"Dunia tidak akan berhenti berputar, hanya karena kamu buta warna dan gagal menjadi apa yang kamu impikan! Itu bukti kalau menjadi dokter bukanlah segala-galanya, begitu juga sebaliknya, gagal menjadi dokter juga bukan akhir segalanya! Ayo, lanjutkan hidupmu, karena sejatinya hidup itu memberi banyak sekali pilihan. Pilih sendiri jalan suksesmu!"
Begitulah kira-kira ringkasan nasihat bijak bapak saya ketika beliau tahu ternyata saya menyandang kelainan buta warna (carrier dari jalur ibu) dan begitu terpukul karenanya. Walaupun terkesan klise, tapi Alhamdulillah, nasihat bapak di ataslah yang pertama kali mengembalikan kesadaran juga membangkitkan semangat saya. Hingga akhirnya, secara bertahap bisa keluar dari belenggu keterpurukan dan siap untuk kembali bermimpi mengantungka cita-cita setinggi langit!
Serasa "hidup kembali" di dunia yang baru, saya terus berusaha berpikir positif dan berupaya semaksimal mungkin untuk terus menggali semua potensi kreatif yang saya miliki.Â
Alhamdulillah, akhirnya saya menemukan passion saya di dunia ngonten yang diawali dengan aktifitas ngonten di media radio dengan konsentrasi konten sosial budaya, tentunya termasuk tema-tema tentang buta warna. Disaat bersamaan saya juga menyalurkan hobi nulis saya yang lama terpedam dengan ngonten dalam bentuk artikel yang "kebetulan" dimuat di beberapa media cetak lokal dan nasional, hingga akhirnya berkenalan dengan dunia blog dan bertemu dengan Kompasiana.
Dari sinilah awalnya saya menyadari dahsyatnya  potensi  ngonten secara online berbasis internet. Apalagi internet provider di Indonesia sekarang sudah pada bagus. Buktinya!? Ketika artikel saya tentang edukasi buta warna dimuat media lokal bahkan nasional satu dekade silam, tidak juga ada efek yang muncul setelahnya. Tapi begitu, artikel juga dimuat di jaringan online media, tidak menunggu lama banyak sekali respon  masuk yang sebagian besar dari masyarakat yang ingin berdiskusi tentang kelainan buta warna yang disandang oleh anggota keluarganya.
Baca Juga : Â Penting, Sebaiknya Tes Buta Warna Dulu Sebelum Memilih Sekolah/Kampus Impianmu!
Begitu juga ketika saya memposting artikel edukasi buta warna ini di media blog, baik di Kompasiana maupun di blog pribadi saya, amazing! Antusiasme tidak hanya dari masyarakat umum saja, tapi juga dari media-media mainstream negeri ini, bahkan beberapa stasiun TV nasional sampai rela mengirimkan produser sama kameramennya untuk terbang ke Banjarmasin meliput aktifitas ngonten Edukasi buta warna saya, sekaligus proses pemberdayaanya melalui kreasi kerajinan tangan.
Walaupun akhirnya saya  hanya menemukan jejak tayangannya pada channel Narasi TV-nya Najwa Shihab dan TRANS 7, saya tetap bersyukur dan layak berterima kasih, selain masing-masing mengulas tematik "buta warna" ini dari dua sudut pandang berbeda, sehingga terasa sudah lengkap. Saya juga belajar banyak terkait manajemen syuting berikut proses kreatifnya.
Jika konten Chanel Narasi TV lebih menyoroti  proses perjalanan saya dari momen gagal total sampai bisa bangkit lagi, maka konten TRANS TV lebih menyoroti kreatifitas saya mengembangkan usaha kerajinan tangan dengan bendera "pernik Banua" sebagai bentuk aktualisasi dari upaya saya untuk menggali potensi kreatif guna move on dari belenggu kegagalan akibat menyandang buta warna yang dianggap unik dan menginspirasi.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!