Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Satria Dewa Gatotkaca, "Jembatan" Millenial Kembali Nguri-uri Kearifan Budaya Pewayangan

20 Juni 2022   14:49 Diperbarui: 24 Juni 2022   01:00 1376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film Satria Dewa: Gatotkaca(DOK. Satria Dewa Studio via kompas.com)

Gatotkaca | sumber: deviantart.com/jabriksama via Instagram/@gatotkaca_official
Gatotkaca | sumber: deviantart.com/jabriksama via Instagram/@gatotkaca_official

Setelah berlalu sekian dekade, Gatotkoco sang superhero dari Pringgodani yang dulu saya kenal lewat pagelaran wayang kulit, baik live show maupun sekedar dari siaran radio dan juga dari dongeng para tetua di sekeliling kami, sekarang lahir kembali dalam versi yang lebih fresh dalam bentuk film action dengan title Satria Dewa : Gatotkaca.

Bagi generasi layar lebar versi kelir alias layar lebarnya pertunjukan wayang kulit yang cenderung statis, kelahiran kembali Gatotkoco dalam kemasan tontonan layar lebar versi film yang konon menghabiskan dana sampai 24 milyar, seharusnya bisa menjadi tombo kangen yang menghibur.  

Di tengah semakin minimnya ruang, waktu dan kesempatan untuk menikmati berbagai kearifan dalam fragmen pertunjukan wayang karena berbagai hal.

Terlebih wayang kulit yang secara tradisional memang mempunyai aturan dan peraturan alias pakem yang baku sehingga tidak bisa sembarangan untuk mempertontonkannya. 

Belum lagi, banyaknya ubarampe yang perlu dipersiapkan dan juga biayanya yang terkenal cukup  mahal, apalagi kalau Ki dalang yang pentas adalah dalang kondang! 

Situasi ini menjadikan pagelaran wayang kulit semakin sulit hadir ditengah-tengah masyarakat  yang terlanjur hidup dalam budaya pop yang cenderung memilih praktis, efektif dan efisien sebagai pattern kehidupan.

Satria Dewa Universe | layar.id
Satria Dewa Universe | layar.id

Karenanya, kehadiran film action  Satria Dewa : Gatotkaca yang mengusung semangat kisah superhero lokal nusantara, setidaknya bisa menjadi alternatif untuk mengisi "kekosongan" pentas kearifan wayang di lingkungan masyarakat tersebut, apalagi film sebagai bagian dari budaya pop jelas relatif lebih mudah di nikmati siapa saja dan kapan saja. 

Dengan begitu, beragam pesan kearifan  dalam wayang yang diangkat dalam film Satria Dewa : Gatotkaca tetap bisa sampai kepada masyarakat dan tentunya tidak akan serta merta hilang terkubur waktu, meskipun pagelaran wayangnya sendiri semakin sulit ditemukan.

Dan yang tidak kalah penting, film yang rencananya menjadi "pembuka" alias pintu masuk menuju semesta Satria Dewa Universe yang garis ceritanya kurang lebih tetap sama dengan pakem kisah klasik nan monumental,  perselisihan Pandawa dan Kurawa yang ujungnya kelak adalah perang Barathayuddha tersebut, juga bisa menjadi  tombo kangen pada sosok superhero, pemilik julukan otot kawat balung wesi, Si-Gatotkaca yang sakti mandraguna tapi juga romantis tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun