Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Susur Rawa, Memanen Ikan Segar dari Tampirai

28 April 2023   23:00 Diperbarui: 28 April 2023   23:10 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Tradisi maiwak atau menangkap ikan secara tradisional ala Urang Banjar, merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat suku Banjar di Kalimantan Selatan dan juga para diaspora-nya, sebagai warisan dari budaya sungai-rawa yang  telah menjadi identitas komunal Suku Banjar sejak berabad-abad silam.

Sebagai tradisi yang dilestarikan secara turun-temurun, sampai saat ini masih ada beragam teknik atau cara menangkap ikan tradisional ramah lingkungan yang masih eksis dipertahankan untuk berburu berbagai jenis ikan dan juga biota air tawar lainnya oleh masyarakat sehari-harinya.


Ada teknik maunjun atau memancing, mamair, yaitu teknik memancing ikan gabus/tauman menggunakan joran bambu sepanjang 5 meteran dengan anak kodok sebagai umpan dan anak itik sebagai pemantik emosi ikan gabus/tauman. Berikutnya ada mambanjur, yaitu memancing ikan tapi dibiarkan semalaman. Selain itu ada juga teknik manyundak, malunta, malukah, maringgi, manangguk dan lain-lainnya.

Uniknya, beragam teknik maiwak ini, selain dipakai berburu ikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik untuk kebutuhan lauk pauk, diternakkan lagi agar lebih besar atau memang sengaja untuk bapanduk (bhs. banjar : barter) dengan produk lain atau dijual lagi untuk memenuhi kebutuhan lainnya, banyak juga diantaranya yang dijadikan sebagai media Chill and Heal yang efektif dan efisien, mudah  dan murah tapi fresh-nya mewaaaaaaah! Ini yang bikin kita semua Bangga Berwisata di Indonesia.

Hayoooo siapa yang suka Chill and Heal dengan memancing di kolam pemancingan berbayar? Nah kalau di Banjar refreshing semacam itu gak perlu bayar! Tapi malah bisa dapat duit...he...he...he...

Tampirai Modern dari Kawat | @kaekaha
Tampirai Modern dari Kawat | @kaekaha

Memang sih, masing-masing teknik maiwak diatas sebagian besar membutuhkan skill dan felling yang biasanya semakin terasah berkat "jam terbang"...eh maksudnya jam maiwak! Biasanya semakin lama jam maiwak, maka semakin tinggi dan kuat juga skill dan felling-nya dalam menemukan dan mendapatkan spot-spot ikan buruan.

Baca Juga:  Menikmati Microcation di "Kampung Bidadari", Likupang

Tapi jangan kuatir, kita punya satu teknik maiwak yang relatif cukup mudah, sederhana, tidak perlu skill khusus, sehingga sangat ramah pemula dan tentunya juga ramah lingkungan, tapi tetap asyik untuk Chill and Heal, yaitu maiwak dengan cara malukah tapi menggunakan tampirai bukan lukah atau bubu.

 

Hasil Panen dari 2 Tampirai | @kaekaha
Hasil Panen dari 2 Tampirai | @kaekaha

Teknik maiwak yang satu ini, sangat cocok menjadi solusi maiwak  bagi siapa saja, apalagi hasilnya bisa dipanen setidaknya dua kali sehari lho! Keren kan!?

Tampirai ini sejenis dengan bubu atau lukah, alat untuk menjebak ikan tradisional yang banyak tersebar di berbagai daerah di nusantara. Mungkin yang membedakan satu sama lain hanyalah bahan, ukuran dan juga desain bentuk bubu atau tampirai-nya yang umumnya disesuaikan dengan target ikan yang diinginkan, baik ukurannya maupun jenisnya dan juga target lokasi peletakan tampirai-nya yang biasanya di lokasi-lokasi strategis di jalur pintu air pinggiran sungai atau rawa-rawa.

Kebiasaan di Banjar, ikan yang menjadi target maiwak dengan malukah menggunakan tampirai ini adalah ikan sapat atau ikan sepat (Trichopodus trichopterus), ikan Sapat Siam (Trichopodus pectoralis), Papuyu atau ikan bethik/bethok (Anabas testudineus), haruan atau ikan gabus (Channa striata), walut atau belut (Monopterus albus), kadang-kadang ada juga ikan mas atau nila, bahkan ular rawa yang terjebak dan tidak bisa keluar lagi dari tampirai.

Menyusuri rawa | @kaekaha
Menyusuri rawa | @kaekaha

Aktifitas untuk mengambil atau tepatnya mamanen ikan dari dalam tampirai ini, biasa kami sebut sebagai mambangkit tampirai atau mengangkat tampirai. Aktivitas ini dilakukan pada pagi setelah waktu dhuha dan sore setelah waktu Ashar. Biasanya, kalau cuacanya cenderung panas dan banyu atau air rawa-sungai sedang turun atau surut, maka ikan yang terjebak di tampirai lebih banyak daripada saat banyu tinggi atau air pasang karena hujan atau sungai konektor dapat kiriman banjir dari hulu.

Sejak dulu, aktifitas mambangkit tampirai ini menjadi incaran banyak orang untuk Chill and Heal, tidak hanya anak-anak, tapi orang dewasa juga, karena sensasi mengangkat tampirai apalagi kalau di dalamnya banyak sekali terdapat ikan dengan jenis dan ukuran yang beragam, nikmat dan puasnya tidak bisa sekedar diucapkan dengan kata-kata mas bro! Duh ... sensasi rasanya "Jan Ngangeni"!

Serunya Chill and Heal susur Rawa, untuk memanen ikan segar dari tampirai ini tidak hanya sekali pas mambangkit-nya saja, tapi  di sepanjang perjalanan melalui rawa dan sungai saat  menuju lokasi tampirai yang jumlahnya cukup banyak dan terpencar yang memang sengaja diletakkan  saling berjauhan. Aktifitas mendayung atau mengendalikan jukung (perahu kecil khas Banjar) dengan galah saat menuju ke masing-masing lokasi tampirai, bisa menjadi olahraga alternatif yang efektif untuk  membakar lemak. Nah jadi lebih sehat kan!?

Dan satu lagi yang keren untuk Chill and Heal kita! Di sepanjang perjalanan dengan naik jukung di atas rawa-rawa lebak yang mempunyai kedalaman  antara 0,5 - 1 meter dan akan semakin dalam jika semakin mendekati sungai konektor ini, kita juga akan disuguhi keunikan sekaligus kekhasan ekosistem rawa dan sungai khas Kalimantan yang ijo royo-royonya selalu bisa bikin adem mata, hati dan pikiran. Waaah semakin sehat jadinya!

Baca Juga :  "Banua Hujung Tanah", Sensasi Piknik di Titik Paling Selatan Pulau Kalimantan

Selain tanaman padi rawa milik warga, rawa lebak tempat kita memasang tampirai ini juga banyak ditumbuhi koloni tanaman-tanaman rawa berdaun hijau segar seperti Jariangau (Acorus calamus L. Acoraceae), talipuk atau bunga teratai (Nymphae pubescens Willd), Genjer (Limnocharis flava), Eceng gondok (Eichhornia crassipes),  Kalakai atau pakis (Stechnolaena palustris), Kayapu (Pistia stratiotes), supan-supan atau  putri malu (Neptunia oleracea) dan banyak lagi yang lainnya.

Yuk chill and heal ke Banjarmasin...

Semoga bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun