Menurut sejarahnya, pembangunan masjid ini tidak terlepas dari peranan Kerajaan Demak, melalui utusannya Khatib Dayyan, mubaligh yang juga panglima perang Kesultanan Demak yang ditugaskan oleh Sultan Trenggono untuk membantu Pangeran Samudra mempertahankan diri dari serangan pamannya sendiri, Pangeran Tumanggung dari Kerajaan Daha.Â
Luar biasanya, atas izin Allah SWT, kehadiran Khatib Dayyan justru mendatangkan berkah, karena peperangan antara paman dengan kemenakan urung terjadi, bahkan keduanya sepakat untuk berdamai, bahkan sang paman Pangeran Tumanggung juga mengakui kedaulatan Kesultanan Banjar yang dipimpin oleh kemenakannya, Pangeran Samudra.Â
Peristiwa yang menurut penelitian diperkirakan terjadi pada tanggal 24 September 1526 ini, akhirnya diabadikan sebagai hari jadi Kota Banjarmasin.
Pasca Kesultanan Banjar resmi berdiri dan Pangeran Samudera juga resmi diangkat menjadi raja dan berganti nama menjadi Sultan Suriansyah, setelah resmi memeluk agama Islam, berikut seluruh rakyatnya, maka untuk keperluan beribadah sholat 5 waktu berjamaah di lingkungan istana, akhirnya Sultan Suriansyah memutuskan untuk mendirikan masjid di kotaraja atau ibu kota yang sekarang lebih dikenal sebagai kampung Kuin.
Masjid yang secara fisik dibangun dengan referensi model, bentuk dan gaya arsitektur yang identik dengan masjid Agung Demak yang diperkenalkan oleh Khatib Dayyan inilah yang sekarang kita kenal dengan nama Masjid Sultan Suriansyah.
Baca Juga:Â Saatnya Memunculkan Kategori Penghargaan "Article of The Year" di Kompasianival 2021
Selain interior masjid yang penuh dengan ukiran bermotif stylish (teknik penggayaan obyek gambar/ukiran sehingga tidak menyerupai bentuk aslinya, karena Islam melarang ornamen menyerupai makhluk bernyawa) dari beragam tanaman dan buah-buahan plus sebagian kecil elemen fauna, bentuk pola lantai dari balok kayu ulin yang disusun begitu cantik juga menjadi sisi estetis nan unik dari masjid tua ini.Â
Melihat susunan batang kayunya yang unik, sepertinya akan membuat kening siapapun yang melihatnya akan berkerut, betapa cerdas orang-orang tua jaman dulu.
Keunikan Masjid Sultan Suriansyah tidak hanya ada pada interior dan eksteriornya saja, tapi juga lingkungannya yang masih sangat kental dengan budaya sungai khas ala Urang Banjar. Maklum, karena kawasan ini dulunya memang Kotaraja alias ibu kota Kesultanan Banjar.Â
Elemen yang paling mudah terlihat adalah Jembatan kayu tua di sisi belakang masjid dan juga keberadaan dermaga kecil di tepian Sungai Kuin yang mengarah tepat ke arah pintu samping kanan masjid.Â
Desain dermaga semi modern yang memadukan konstruksi kayu dan beton dengan ornamen khas kerajaan Banjar tempo dulu ini menjadi akses warga sekitar di seberang sungai dan beberapa kawasan di sekitarnya untuk menuju masjid melalui jalur sungai. Konon dermaga tua yang telah beberapa kali mengalami renovasi ini dibangun beriringan dengan bangunan utama masjid Sultan.Â