Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Galeri 90's | "Kasih Jangan Kau Pergi (Bunga)", Jejak Melankolik Pengantar Kepergianya

2 Maret 2021   22:32 Diperbarui: 2 Maret 2021   22:42 3369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Kaset Album Untukmu Galang-Bunga | kapanlagi.com

Sayangnya, sampai saat ini lagu Kasih Jangan Kau Pergi ini tidak ada yang tahu latar belakangnya. Khususnya, latar belakang penciptaan liriknya yang meskipun tidak sepuitis karya-karya lagu cintanya Dewa-19, apalagi KLa Project, tapi tetap saja menjadikan lagu ini layak bersanding dengan lagu-lagu legend lainnya, sehingga tetap sangat layak untuk terus didengarkan, didendangkan dan dikenangkan, terlebih bagi yang pernah atau saat ini tengah berada dalam situasi yang segaris dengan lirik lagu ini, tengah berharap ...

Baca Juga :  Siapa yang Menjawab Teleponku?

Setiap terdengar apalagi (sengaja) mendengar lagu Kasih Jangan Kau Pergi ini, memori saya selalu terbang jauh ke penghujung 90-an atau tepatnya beberapa hari menjelang kita semua memasuki milenium baru, terkhusus sehari sebelum memasuki tahun baru, ketika Nana, "adik" saya yang telah meninggalkan begitu banyak kenangan dalam singkatnya pertemuan kami, dipanggil oleh-Nya (kisahnya saya fiksikan dengan judul Siapa yang  Menjawab Teleponku?)

Nana, gadis pecinta alam yang saat itu tengah menjalani proses taaruf bersama saya, sekaligus tengah memulai berhijrah, sangat menyukai lagu Kasih Jangan Kau Pergi itu dan satu lagu lagi dalam album itu yang berjudul Orang Gila yang menurutnya memberi kesan mendalam.

Beberapa hari sebelum kepergianya, kaset album yang saat rilis saya beli seharga 8000-an itu, sudah tidak lagi mempunyai sampul dan wadah saat terus-terusan  diputarnya, sampai-sampai beberapa kali pita kasetnya kusut dan ruwet nyangkut di head-nya walkman. Entah apa yang ada dalam benaknya, yang jelas Nana bilang dia merasa nyaman dengan lagu itu! 

Apakah semua itu sebenarnya tanda atau firasat? Entahlah, wallahu a'lam bish-shawabi.

Sampai detik ini, lebih dari 20 tahun berlalu, kenangan pada Nana tetap ada dan akan selalu ada. Semoga untaian Doa, persembahan dari bumi untuk Nana, bidadari surga yang pernah mewarnai dunia itu tidak akan pernah lekang oleh waktu ...

Nana, berbahagialah kau di sisi-Nya

Dok. Kombatan
Dok. Kombatan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun