Di Indonesia label "tidak buta warna" menjadi persyaratan wajib dan mutlak di semua jurusan pendidikan tinggi berbasis ilmu eksakta (teknik, kedokteran dll) dan juga bidang pekerjaan yang linier dengannya, termasuk program kedinasan milik pemerintah, termasuk TNI-Polri, tapi anehnya sampai saat ini, tidak ada mekanisme atau prosedur aturan baku dan resmi untuk mengedukasi masyarakat agar sejak dini prepare, memahami pentingnya tes buta warna sejak dini, apalagi melakukan tes buta warna sejak dini kepada anak-anaknya.
Akibatnya!? Fenomena puncak gunung es para penyandang buta warna yang tersesat perjalanan hidupnya karena salah memilih cita-cita, akibat terlambat mengetahui dan menyadari sebagai penyandang buta warna yang pastinya include dengan berbagai "keterbatasan" yang menyertai, akan semakin besar dan banyak!Â
Idealnya sih, tes buta warna dilakukan jauh-jauh hari sebelum memilih sekolah/kampus idaman. Sejak dini, sejak anak-anak bisa mengenal angka, huruf dan tentunya warna yang menjadi elemen alat tes buta warna yang biasa disebut sebagai Ishihara Plate atau piring Ishihara, tentu bagus lagi!
Â
Tes buta warna sangat penting untuk membantu orang tua, anak-anak, sekolah dan tentunya juga pemerintah untuk memetakan blueprint potensi anak-anak (Indonesia), sekaligus merencanakan dan mengarahkan roadmap paling efektif dan efisien mereka untuk menuju cita-citanya masing-masing
Singkatnya, praktik tes buta warna sejak dini ini bisa menyelaraskan antara potensi diri, minat, kemampuan dan kebutuhan, bahkan juga cita-cita! Tentu fakta ini selaras dengan prinsip model pembelajaran berdiferensiasi!
Begini ilustrasinya!
Si-Budi, sejak kecil ingin sekali menjadi teknisi pesawat terbang, karena kekagumannya kepada sang ayah, Â sosok teknisi pesawat terbang senior yang tampak gagah, pintar dan bersahaja, plus bisa keliling dunia gratis pula.
Karena cita-citanya itu, sejak kecil atau setidaknya (minimal) sejak SLTA, Budi sudah mulai menyusun roadmap perjalannya untuk menggapai cita-cita menjadi teknisi pesawat terbang, seperti memilih sekolah kejuruan atau  SMA yang jurusannya relevan dengan pekerjaan teknisi pesawat, begitu juga jurusan kuliahnya! Tentu jadi tidak nyambung kalau cita-citanya teknisi pesawat tapi sekolahnya di jurusan masak-memasak atau tata boga! Betul?