Budaya Berbahasa
Manusia diciptakan Tuhan dengan software dan hardware paling sempurna bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk cipataan-Nya yang lain. Wajar jika kemudian, manusia menjadi makhluk yang paling bisa untuk beradaptasi, sehingga eksistensinya di muka bumi tetap bisa bertahan dan berjalan meskipun berbagai perubahan di dalam lingkungan ekosistemnya terus bergerak semakin signifikan dari waktu ke waktu, hingga memusnahkan beberapa organisme ciptaan-Nya yang tidak bisa beradaptasi.
Sebagai manusia yang secara kodrati berperan sekaligus, sebagai makhluk individual dan makhluk sosial, manusia membutuhkan sarana komunikasi dengan manusia lainnya untuk bisa menjalin kerja sama sebagai bentuk naluriah untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, sebagai upaya untuk mempertahankan siklus hidup dan kehidupannya.
Baca Juga : Â Mengenal Deportivo Palestino, "Timnas Palestina Ke-2" dari Chili, Amerika Latin
Salah satu elemen terpenting dalam sebuah komunikasi adalah bahasa. Berbagai pihak yang ingin bisa berkomunikasi secara efektif antar sesamanya, harus sama-sama memahami bahasa komunikasi yang dipakai dan masing-masing harus sepakat memakai jenis bahasa yang sama jika kebetulan dari pihak-pihak yang berkomunikasi mempunyai beberapa apalagi banyak jenis bahasa yang dipakai.Â
Sebelum teknologi komunikasi secanggih sekarang, dulu menurut para tatuha (sesepuh;bhs banjar) untuk berkomunikasi jarak jauh antar kampung yang tersebar diatas rawa-rawa, konon mereka harus membunyika tetabuhan atau bahkan dengan menyalakan perapian, agar mengahsilkan asap putih/hitam sesaui keperluan yang bisa membubung tinggi ke angkasa, sehingga bisa memberi pesan kepada kolega atau keluarga di kampung lain di seberan sunga atau kawasan lainnya.
Fakta uniknya, ternyata karena software yang diinstal Allah SWT kepada manusia memang benar-benar canggih, manusia tidak hanya bisa berkomunikasi dengan antar sesamanya dengan sekedar bahasa-bahasa tutur atau bahasa percakapan layaknya yang kita gunakan untuk saling berkomunikasi sehari-hari.Â
Baca Juga : Â "Adat Badamai", Tradisi Saling Memaafkan ala Urang Banjar
Tapi karena berbagai hal dan sebab, akhirnya manusia juga bisa menggubah beragam bentuk bahasa selain bahasa tutur yang secara reguler umum digunakan untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya yang tentunya juga mempunyai kesamaan sebab atau hal pembentuknya, misal bahasa isyarat untuk saudara kita yang tuna rungu, bahasa sandi morse yang biasa dipakai oleh kalangan intelijen dan mungkin yang tidak kalah unik adalah bahasa siul, bahasa unik warisan budaya dunia yang telah diakui oleh UNESCO dari peradaban budaya masyarakat Kepulauan Canary, Spanyol.