Teknik maiwak yang satu ini, sangat cocok menjadi solusi maiwak bagi siapa saja, apalagi hasilnya bisa dipanen setidaknya dua kali sehari lho! Keren kan!?
Tampirai ini sejenis dengan bubu atau lukah, alat untuk menjebak ikan tradisional yang banyak tersebar di berbagai daerah di nusantara. Mungkin yang membedakan satu sama lain hanyalah bahan, ukuran dan juga desain bentuk bubu atau tampirai-nya yang umumnya disesuaikan dengan target ikan yang diinginkan, baik ukurannya maupun jenisnya dan juga target lokasi peletakan tampirai-nya yang biasanya di lokasi-lokasi strategis di jalur pintu air pinggiran sungai atau rawa-rawa.
Kebiasaan di Banjar, ikan yang menjadi target maiwak dengan malukah menggunakan tampirai ini adalah ikan sapat atau ikan sepat (Trichopodus trichopterus), ikan Sapat Siam (Trichopodus pectoralis), Papuyu atau ikan bethik/bethok (Anabas testudineus), haruan atau ikan gabus (Channa striata), walut atau belut (Monopterus albus), kadang-kadang ada juga ikan mas atau nila, bahkan ular rawa yang terjebak dan tidak bisa keluar lagi dari tampirai.
Aktifitas untuk mengambil atau tepatnya mamanen ikan dari dalam tampirai ini, biasa kami sebut sebagai mambangkit tampirai atau mengangkat tampirai. Aktivitas ini dilakukan pada pagi setelah waktu dhuha dan sore setelah waktu Ashar. Biasanya, kalau cuacanya cenderung panas dan banyu atau air rawa-sungai sedang turun atau surut, maka ikan yang terjebak di tampirai lebih banyak daripada saat banyu tinggi atau air pasang karena hujan atau sungai konektor dapat kiriman banjir dari hulu.
Sejak dulu, aktifitas mambangkit tampirai ini menjadi incaran banyak orang untuk Chill and Heal, tidak hanya anak-anak, tapi orang dewasa juga, karena sensasi mengangkat tampirai apalagi kalau di dalamnya banyak sekali terdapat ikan dengan jenis dan ukuran yang beragam, nikmat dan puasnya tidak bisa sekedar diucapkan dengan kata-kata mas bro! Duh ... sensasi rasanya "Jan Ngangeni"!
Serunya Chill and Heal susur Rawa, untuk memanen ikan segar dari tampirai ini tidak hanya sekali pas mambangkit-nya saja, tapi  di sepanjang perjalanan melalui rawa dan sungai saat  menuju lokasi tampirai yang jumlahnya cukup banyak dan terpencar yang memang sengaja diletakkan  saling berjauhan. Aktifitas mendayung atau mengendalikan jukung (perahu kecil khas Banjar) dengan galah saat menuju ke masing-masing lokasi tampirai, bisa menjadi olahraga alternatif yang efektif untuk  membakar lemak. Nah jadi lebih sehat kan!?
Dan satu lagi yang keren untuk Chill and Heal kita! Di sepanjang perjalanan dengan naik jukung di atas rawa-rawa lebak yang mempunyai kedalaman  antara 0,5 - 1 meter dan akan semakin dalam jika semakin mendekati sungai konektor ini, kita juga akan disuguhi keunikan sekaligus kekhasan ekosistem rawa dan sungai khas Kalimantan yang ijo royo-royonya selalu bisa bikin adem mata, hati dan pikiran. Waaah semakin sehat jadinya!
Baca Juga : Â "Banua Hujung Tanah", Sensasi Piknik di Titik Paling Selatan Pulau Kalimantan