Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

J T L Cemilan Legendaris dari "Kota 1000 Sungai" yang Akan Terus Viral dan Eksis

3 Juli 2021   07:07 Diperbarui: 3 Juli 2021   07:15 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

JTL  atau Jaring Tahi Lala merupakan camilan legendaris khas masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan, termasuk diantaranya masyarakat "Kota 1000 Sungai", Banjarmasin, ibu kota propinsi yang menjadi simpul birokrasi sekaligus perdagangan di kawasan tenggara Pulau Kalimantan. 

Kosakata jaring merupakan bahasa Banjar untuk menyebut jengkol (Archidendron pauciflorum), itu lho buah dari tanaman khas tropis Asia Tenggara yang biasa diolah menjadi sajian kuliner Semur Jengkol khas masyarakat Betawi yang juga kesukaan Pak Ogah dalam serial si-Unyil...

Baca Juga :  Ayam Masak Bom, Lezatnya Olahan Ayam "Berpenyedap" Arang Membara

Berbeda dengan di ibu Kota Jakarta, kampung halaman masyarakat Betawi yang terkenal dengan olahan jengkol berupa Semur Jengkol, di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin, jaring  atau jengkol relatif jarang ditemukan dalam bentuk olahan kuliner atau masakan. Umumnya, Urang Banjar  menjadikan jaring sebagai camilan atau sebagai kudapan.

Lhaaaah, jaring kan jengkol? 

Kok dibikin camilan? 

Apalagi kudapan?

Nggak bau?

Enak?


Jaring/Jengkol Rebus Khas Urang Banjar | @kaekaha 
Jaring/Jengkol Rebus Khas Urang Banjar | @kaekaha 

Bagi masayarakat non-Banjar yang baru mengenal atau mengetahui salah satu sisi unik camilan atau kudapan khas Urang Banjar yang satu ini, biasanya pertanyaan-pertanyaan diataslah yang akan meluncur guna menatralisir rasa penasaran masing-masing. Anda juga?

Baca Juga :  Serunya Menjadi "Pembeli Pertama" di Warung Kaum, Rajanya Katupat Kandangan

Jaring alias jengkoL, dulunya memang identik dengan makanan rakyat jelata, masyarakat pinggiran dan kelas bawah lainnya, sehingga relatif susah ditemukan di rumah makan atau restoran orang-orang gedongan. Mungkin salah satu penyebabnya adalah bau khas pada mulut, keringat, urin dan feses atau kotoran penikmatnya yang biasanya dianggap kurang sedap terutama jika dimakan mentah dan segar sebagai lalapan.

Tapi sepertinya, olahan jaring alias jengkol, sekarang mulai populer tidak hanya di lingkungan masyarakat Betawi di seputaran Jakarta saja, tapi juga di berbagai daerah lain di Indonesia.

Paket Camilan JTL olahan Hj. Fatimah | @kaekaha
Paket Camilan JTL olahan Hj. Fatimah | @kaekaha

Meskipun hasil eksresinya tetap saja berbau kurang sedap, selain karena olahannya yang semakin beragam dengan kreatifitas yang terus berkembang, manfaat jaring atau jengkol yang ternyata juga luar biasa, menjadi daya tarik lain dari berbagai olahan jaring, selain sensasi rasanya!

Di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin dan sebagian besar Kalimantan Selatan, Urang Banjar telah sejak lama mempunyai budaya kuliner ikonik berbahan dasar jaring alias jengkol yang telah melegenda, yaitu Jaring Tahi Lala. Uniknya, (sekali lagi!) kuliner ini bukanlah untuk lauk atau sayur elemen teman makan nasi layaknya semur jengkol khas Betawi atau yang lainnya, tapi lebih sebagai kudapan, penganan atau bisa juga disebut sebagai camilan. Unik bukan?

Baca Juga :  "Trancam" dan Olahan Salad Sayur Khas Orang Gunung yang Selalu Ngangeni

Nah lo ...  jaring alias jengkol yang lebih banyak dihindari oleh sebagian besar masyarakat karena bau "daging" dan juga hasil ekskresi-nya yang biasa meninggalkan bau sangat tajam menusuk hidung yang identik dengan bau tidak sedap, kok bisa diolah menjadi kudapan?

Tahi Lala atau Lalaan | @kaekaha 
Tahi Lala atau Lalaan | @kaekaha 

Camilan JTL alias Jaring Tahi Lala khas Urang Banjar ini, sisi unik dan kerennya adalah tidak adanya jejak bau dan citarasa khas jaring atau jengkol umumnya pada hasil jadi olahannya, sehingga siapapun yang sebelumnya merasa risih, trauma atau bahkan phobia dengan bau dan juga citarasa khas jaring atau jengkol yang dianggap tidak nyaman, dengan J T L dijamin tetap bisa menikmatinya dengan aman, nyaman tanpa ada rasa tertekan, bahkan bisa jadi akan ketagihan!

Jadi, mohon maaf kepada penikmat jaring atau jengkol "garis keras", yang biasa menikmati jengkol dengan berbagai sifat bawaannya, karena sepertinya, camilan J T L dibuat memang bukan untuk segmen mereka. "Apa enaknya makan jengkol tanpa berasa jengkol? Betul"

Kedai Jaring Hj Fatimah, Maestro Olahan Jarin di Kota 1000 Sungai | @kaekaha
Kedai Jaring Hj Fatimah, Maestro Olahan Jarin di Kota 1000 Sungai | @kaekaha

Menurut Hj. Fatimah, maestro pengolah camilan JTL alias  Jaring Tahi Lala di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin yang juga pemilik kedai jaring Hj. Fatimah yang sudah kesohor, bau dan rasa khas jaring ini bisa direduksi semaksimal mungkin menjadi jauh lebih bersahabat dengan siapa saja, sekaligus bertekstur renyah, karena beberapa sebab,  

Pertama, perlakuan dan pengolahan bahan baku jaring. 

  • Bahan baku jaring harus yang berkualitas. Biasanya, semakin tua jaring, maka semakin berkualitas. 
  • Proses penyimpanan harus tepat. Caranya, jaring wajib direndam terus menerus menggunakan air bersih yang secara berkala wajib diganti baru.  
  • Perebusan non stop, minimal selama 3 jam .  

Baca Juga :  Selada Banjar, "Kuliner Anomalis" Beraroma Eropa Bercita Rasa Banua

Kedua, cocolan untuk teman menikmati jaring yang biasa disebut tahi lala atau lala'an harus berkualitas dan inovatif. Lala'an harus terbuat dari saripati santan yang terbuat dari buah kelepa terbaik, sehingga menghasilkan citarasa gurih original yang otentik. 

Untuk memperluas segmen pasar, inovasi juga diperlukan. Khuausnya, untuk bisa mendapatkan lala'an dengan citarasa yang lebih beragam, tidak hanya gurih, tapi juga pedas, manis, asin bahkan  cokelat, vanila, cream, susu, kopi dsb. 

Kira-kira bisa membayangkan, gimana rasanya ngemil JTL dengan cocolan cokelat, gaes?

 

Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun