Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Ngonten" Edukasi Buta Warna untuk Memberdayakan Para Penyandangnya

13 Mei 2023   22:51 Diperbarui: 13 Mei 2023   23:00 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tes Buta Warna Sejak Dini di Rumah | @kaekaha

"Mohon maaf, dari hasil tes dan pemeriksaan, anda dinyatakan "buta warna parsial" dan itu artinya, dengan berat hati harus kami sampaikan, bahwa anda tidak bisa meneruskan pilihan studi ke Fakultas Kedokteran”

Kronik Penyandang Buta Warna

Sungguh, fragmentasi dramatis diatas jelas tidak akan pernah terlupakan seumur hidup saya! Bagaimana tidak, mimpi dan cita-cita tertinggi saya untuk memberi kebanggaan dan kebahagiaan kepada kedua orangtua, cita-cita yang sudah saya bangun dan perjuangkan sejak kecil, mimpi terindah yang selalu saya jaga  spirit-nya di sepanjang waktu, harus saya sudahi lebih awal, justru ketika sebelah kakiku sudah menapaknya. Duuuuuuh sakitnya tuh disini! Menyedihkannya lagi, semua "tamat" oleh sebab yang awalnya saya sama sekali tidak tahu hal ihwal-nya, buta warna! 

Minimnya akses informasi tentang seluk beluk buta warna, berikut dampaknya terhadap kehidupan menjadikan saya salah memetakan potensi diri, hingga salah memilih cita-cita sekaligus roadmap untuk mewujudkannya. Saya terlambat menyadari fakta sebagai penyandang buta warna, hingga harus membayar dengan ongkos yang sangat mahal untuk menanggung semua akibatnya.

 Tidak hanya kerugian materi saja yang harus ditanggung keluarga saya, tapi juga energi, waktu dan juga momentum. Seandainya, sejak kecil saya sudah tahu menyandang kelainan buta warna, sepintar, secerdas dan sehebat apapun prestasi saya, tentu saya tetap "tahu diri" untuk tidak memaksakan diri bermimpi setinggi langit apalagi mengejar sesuatu yang memang tidak akan pernah mungkin bisa dikejar. Dengan begitu, saya bisa lebih fokus memanfaatkan energi dan waktu secara efektif dan efisien untuk membangun dan merengkuh mimpi yang lain, cita-cita besar lainnya sesuai dengan kenyataan saya sebagai penyandang buta warna.

Piring Test Ishihara Klasik, Angka Berapa Saja yang Anda Lihat? | idntimes.com
Piring Test Ishihara Klasik, Angka Berapa Saja yang Anda Lihat? | idntimes.com

Ironi "Sebelah Mata" untuk Buta Warna

Memang, kelainan atau cacat bawaan "buta warna" ini sangat unik! Tidak adanya tanda atau ciri fisik yang secara visual mudah dikenali, menjadikan banyak penyandang atau penyintasnya sendiri banyak yang tidak manyadari kalau dirinya penyandang buta warna. Sedangkan satu-satunya cara untuk mengetahuinya, harus melalui serangkaian tes medis yang umumnya menggunakan alat tes yang dikenal sebagai Ishihara plate oleh dokter spesalis mata.

Memang, kalau sekedar untuk mengetahui kita buta warna atau tidak, kita bisa melakukan tes mandiri, karena alat tes Ishihara mudah digunakan, tapi sayangnya untuk menganalisa kelainan buta warnanya lebih jauh, seperti pada buta warna sebagian atau butawarna parsial, hanya dokter yang bisa menganalisa parsial di warna apa.

Uniknya, meskipun di Indonesia label "tidak buta warna" menjadi persyaratan wajib di banyak pendidikan tinggi khususnya di semua bidang jurusan eksakta (teknik, kedokteran dll) dan program kedinasan milik pemerintah, bahkan juga pada banyak bidang pekerjaan yang berbasis eksakta, termasuk TNI-Polri, tapi anehnya tidak ada mekanisme atau prosedur resmi untuk mengedukasi masyarakat agar sejak dini prepare, memahami pentingnya tes buta warna sejak dini, syukur-syukur melakukan tes buta warna kepada anak-anaknya.

Tes buta warna sangat penting untuk membantu orang tua, anak-anak, sekolah dan tentunya juga pemerintah untuk memetakan blueprint potensi besar anak-anak Indonesia, agar bisa meraih gemilangnya masa depan dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Jadi memang sudah selayaknya "masalah" buta warna tidak lagi dipandang sebelah mata!

Cara Kreatif Memperkenalkan Kelainan Buta Warna | @kaekaha
Cara Kreatif Memperkenalkan Kelainan Buta Warna | @kaekaha

"Ngonten" Edukasi Tentang Buta Warna 

"Dunia tidak akan berhenti berputar, hanya karena kamu buta warna dan gagal menjadi apa yang kamu impikan! Itu bukti kalau menjadi dokter bukanlah segala-galanya, begitu juga sebaliknya, gagal menjadi dokter juga bukan akhir segalanya! Ayo, lanjutkan hidupmu, karena sejatinya hidup itu memberi banyak sekali pilihan. Pilih sendiri jalan suksesmu!"

Begitulah kira-kira ringkasan nasihat bijak bapak saya ketika beliau tahu ternyata saya menyandang kelainan buta warna (carrier dari jalur ibu) dan begitu terpukul karenanya. Walaupun terkesan klise, tapi Alhamdulillah, nasihat bapak di ataslah yang pertama kali mengembalikan kesadaran juga membangkitkan semangat saya. Hingga akhirnya, secara bertahap bisa keluar dari belenggu keterpurukan dan siap untuk kembali bermimpi mengantungka cita-cita setinggi langit!

Serasa "hidup kembali" di dunia yang baru, saya terus berusaha berpikir positif dan berupaya semaksimal mungkin untuk terus menggali semua potensi kreatif yang saya miliki. 

Artikel start up Buta Warna Menang di Ajang Digital Heroes | Liputan6.com
Artikel start up Buta Warna Menang di Ajang Digital Heroes | Liputan6.com

Alhamdulillah, akhirnya saya menemukan passion saya di dunia ngonten yang diawali dengan aktifitas ngonten di media radio dengan konsentrasi konten sosial budaya, tentunya termasuk tema-tema tentang buta warna. Disaat bersamaan saya juga menyalurkan hobi nulis saya yang lama terpedam dengan ngonten dalam bentuk artikel yang "kebetulan" dimuat di beberapa media cetak lokal dan nasional, hingga akhirnya berkenalan dengan dunia blog dan bertemu dengan Kompasiana.

Dari sinilah awalnya saya menyadari dahsyatnya  potensi  ngonten secara online berbasis internet. Apalagi internet provider di Indonesia sekarang sudah pada bagus. Buktinya!? Ketika artikel saya tentang edukasi buta warna dimuat media lokal bahkan nasional satu dekade silam, tidak juga ada efek yang muncul setelahnya. Tapi begitu, artikel juga dimuat di jaringan online media, tidak menunggu lama banyak sekali respon  masuk yang sebagian besar dari masyarakat yang ingin berdiskusi tentang kelainan buta warna yang disandang oleh anggota keluarganya.

Baca Juga :  Penting, Sebaiknya Tes Buta Warna Dulu Sebelum Memilih Sekolah/Kampus Impianmu!

Begitu juga ketika saya memposting artikel edukasi buta warna ini di media blog, baik di Kompasiana maupun di blog pribadi saya, amazing! Antusiasme tidak hanya dari masyarakat umum saja, tapi juga dari media-media mainstream negeri ini, bahkan beberapa stasiun TV nasional sampai rela mengirimkan produser sama kameramennya untuk terbang ke Banjarmasin meliput aktifitas ngonten Edukasi buta warna saya, sekaligus proses pemberdayaanya melalui kreasi kerajinan tangan.


Walaupun akhirnya saya  hanya menemukan jejak tayangannya pada channel Narasi TV-nya Najwa Shihab dan TRANS 7, saya tetap bersyukur dan layak berterima kasih, selain masing-masing mengulas tematik "buta warna" ini dari dua sudut pandang berbeda, sehingga terasa sudah lengkap. Saya juga belajar banyak terkait manajemen syuting berikut proses kreatifnya.

Jika konten Chanel Narasi TV lebih menyoroti  proses perjalanan saya dari momen gagal total sampai bisa bangkit lagi, maka konten TRANS TV lebih menyoroti kreatifitas saya mengembangkan usaha kerajinan tangan dengan bendera "pernik Banua" sebagai bentuk aktualisasi dari upaya saya untuk menggali potensi kreatif guna move on dari belenggu kegagalan akibat menyandang buta warna yang dianggap unik dan menginspirasi.

Sayangnya, masyarakat dunia saat ini lebih tertarik aplikasi media sosial yang berisi konten video dari pada tulisan atau artikel. 

Inilah tantangan paling aktual bagi kreator konten, terutama konten kreator seperti saya yang "dibesarkan"  oleh konten tulisan, bukan konten audio visual yang diantara keduanya jelas-jelas mempunyai karakteristik yang berbeda.


Memang harus diakui, konten video di media sosial saat ini memang jauh lebih menggoda. Berbanding terbalik dengan semakin merosotnya page view artikel blog secara umum, termasuk artikel saya ya! He...he...he... Tren penonton video singkat saya di YouTube justeru meningkat sangat tajam. Padahal untuk menonton video kan perlu koneksi internet yang bagus seperti jaringan IndiHome, internet provider terbaik besutan Telkom Indonesia.

Belajar dari fakta ini, saya dan juga anda harus move on dari zona nyaman.  Saya yang hanya biasa  ngonten artikel saja, harus segera memulai ngonten audio visual alias foto dan video agar dinamika pesan-pesan humanis edukasi tentang buta warna terus bisa dilanjutkan dengan cara yang jauh lebih efektif dan efisien, dengan jangkauan yang jauh lebih luas.

Alhamdulillah, memulai dengan konten foto-foto edukatif yang lebih cepat dan mudah dipahami maksudnya, saya juga berusaha belajar membuat konten video edukatif tentang buta warna yang jauh lebih menarik dan bisa posting secara reguler, sehingga pesan-pesan penting dan informasi bermanfaat dalam videonya bisa tersampaikan kepada pemirsa lebih cepat dan masif, sehingga menjadi lebih efektif dan efisien. 

Cita-cita saya selanjutnya, ingin mempunyai situs aplikasi berbasis internet yang didalamnya berisi berbagai hal terkait edukasi buta warna secara lengkap yang diasuh dan diawasi oleh dokter spesialis mata tanpa dipungut biaya alias gratis tis!

Didalamnya, seluruh pengakses bisa melakukan tes buta warna secara mandiri dari rumah atau dari mana saja, kapan saja selama 24 jam full non stop yang hasilnya bisa detail, termasuk kalau buta warna parsial, parsialnya di warna apa, secara real time dan bisa dicetak jarak jauh. Selain itu juga bisa berkonsultasi dengan dokter mata baik melalui pesan maupun on call.

Semoga bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!


Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun