Sebutan "Pak Juril" atau Pak Juru Ril yang pada dasarnya mengacu pada sebuah jabatan, jadi bukan nama orang atau seseorang ini, bisa jadi hanya sebutan lokal yang hanya familiar di kampung kami saja, khususnya lagi di lingkungan sekitar Stasiun Barat, stasiun kecil peninggalan Belanda yang dibangun persis ditengah-tengah kampung kami.
Baca Juga :Â Â Kronik Nostalgia Anak-anak Kereta: Kereta Api dan Ragam Budaya yang DibentuknyaÂ
Nama "Pak Juril" ini juga akrab ditelinga kami, anak-anak saat itu, salah satunya karena kebetulan pada periode tertentu ada juga "Pak Juril" yang anaknya seumuran dengan kami, sehingga menjadi teman sekolah sekaligus teman sepermainan kami saat itu.
Dari sini juga awal mula terbongkarnya sosok "hantu lampu" yang sebenarnya, sekaligus awal mula kami mengenal pekerjaan Pak Juril atau sekarang secara resmi kita kenal sebagai petugas pemeriksa jalur (PPJ) kereta api yang ternyata tugasnya tidak hanya berat saja, tapi juga berbahaya dan sepertinya cukup horor!
Bagaimana tidak! Seorang PPJ Â dalam rutinitas kerjanya yang terjadwal, termasuk titik ruas kerja yang sudah ditentukan, harus berjalan kaki sendirian sampai puluhan kilometer dalam situasi yang tidak bisa dipilih untuk memeriksa kelayakan jalur rel kereta api secara visual.
Mau hujan badai dengan petir menggelegar, panas terik yang menyengat di siang bolong atau bahkan tengah malam yang sunyi senyap hingga keheningannya sering membuat bulu kuduk berdiri, kalau memang sudah masuk waktu kerjanya, maka petugas PPJ harus segera bergegas memulai tugasnya memeriksa jalur rel kereta api yang memang sudah ditentukan menjadi  ruas kerjanya hari itu secara detail dan teliti.Â
Tugas PPJ KA tidak hanya sekedar memeriksa kelayakan rel aktif yang setiap saat menjadi "jalan" bagi kereta api semata, tapi juga melakukan maintenance alias perawatan dan juga perbaikan-perbaikan skala ringan pada rel dan kelengkapannya, seperti mengencangkan baut rel yang kendor, memeriksa wesel atau wissel (bahasa Belanda) percabangan rel untuk merubah jalur, termasuk kelengkapan dan volume batu ballast di seputaran bantalan rel dan lain-lainnya.
Baca Juga : Â Stasiun Barat dan Sejarah Keterlibatannya dalam Perang Asia Pasifik
Saya masih ingat, dulu waktu saya kecil pernah juga marak pencurian baut rel kereta api di sepanjang jalur kereta api di kampung saya. Harga jual per-kilonya yang lumayan mahal, menjadikan banyak orang-orang tak bertanggung jawab menjadi gelap mata untuk mencurinya.Â