matahari Total dari Tengah Laut Perairan Belitung
Tim yang beranggotakan beberapa  blogger/penulis, fotografer dan jurnalis ini, sesuai dengan spesialisasinya masing-masing akan bertugas "merekam dan mendokumentasikan" kronologi perjalanan menuju detik-detik puncak  gerhana matahari total, berikut dampak ikutannya terhadap aspek  sosial, ekonomi dan budaya di lingkungan masyarakat sekitar lokasi pengamatan.
Memang, saya sebenarnya berharap bisa terbang ke Ternate, karena sejak dulu memang sudah terinspirasi dengan kisah-kisah heroik plus cerita-cerita eksotisnya alam dan budaya bumi Ternate sejak di era keemasan Kesultanan Ternate dan Tidore yang telah melegenda. Tapi "rejeki" saya memang harus "tugas" ke Belitung dan Alhamdulillah, ternyata menjadi raja sehari di Belitung juga ngangeni lho!
Memang ada apa di Belitung?
Mengambil penerbangan paling pagi dari Bandara Syamsoedin Noor (BDJ), Banjarbaru, Kalimantan Selatan, saya harus transit dulu di Bandara Soekarno-Hatta (CGK) yang juga menjadi titik kumpul semua elemen tim Laskar GMT yang datang dari berbagai daerah di Indonesia, untuk selanjutnya terbang ke Bandara HAS Hanandjoeddin (TJQ), Tanjung Pandan, Belitung bersama-sama.
Alhamdulillah, setelah mengudara sekitar 65 menit bersama hujan yang cukup lebat di sepanjang penerbangan, akhirnya burung besi yang membawa kami ke pulau yang dulu pernah dikenal sebagai Pulau Biliton ini mendarat juga dengan selamat.