Suatu hari di Kota Tembakau yang Dingin!
"Gugurkan saja Rin!" Jawabku enteng saja, setelah berjam-jam kami gagal mendapatkan titik temu, sekaligus jalan terbaik untuk kehamilan Rina, temanku, tetanggaku dan juga pacarku, akibat pergaulan kami yang kebablasan.
Pertimbanganku sangat rasional, semua demi kebaikan masa depan kami, sekolah kami dan tentunya nama baik keluarga kami. Apa kata masyarakat di kampungku jika mereka mengetahui, aku yang anaknya pak lurah menghamili Rina anaknya Pak Modin!? Apa bapakku juga nggak langsung kumat jantungannya kalau tahu aku menghamili Rina, anak dari salah satu pengakat desanya?
"Dasar egois, nggak punya perasaan! Dasar pengecut! Aku mengandung anakmu Hend!" Gadis manis berlesung pipit yang bergelar kembang desa itu tiba-tiba berteriak histeris dengan badan bergetar hebat sambil terus memukuli dadaku bidangku saat menyadari, lelaki kurus yang selama ini dipuja-pujanya ternyata seorang pecundang! Tak lebih dari seorang pengecut yang tidak berani menepati janji.
Kota 1000 Sungai, 22 Tahun berikutnya ...
Hari Minggu merupakan hari raya mingguan keluargaku, selain bisa menghabiskan waktu dengan berbagai aktifitas khas keluarga kecilku dirumah, seperti berkebun dan nge-band di studio mini yang sengaja kubangun di lantai bawah tanah rumah kami yang kedap suara, kami juga biasa kulineran receh-receh yang ujung-ujungnya biasa hunting buku-buku kesukaan kami masing-masing di toko buku langganan kami di Kota 1000 Sungai.Â
Oya, sejak lulus kuliah, aku langsung kerja di salah satu perusahaan consumer good ternama di Indonesia yang kelak mengantarku keliling Iindonesia untuk menduduki posisi-posisi strategis di berbagai cabang dan terakhir di regional office Kalimantan yang kantor pusatnya ada di Kota 1000 Sungai.
Pekerjaanku yang ngurusi masalah human capital dan general affair, mengharuskanku berhubungan dengan banyak orang, banyak lembaga dan organisasi. Dari sini juga, akhirnya aku mengenal Sari atau tepatnya dokter Maelani Kurniasari, gadis blasteran banjar-tionghoa yang cantiknya seperti bidadari yang akan melelehkan hati siapapun yang pernah memandangnya!
Putriku Rosa atau biasa kupanggil sayang dengan Oca, beberapa hari lalu sukses menyusul jejak mamanya! Tidak hanya wajahnya saja yang bagai pinang dibelah dua, Rosa juga berhasil meraih cita-citanya dan juga cita-cita kami, orang tuanya, menjadi dokter spesialis kandungan. Sedangkan Henry, putra keduaku yang juga bercita-cita menjadi dokter, tapi katanya lebih tertarik menjadi dokter hewan, saat ini baru duduk di bangku kelas XI atau kelas 2 SMA.
Entah kenapa, beberapa hari ini aku senang sekali memperhatikan Rosa lebih intens dari biasanya. Aku seperti tidak ingin kehilangan momen-momen terindah dengan harta-harta paling berhargaku itu.Â