Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kotak Hitam Misterius Hadiah Ulang Tahun Presiden

22 Juni 2021   19:19 Diperbarui: 22 Juni 2021   19:18 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

13 tahun silam ...

Hari ulang tahunku yang ke-17 masih tiga hari lagi, ketika bapak memberiku hadiah kotak kayu jati berwarna hitam tanpa hiasan apapun disekujur permukaanya.

Sungguh, hadiah bapak ini merupakan surprise luar biasa bagiku, karena tidak ada dalam sejarah keluargaku merayakan ulang tahun, apalagi memberi hadiah atau kado, seperti yang terjadi saat ini!

"Sebentar lagi usiamu beranjak dewasa nak dan bapak hanya bisa memberi ini!" Kata Bapak sambil menyerahkan kotak hitam itu kepadaku.

"Apa ini pak?" Tanyaku spontan saat itu.

"Kamu harus berjanji dengan dirimu sendiri dan juga sama bapak, hanya akan membuka kotak ini 13 tahun lagi atau tepat pada ulang tahunmu yang ke-30", dengan mimik serius, bapak melanjutkan kata-katanya.

Baca Juga :  Pernah "Shock" Juga, Gitaris Metal Kami ternyata Penggemar Berat Kahitna 

Jujur, sebenarnya mendengar ucapan bapak justeru membuatku semakin penasaran dengan kotak hitam itu. Tapi karena aku sudah berjanji kepada diriku sendiri dan juga kepada bapak untuk mengikuti permintaan beliau, maka janji itu adalah hutang yang harus kutepati. Itulah salah satu didikan tegas dan keras dari bapak dan ibu kepada kami anak-anaknya, aku, Panglima dan Marsekal.

Sebagai bagian dari sejarah militer negeri ini, bapak juga mendidik kami bertiga sangat keras layaknya militer. Tapi uniknya, bapak justeru tidak pernah sekalipun meminta kami anak-anaknya untuk mengikuti jejaknya, berkarir di dunia militer. Nah lho ...

Sayang bapak meninggal dunia saat aku duduk di kelas tiga SMA atau sekitar setahun setelah memberiku hadiah ulang tahun misterius berupa kotak kayu jati berwarna hitam tersebut. Sepeninggal bapak, ibu yang akhirnya harus pontang-panting banting tulang menyekolahkan kami. Saat masih ada bapak saja, ekonomi keluarga kami tegolong pas-pasan, apalagi setelah bapak meninggal dunia!

Baca Juga :  Esai Foto | Para Penjemput Rizki di Pasar (Tradisional) Ahad, Banjarmasin

Beruntung, disaat genting itu aku diterima kerja di sebuah radio swasta sebagai penyiar, selepas lulus SMA dan Alhamdulillah-nya lagi, aku juga diterima kuliah di salah satu universitas negeri di kotaku. Karena negeri, Insha Allah biaya kuliahku juga tidak terlalu mahal, sehingga gajiku dari siaran di radio, setidaknya cukup untuk membantu menopang biaya kuliahku, sehingga tidak merepotkan ibu lagi.

Oya, perkenalkan! Namaku Presiden! Lengkapnya Muhammad Presiden Republik Indonesia. Itulah nama pemberian dari bapak untukku. Konon selain sebagai doa untukku, juga salah satu bukti dan bakti kecintaan bapak kepada republik ini, tanah air yang dibelanya mati-matian sejak kelahirannya di jaman pendudukan Belanda. Itu pengakuan bapak kepadaku. Menurut kalian namaku unik atau aneh?

Setahun silam ...

Sebagai wartawan muda dengan segala gejolak mudanya, nuraniku yang sarat dengan kekang idealisme, rasionalisme dan tentunya humanisme sontak bagai tersengat listrik bertegangan ribuan volt, ketika melihat dengan mata kepala sendiri ratusan kerangka tubuh manusia tak dikenal, terkubur tidak semestinya di sebuah kaki bukit di Propinsi sebelah yang sedianya akan dibangun dan dikembangkan menjadi kawasan wisata oleh pemerintah setempat.

Pekerja konstruksi yang sedianya akan menggali untuk fondasi berbagai fasilitas wisata, tiba-tiba menemukan semacam kuburan masal, tepat di tanah yang digalinya! Sungguh biadab, terkutuklah semua yang terlibat tindakan keji yang sama sekali tidak berperikemanusiaan ini! 

Baca Juga :  Bacary Sagna dan "Kisah Perjodohannya" yang Membuat Iri Jutaan Pria di Dunia                        

Menurut laporan dari tim forensik, dari hasil pemeriksaan semua kerangka didapatkan kesimpulan, semua korban sengaja dieksekusi dari jarak dekat dan semuanya langsung dikubur di lokasi yang sama. Tapi, pihak berwenang tetap berjanji akan terus berusaha mencari adanya kemungkinan lokasi kuburan masal lainnya di kaki bukit tersebut.

Sayang, berita yang sempat menghebohkan itu lambat laun seperti berita-berita lainnya! Sebentar saja menjadi trending topic, setelahnya segera tertutupi oleh  trending topic lain, begitu terus dan seterusnya! Hingga kita semua lupa dan melupakannya! Bahkan sampai sekarang masih belum jelas siapa mereka yang terkubur disitu, begitu pula pelakunya!

Seminggu lalu ...

Sejak memasuki awal bulan Pebruari, aku selalu merasakan adanya energi berlipat dalam fisik dan psikisku. Apa iya, itu karena bulan Pebruari adalah bulan istimewa keluarga kami!?

Selain kami menikah di bulan yang konon identik dengan bulan kasih sayang ini, kami berdua, bahkan kedua buah hati kami juga, semuanya berulang tahun di bulan Pebruari ini. Unik ya?

Baca Juga : Menantikan Lahirnya Proses Gol Paling Langka, "Olympic Goal" di Euro 2020

Tapi bulan Pebruari kali ini sepertinya akan berbeda dengan Pebruari-pebruari sebelumnya. Selain akan menjadi saksi 30 tahun hidupku di dunia, Insha Allah, di hari ulang tahunku kali ini ada yang berbeda! 

Ini yang pertama di sepanjang hidupku, Insha Allah, keluarga besarku akan melakukan selamatan kecil-kecilan tepat di hari ulang tahunku di kediaman ibu. 

Tapi ibu punya alasan khusus untuk itu, apalagi kalau bukan karena kotak hitam hadiah bapak untukku 13 tahun silam atau saat aku berulang tahun ke-17 tahun. Sesuai pesan bapak saat itu, aku baru boleh membuka sekaligus melihat isi kotak hadiah itu hanya pada saat ulang tahunku ke-30 alias jatuh pada Pebruari kali ini.

Untuk persiapan hari spesial itu, aku sampai minta ijin cuti dari kantor, agar benar-benar bisa menikmati hangatnya kebersamaan bersama keluarga yang sepertinya nyaris tidak pernah kami istimewakan setelah meninggalnya bapak 12 tahun silam.

Baca Juga :  Mungkinkah "Mantan 2 Sejoli" Ceko dan Slovakia, Mengulang Prestasi Emas 1976?

Maklumlah ya ... 13 tahun menunggu, mengesampingkan rasa penasaran yang terus menyeruak tentu bukan perkara mudah dan pastinya akan membuat nggak karuan rasa jika mulai mendekati hari H-nya, terlebih akulah yang kali ini menjadi aktor utamanya.

Sebenarnya, sejak  bapak meninggal, aku sudah sering merayu ibu untuk sama-sama membuka kotak hitam hadiah dari bapak tersebut, tapi bukannya mendukungku ibu malah marah besar demi mendengar ideku tersebut.

Sejak usaha terakhirku yang juga ditolak mentah-mentah oleh ibu, aku lebih memilih duduk manis dan menunggu waktu itu benar-banar datang dan hari yang kutunggu-tunggu itu benar-benar akan datang seminggu lagi, tepat di ulang tahunku yang ke-30.

Sejam yang lalu...

Saat aku dan istriku tiba di rumah ibu selepas Maghrib, semua sudah siap untuk memulai acara keluarga ini. Panglima, adikku nomor dua dengan isterinya dan Marsekal adikku nomor tiga, ibu dan juga Om Aziz, bapak sambung kami yang sebelumnya juga sahabat karib bapak yang kemudian diterima ibu menjadi imam di keluarga kami, sepeninggal isteri beliau meninggal dunia karena sakit, semuanya sudah duduk manis mengelilingi meja

Setelah baca doa bersama, acaranya langsung dilanjut dengan prosesi yang telah ditunggu sejak 13 tahun silam. membuka kotak kayu hitam legam itu!

"Karena kotak hitam ini hadiah ulang tahun bapak untuk Presiden, jadi ya harus Presiden sendiri yang membukanya!" Kata ibu, sambil memberikan anak kunci dari gembok kecil yang selama ini menjadi segel kemanan kotak kayu berwarna hitam legam yang baru saja ibu keluarkan dari dalam lemari pribadi bapak dan meletakkannya di tengah meja ruang keluarga, tempat kami berkumpul.

Baca Juga :  Mubaadalah, Konsep "Bapak Rumah Tangga" ala Rasulullah SAW

Tidak berlama-lama, aku langsung membuka kotak hitam itu begitu gembok bisa kubuka dengan anak kuncinya. Seperti disambar geledek, betapa terkejutnya kami semua ketika melihat isi dari kotak kayu hitam tersebut. Bahkan Nina, isteri Panglima sampai terjengkang ke belakang sambil berteriak histeris begitu melihatnya.

"Tengkorak?" Batinku dalam hati sambil terus memperhatikan tulang kepala manusia yang ada di dalam kotak hitam tersebut.

Tidak mungkin bapak bercanda memberiku hadiah tengkorak kepala manusia di hari ulang tahunku, karena aku tahu betul karakter bapak! Apalagi sampai harus menunggu sampai 13 tahun untuk membukanya!?

Demi memupus rasa penasaranku, ku angkat tengkorak kepala itu dari dalam kotak dan kuletakkan di meja kecil di sudut ruang. Dengan sedikit perasaan ngeri yang menyeruak, kucoba mencermati semua bagian dari tengkorak itu, siapa tahu ada pesan khusus di situ. 

Benar saja, aku melihat ada yang sedikit aneh pada tengkorak ini.  Aku melihat goresan di beberapa bagian tengkorak itu, bahkan di pelipis atau dahi kirinya kulihat masih ada benda asing yang menempel atau tepatnya menusuk tulang dahi. Sayang aku tidak tahu benda apa itu, apalagi pesan dari semuanya, kecuali feeling bahwa pemilik tengkorak ini, sepertinya meninggal dengan cara yang tidak wajar.

Karena tidak mendapatkan pesan apapun, atas persetujuan ibu kukembalikan lagi perlambang kematian berwarna kecokelatan itu ke dalam kotaknya dan demi menyelamatkan suasana tasyakuran ulang tahunku, ibu langsung mengajak kami semua menuju meja makan untuk menyantap menu Katupat Kandangan, kuliner favorit kekuarga kami, termasuk mendiang almarhum bapak.

Baca Juga :  Sekarang Saatnya "Berhaji Mabrur" Tanpa Harus ke Tanah Suci ala Ali Ibn Al Muwaffaq!

Sayang suasana sudah terlanjur tegang. Di meja makan, kami memang makan Katupat Kandangan, tapi pikiran kami semuanya mengembara ke berbagai tempat untuk mencoba mencari tahu benang merah misteriusnya hadiah bapak untuk ulang tahunku ini. Apa sebenarnya maksud dan tujuan bapak?

"Apa ya maksud bapak?" Tanya Marsekal memecah keheningan makan malam kami.

Tapi semua diam, semua sibuk dengan pikikan masing-masing, begitu juga aku dan juga istriku yang duduk disampingku.

" Sudahlah, kita makan dulu, setelah selesai baru kita bahas lagi ya ... !" Ibu dengan bijaknya memberikan solusi.

Begitu selesai makan dan dilanjut shalat Isya berjamaah di masjid dekat rumah, kami kembali ke ruang keluarga, berusaha untuk memecahkan misteri tengkorak dalam kotak hadiah dari bapak 13 tahun silam itu.

Aku sangat yakin bapak serius dengan hadiah pemberiannya itu. Jadi aku juga sangat yakin akan keberadaan informasi penting dari tengkorak itu.

"Atau jangan-jangan infonya justeru ada dikotaknya ya?" Batinku dalam hati, sambil menuju kerumah setelah turun dari masjid.

Begitu semua kembali berkumpul diruangan keluarga, aku kembali membuka kotak hitam itu, sekaligus mengeluarkan  tengkorak didalamnya dan menempatkannya di meja kecil di sudut ruang seperti tadi.

Baca Juga :  Bayang-bayang "Seni Furbizia" dalam Kebangkitan Gli Azzuri di Euro 2020

Benar saja, dasar kotak yang berlapis kain hitam agak tebal itu ternyata hanya pelapis atau penutup dari dasar kotak dan ketika kain kuambil, aku melihat ada dua kertas putih kecoklatan yang terlipat rapi. Aku yakin itulah petunjuk dari misteri kotak hitam ini. 

Setelah kuperiksa, ternyata dua lipatan kertas itu masing-masing adalah selembar peta dan satunya lagi sepertinya surat bapak untukku...  

Assalamualaikum,

Anakku, Presiden Republik Indonesia!

Selamat ulang tahun ya nak! Semoga engkau dan keluarga semuanya sehat wal afiat dan dalam suasana penuh kebahagiaan di bawah naungan perlindungan Allah SWT. 

Anakku, Presiden Republik Indonesia!

Bapak yakin, kamu pasti terkejut dengan isi tengkorak kepala dalam kotak kayu ini, maafkan bapak ya nak, memberimu hadiah ulang tahun yang tidak lazim! 

Selain tengkorak kepala ini dan sepucuk surat yang sekarang kau baca, bapak juga menyertakan selembar peta sebuah kawasan lembah bukit buatan tangan bapak dengan keterangan yang sudah bapak rincikan sedatail mungkin.

Bapak hanya ingin engkau mengungkap kebenaran yang telah bapak pendam sejak puluhan tahun silam nak, karena bapak tidak akan pernah sanggup untuk melakukannya!

Datangi tempat itu dan kau sempurnakan puluhan atau mungkin ratusan jasad ditempat itu yang terkubur tanah tidak beraturan sedalam tidak lebih dari setengah meter dari permukaan tanah. 

Baca Juga : Estetika "Seni Menjemur Baju" dan Manfaatnya yang Tak Terduga

Anakku, Presiden Republik Indonesia!

Kira-kira lima tahun sebelum menikahi ibumu, bapak dan lebih dari sekompi pasukan khusus diterjunkan ke sebuah perkampungan di lembah bukit yang ada dalam peta itu, untuk melenyapkan semua yang ada di perkampungan itu, karena kampung itu "konon" menjadi basis utama gerakan makar kepada negara yang "konon" juga sangat membahayakan negara. 

Semuanya kami lenyapkan, tidak ada sedikitpun yang tersisa! Tidak hanya semua manusia yang jadi penghuninya, tapi juga ternak, tempat tinggal bahkan juga semua fasilitas kehidupan sosial mereka seperti jalan, tempat ibadah dan lain-lainnya, hingga lembah bukit itu sama sekali tidak terlihat sebagai bekas sebuah perkampungan yang pernah dihuni manusia.

Peristiwa mengerikan itu seperti terkubur oleh waktu dan sepertinya tidak akan pernah terungkap! 

Tapi nak, ketahuilah! Sejak peristiwa itu bapak tidak bisa lagi tidur nyanyak seperti hari-hari sebelumnya, apalagi kalau harus melihat ibumu saat menggendongmu, bayi mungil yang baru beberapa hari lahir ke dunia! Semua seperti mengulang detik demi detik peristiwa itu, terutama ibu dan bayi itu ...

Karena terus dikejar perasaan berdosa itu, bapak dan Om Aziz, teman sejawat sekaligus sahabat bapak yang tentunya kamu juga kenal, pernah mengambil cuti beberapa hari dan nekad mencari bekas kampung di lembah bukit itu berdua saja! 

Kami akhirnya memang menemukan bekas kampung itu nak dan berusaha menggali untuk menemukan jasad-jasad itu sekaligus menyempurnakan pemakamannya, tapi ... 

Kami benar-benar tidak sanggup lagi melanjutkan rencana kami, ketika kami justeru benar-benar menemukan tengkorak kepala yang di dahi kirinya masih bersarang sebuah proyektil dan ... tengkorak itu saat ini ada di hadapanmu.

Anakku, Presiden Republik Indonesia!

Bapak hanya ingin minta tolong kepadamu, segera temukan dan sempurnakan pemakaman tengkorak-tengkorak tersebu, agar bapak lebih tenang dan semoga taubatan nasuha bapak diterima oleh Allah SWT.

Sekali lagi, maafkan bapak ya nak! Mudah-mudahan semua semakin menambah keimanan kita kepada Rabb yang Maha Sempurna dan berkuasa penuh atas semua makhluk ciptan-Nya.

Terima kasih,

Wassalamualaikum 

Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun