Meskipun hasil eksresinya tetap saja berbau kurang sedap, selain karena olahannya yang semakin beragam dengan kreatifitas yang terus berkembang, manfaat jaring atau jengkol yang ternyata juga luar biasa, menjadi daya tarik lain dari berbagai olahan jaring, selain sensasi rasanya!
Di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin dan sebagian besar Kalimantan Selatan, Urang Banjar telah sejak lama mempunyai budaya kuliner ikonik berbahan dasar jaring alias jengkol yang telah melegenda, yaitu Jaring Tahi Lala. Uniknya, (sekali lagi!) kuliner ini bukanlah untuk lauk atau sayur elemen teman makan nasi layaknya semur jengkol khas Betawi atau yang lainnya, tapi lebih sebagai kudapan, penganan atau bisa juga disebut sebagai camilan. Unik bukan?
Baca Juga : Â "Trancam" dan Olahan Salad Sayur Khas Orang Gunung yang Selalu Ngangeni
Nah lo ... Â jaring alias jengkol yang lebih banyak dihindari oleh sebagian besar masyarakat karena bau "daging" dan juga hasil ekskresi-nya yang biasa meninggalkan bau sangat tajam menusuk hidung yang identik dengan bau tidak sedap, kok bisa diolah menjadi kudapan?
Camilan JTL alias Jaring Tahi Lala khas Urang Banjar ini, sisi unik dan kerennya adalah tidak adanya jejak bau dan citarasa khas jaring atau jengkol umumnya pada hasil jadi olahannya, sehingga siapapun yang sebelumnya merasa risih, trauma atau bahkan phobia dengan bau dan juga citarasa khas jaring atau jengkol yang dianggap tidak nyaman, dengan J T L dijamin tetap bisa menikmatinya dengan aman, nyaman tanpa ada rasa tertekan, bahkan bisa jadi akan ketagihan!
Jadi, mohon maaf kepada penikmat jaring atau jengkol "garis keras", yang biasa menikmati jengkol dengan berbagai sifat bawaannya, karena sepertinya, camilan J T L dibuat memang bukan untuk segmen mereka. "Apa enaknya makan jengkol tanpa berasa jengkol? Betul"
Menurut Hj. Fatimah, maestro pengolah camilan JTL alias  Jaring Tahi Lala di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin yang juga pemilik kedai jaring Hj. Fatimah yang sudah kesohor, bau dan rasa khas jaring ini bisa direduksi semaksimal mungkin menjadi jauh lebih bersahabat dengan siapa saja, sekaligus bertekstur renyah, karena beberapa sebab, Â
Pertama, perlakuan dan pengolahan bahan baku jaring.Â
- Bahan baku jaring harus yang berkualitas. Biasanya, semakin tua jaring, maka semakin berkualitas.Â
- Proses penyimpanan harus tepat. Caranya, jaring wajib direndam terus menerus menggunakan air bersih yang secara berkala wajib diganti baru. Â
- Perebusan non stop, minimal selama 3 jam . Â
Baca Juga : Â Selada Banjar, "Kuliner Anomalis" Beraroma Eropa Bercita Rasa Banua