Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

"Orkes Gitar Mama" dan Sepenggal Kisah Konservasi ala Desa Bahoi yang Menginspirasi

11 November 2022   23:21 Diperbarui: 11 November 2022   23:26 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelajahi ekosistem hutan bakau seluas 28 hektar di sisi Utara Desa yang  juga menjadi habitat sekaligus ruang konservasi alami bagi 12 spesies bakau dan juga fauna khasnya seperti kepiting, kerang, udang dan lainnya ini, jelas pilihan yang tidak bisa di tolak.

Disini, selain menikmati kesejukan serta segarnya udara ditengah-tengah teriknya kawasan pesisir, tentu kita juga bisa mengenal berbagai spesies bakau, berikut fauna penghuninya dan yang paling diburu-buru oleh netizen, jelas keberadaan spot-spot instagramable, seperti "situs" pohon bakau raksasa berusia ratusan tahun tepat di bibir  laut yang mempunyai gradasi warna cukup cantik atau view sepanjang jembatan beton dan juga  jembatan gantung nan ikonik yang membelah hutan bakau.

Khusus untuk "situs" pohon bakau berusia ratusan tahun yang luas cengkeraman akarnya bisa lebih dari puluhan meter ini, selain unik dan langka juga masih menyimpan misteri lho! Ada yang mau memecahkan kode-kode rahasia nan misteriusnya?

Aksi tanam bakau di Bahoi | @kaekaha
Aksi tanam bakau di Bahoi | @kaekaha

Sekarang juga dikembangkan aktifitas menanam bakau bagi setiap pengunjung dengan bibit yang sudah disediakan dan kedepannya, tidak menutup kemungkinan inovasi konsep pengelolaan dan pemeliharaan hutan bakau juga akan melibatkan pengunjung dengan berdonasi ala sistem adopsi sebagai orang tua asuh. Semoga!

Di tengah-tengah hutan ada open space untuk berbagai aktifitas, termasuk untuk berbagai seremonial menyambut rombongan tamu/wisatawan dan untuk yang satu ini masyarakat Bahoi mempunyai tradisi yang sangat unik! Itulah  masamper, tarian tradisional untuk menyambut tamu yang memadukan gerak tari dengan paduan suara yang dimainkan oleh beberapa pria, dipimpin oleh seorang pangataseng .

Uniknya, tema dan lirik nyanyian paduan suara yang yang berakar pada kesenian Tunjuke, tradisi masyarakat Nusa Utara (Sangihe, Sitaro dan Talaud) yang telah ada sejak abad ke-13 ini bisa by order alias disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi. 


Setelah menjelajah hutan bakau, "penjelajahan" berlanjut ke berbagai kuliner khas Bahoi yang sudah disiapkan di Balai Desa. Untuk menuju lokasi kita harus melewati deretan rumah sederhana yang semuanya tanpa pagar di tepi jalanan kampung yang benar-benar bersih tanpa sampah dan suasananya tampak sangat bersahaja. Wooooow!

Layaknya kuliner khas Sulawesi Utara umumnya,  semua kuliner berbahan dasar ikan laut segar di sini, baik yang dibakar maupun yang berkuah, juga bercitarasa pedas dengan balutan rempah-rempah yang juga  strong, salah satunya yang unik dan enak adalah olahan ikan berkuah yang biasa disebut sebagai kuah sasi!

Uniknya, guna melestarikan aneka resep kuliner khas Desa Bahoi warisan nenek moyang, ibu-ibu disini juga siap memberikan cooking class kepada semua pengunjung yang berminat, karena biasanya banyak yang harus dieksplor di Bahoi, kemungkinan tidak cukup kalau pengunjung hanya singgah sesaat. Untuk itu, jika pengunjung ingin stay lebih lama, disarankan untuk menginap di homestay milik masyarakat, selain bisa berbaur dengan "budaya" Bahoi lebih intensif, tentunya juga jauh lebih  ekonomis.


Ini yang spesial! Momen makan siang kita ditemani oleh "Orkes Gitar Mama",  ensembel musik tradisional khas Bahoi yang gape memainkan lagu-lagu berbagai genre, termasuk lagu daerah dengan aransemen yang  lebih renyah dan easy listening. Mungkin karena main secara live dan tidak didukung soundsystem yang memadai, menjadikan sajian orkes siang itu kurang maksimal apalagi bila direkam dengan alat yang juga seadanya alias darurat, seperti video diatas....he....he...he...

Orkes yang digawangi pemuda-pemuda Bahoi yang sebagian juga pemain masamper ini menjadi semakin unik, karena keberadaan instrumen musik raksasa berdawai tunggal hasil kreasi warga bernama gitar mama. Spesifikasinya yang cukup besar dan relatif masih asing jelas menyita perhatian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun