Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Bagarakan Sahur dalam Kelindan Semangat Egalitarian "Tidak Ingin Masuk Surga Sendirian"

1 Mei 2021   16:56 Diperbarui: 4 Mei 2021   13:41 1472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagarakan Sahur Anak-anak | kanalkalimantan.com

Baca Juga :  Mereka yang Pantang Berpangku Tangan

Siklus "tradisi makan sahur"ini biasanya diakhiri dengan aktifitas shalat Subuh berjamaah di masjid atau mushalla atau juga langgar yang biasanya dituntaskan dengan kaliah subuh sambil menunggu waktu Syuruq, sebagai tanda dimulainya waktu untuk Shalat Isyraq yang pahalanya juga sangat besar.

Bagarakan Sahur Anak-anak | kanalkalimantan.com
Bagarakan Sahur Anak-anak | kanalkalimantan.com

Tradisi Bagarakan Sahur  

Kalau kita perhatikan, dari rangkaian siklus "tradisi makan sahur" ini ada satu titik krusial yang tidak boleh lewat dan terlewatkan, yaitu aktifitas bangun tengah malam.

Sayangnya, tidak semua orang bisa, apalagi terbiasa untuk bangun tengah malam, dengan berbagai alasan dan sebab. Berangkat dari titik inilah, setiap bulan Ramadan di lingkungan masyarakat Banjar akan muncul rasa kebersamaan selayaknya budaya-budaya egalitarian masayarakat nusantara lainnya yang dalam konteks ini diwujudkan dengan mengadakan aktivitas tradisi yang telah berlaku sejak lama, bagarakan sahur.

Baca Juga :  Shalat di Masjid Kayu Tertua di Kota Banjarmasin Ini Bikin Adem Lahir-Batin!

Bagarakan sahur merupakan aktifitas layaknya patrol atau sejenisnya untuk membangunkan masyarakat dalam range atau lingkup wilayah tertentu dengan cara membunyikan beragam instrumen dengan nada-nada melodik . Sehingga semua masyarakat muslim semuanya bisa melaksanakan tradisi makan sahur.

Memang, di zaman serba digital seperti sekarang, relatif banyak perangkat yang bisa dimanfaatkan sebagai alarm bangun tengah malam! Tapi faktanya, masih ada saja yang nggak bangun! Karena itulah, sepertinya bagarakan sahur  tetap diperlukan, tidak hanya untuk membangunkan warga semata, tapi juga untuk mengobati kerinduan pada suasana khas tradisi Ramadan.

Uniknya, dilingkungan masyarakat Banjar kekinian, khususnya anak-anak muda pembaharunya ada semacam sesanti atau motto komunal yang berbunyi "tidak ingin masuk surga sendirian"  yang menjadikan aktifitas bagarakan sahur ini bukan sekedar hura-hura yang bikin heboh dan akhirnya justeru berakhir mengganggu masyarakat, seperti yang dikeluhkan sebagian mayarakat di media akhir-akhir ini.

Baca Juga :  Meluruskan Kekeliruan Massal "Umat Muslim"

Mereka, benar-benar berusaha untuk proporsianal dan profesional dengan misinya membangunkan masyarakat agar bisa melaksanakan rangkaian tradisi makan sahur, sehingga selain bermanfaat juga berpahala. Sehingga harapan dan doanya seluruh warga bisa beribadah semua dan Insha Allah bisa masuk surga bersama-sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun