13 tahun silam ...
Hari ulang tahunku yang ke-17 masih tiga hari lagi, ketika bapak memberiku hadiah kotak kayu jati berwarna hitam tanpa hiasan apapun disekujur permukaanya.
Sungguh, hadiah bapak ini merupakan surprise luar biasa bagiku, karena tidak ada dalam sejarah keluargaku merayakan ulang tahun, apalagi memberi hadiah atau kado, seperti yang terjadi saat ini!
"Sebentar lagi usiamu beranjak dewasa nak dan bapak hanya bisa memberi ini!" Kata Bapak sambil menyerahkan kotak hitam itu kepadaku.
"Apa ini pak?" Tanyaku spontan saat itu.
"Kamu harus berjanji dengan dirimu sendiri dan juga sama bapak, hanya akan membuka kotak ini 13 tahun lagi atau tepat pada ulang tahunmu yang ke-30", dengan mimik serius, bapak melanjutkan kata-katanya.
Baca Juga : Â Pernah "Shock" Juga, Gitaris Metal Kami ternyata Penggemar Berat KahitnaÂ
Jujur, sebenarnya mendengar ucapan bapak justeru membuatku semakin penasaran dengan kotak hitam itu. Tapi karena aku sudah berjanji kepada diriku sendiri dan juga kepada bapak untuk mengikuti permintaan beliau, maka janji itu adalah hutang yang harus kutepati. Itulah salah satu didikan tegas dan keras dari bapak dan ibu kepada kami anak-anaknya, aku, Panglima dan Marsekal.
Sebagai bagian dari sejarah militer negeri ini, bapak juga mendidik kami bertiga sangat keras layaknya militer. Tapi uniknya, bapak justeru tidak pernah sekalipun meminta kami anak-anaknya untuk mengikuti jejaknya, berkarir di dunia militer. Nah lho ...
Sayang bapak meninggal dunia saat aku duduk di kelas tiga SMA atau sekitar setahun setelah memberiku hadiah ulang tahun misterius berupa kotak kayu jati berwarna hitam tersebut. Sepeninggal bapak, ibu yang akhirnya harus pontang-panting banting tulang menyekolahkan kami. Saat masih ada bapak saja, ekonomi keluarga kami tegolong pas-pasan, apalagi setelah bapak meninggal dunia!
Baca Juga : Â Esai Foto | Para Penjemput Rizki di Pasar (Tradisional) Ahad, Banjarmasin