Paribasa yang menggambarkan "kekacauan dalam percakapan" ini lahir dari hasil pengamatan Urang Banjar yang pernah melihat "ributnya percakapan" sebagai reaksi para pedagang cina ketika kapal dagang miliknya karam. Semua sama-sama bicara, tidak ada yang mau mendengarkan hingga terdengar seperti sedang ribut atau kelahi. Makanya untuk menghasilkan komunikasi yang baik wajib tertib dan tenang.
Galugur-galugur guntur, hujannya kadaÂ
Paribasa di atas mirip sekali dengan peribahasa Jawa, kakean bledek kurang udan yang artinya kira-kira adalah Petir yang terus menggelegar tetapi hujan tak juga turun-turun. Paribasa ini menuntun kita untuk tidak sombong, tidak berbicara terlalu tinggi apalagi pakai sesumbar yang bukan kapasitasnya mengingatkan siapa saja agar tidak suka sesumbar.
Semoga bermanfaat!
"Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan 1443 H, Yuk Menjemput Lailatul Qadar!"
Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H