Sejatinya, setiap pertandingan sepakbola adalah panggung drama itu sendiri. Jadi sudah semestinya, setiap pertandingan sepakbola adalah "drama" yang sesungguhnya bagi semua elemen kesebelasan yang terlibat, mulai pemain, pelatih, official pertandingan, sampai manajemen klub dan juga suporter.
Baca Juga :Â Meneladani Sosok Haji Leman, Putra Dayak Pendiri Barito Putera
Meskipun begitu, "gol tangan Tuhan"-nya Maradona di Piala Dunia 1986, meledaknya "Tim Dinamit" Denmark di Euro 1992 dan tim underdog Yunani di Euro 2004, Skandal Calciopoli alias pengaturan skor dan Fubrizia ala liga Itali, kekalahan Brazil 1-7 dari Jerman dalam Piala Dunia 2014 di kandang Brazil sendiri, juga drama "bersurban" para pemain Palestino saat akan bertanding dalam lanjutan liga primer Chili, sebagai bentuk dukungan moral untuk negeri dan negara Palestina, merupakan drama-drama dalam sepakbola yang tidak mungkin terlupakan.Â
Begitu juga sebiji gol hasil tandukan penjaga gawang Alisson Becker di masa injury time saat timnya, Liverpool melawan West Bromwich Albion dalam lanjutan Liga Primer Inggris yang akhirnya mengantarkan The Red finish di urutan ke-4 klasemen akhir  alias masuk zona Liga Champion dan yang terbaru, mungkin sebiji gol Kai Havertz ke gawang Manchester City di final Liga Champion yang mempertemukan duo raksasa liga primer Inggris, Chelsea dan Manchester City, sepertinya juga akan dikenang sejarah sebagai drama terindah dalam karir sang pahlawan, Kai  Havertz.
Belum cukup?Â
Tentunya Timnas Indonesia yang selalu bikin geregetan setiap bertanding melawan Malaysia, plus kisah tragis bentrokan antar suporter di liga Indonesia yang tidak ada habis-habisnya tentu juga menjadi drama kolosal dramatis yang selalu tercatat dalam sejarah sepakbola.Â
Semoga Bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H