Menurut saya, musik rock, metal dan sejenisnya yang cenderung selalu berisik dan sarat dengan hingar-bingar penuh energi, paling efektif untuk membakar semangat, memicu adrenalin sekaligus menyalurkan "energi lebih" dari jiwa muda yang saat itu memang sedang setrong-setrongnya.
Uniknya, meskipun sedang keranjingan dengan musik rock, bukan berarti saya menutup telinga pada genre musik lain, apalagi musik-musik tradisional Indonesia yang ragam dan pesonanya begitu memesona, plus musik religi atau yang kelak kita mengenalnya sebagai nasyid, yang saat itu butuh perjuangan juga untuk bisa menikmatinya.Â
Entah apa alasannya, di era 90-an itu album nasyid tidak dijual di toko kaset, tapi hanya bisa beredar atau terdistribusi melalui jaringan remaja masjid dan LDK atau lembaga dakwah kampus.Â
Itupun, kesannya seperti menjual dan membeli barang terlarang. Itu yang saya alami ketika mulai "jatuh cinta" dengan nasyid dan berusaha menikmatinya dengan membeli album perdana grup nasyid Raihan dari Malaysia yang berjudul "puji-pujian" yang rilis sekitar tahun 1997, saat saya masih kuliah.
Baca Juga:Â Raihan dan Jejak Dakwah dalam Setiap Komposisi Nasyidnya
Sulitnya mendapatkan album nasyid saat itu, ternyata justeru memunculkan rasa penasaran sekaligus tantangan yang pada gilirannya justeru memicu adrenalin berburu saya.
Dari situ, saya juga semakin penasaran dengan grup nasyid Raihan dari Malaysia yang saat itu juga menjadi trending topic dikalangan penggiat dakwah di kampus dan remaja masjid.
Jujur, selain komposisi lagu-lagunya yang menurut saya saat itu cukup bikin penasaran, saya juga "tertarik" dengan nama Raihan yang menurut saya punya kesan elegan, indah dan berkharisma, meskipun saat itu saya masih belum paham artinya.
Setelah mencari tahu dari berbagai sumber, termasuk dari mbah gugel, akhirnya saya menemukan arti dan makna dari nama Raihan, yaitu (pohon/tumbuhan) wewangian dari surga.Â