Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rezeki Anak Saleh | "Berkah" Digigit Anjing

18 Februari 2021   23:37 Diperbarui: 19 Februari 2021   07:32 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Digigit Anjing | okezone.com

Bocor Ban

"Ya Allah, ban sepeda motor saya bocor, tolong kirimkan pertolonganmu Ya Allah"

"Ya Allah, kalau tidak ada yang menolong hamba-Mu yang lemah ini untuk menurunkan gerobak bakso, hamba tidak bisa kemana-mana Ya Allah." Sambil menengadahkan kedua tangan yang satu sama lain dirapatkan, dari atas jok sepeda motor yang distandar miring, Mahdi terus berdoa meminta tolong kepada Tuhannya.

Baru saja, Mahdi berangkat berjualan bakso, bahkan belum semangkukpun baksonya laku terjual, ketika ikhtiarnya menjemput rezeki dari-Nya baru saja memasuki perbatasan kampung sebelah yang kiri-kanannya lebih banyak ditumbuhi rumpun-rumpun pohon bambu betung yang rata-rata tinggi menjulang laksana raksasa yang memayungi, tiba-tiba ban belakangnya bocor dan kempes. 

Ban kempes, apalagi ban roda belakang  bagi penjual bakso keliling yang baru berangkat seperti yang dialami Mahdi, tentu bukan perkara mudah. Gerobak atau rombong bakso yang nangkring diatas jok belakang masih penuh, artinya bebannya masih sangat berat. Jika sepeda motor dipaksa berjalan,  pasti bukan saja ban-nya saja yang hancur, tapi juga pelek-nya!

Sementara, untuk menurunkan gerobaknya, jelas tidak mungkin. Jangankan masih full muatan. lha wong pas masih kosong saja minimal harus dua orang untuk menaikkannya ke atas jok sepeda motor. 

Dipalak Gerombolan Preman

"Alhamdulillah" Tiba-tiba wajah Mahdi tampak sumringah, ketika dari jauh dia melihat pengendara sepeda motor yang menuju kearahnya. Wajar, Mahdi merasa senang, selain jalanan ini memang relatif agak sepi di tengah hari bolong menjelang bedug solat Dhuhur, sehingga relatif sulit untuk mendapatkan pertolongan jika hanya mengandalkan "orang lewat", jalan raya di perbatasan kampung ini juga dikenal agak wingit.

Tanpa dimintai pertolongan, ternyata enam anak muda yang mengendarai tiga sepeda motor itu langsung berhenti dan menghampiri Mahdi, sekaligus menanyakan apa yang sedang terjadi.

Setelah mendapatkan penjelasan dari Mahdi, lima dari keenam pemuda itu minta dibuatkan bakso dalam mangkuk cap ayam jago yang telah melegenda itu dengan hitungan sepuluh ribuan per-mangkuknya.

Tanpa banyak bicara, kelimanya langsung menyantap bakso olahan Mahdi yang memang terkenal enak di seantero kampung dan Kota kecamatan itu. Maklum, sebagai keturunan ke-3 dari dinasti pengusaha bakso legendaris di Kota yang konon dibelah oleh garis Katulistiwa atau orang luar sana lebih mengenalnya sebagai garis imajner equator tersebut, Mahdi juga mewarisi keahlian membuat dan meracik bakso dengan citarasa juara.

Sayang, setelah selesai menyantap bakso, jangankan membantu Mahdi menurunkan gerobak bakso agar Mahdi bisa menambalkan ban belakangnya yang bocor, bakso yang telah mereka habiskan juga tidak dibayar! Keenamnya langsung ngeloyor pergi tanpa berucap sepatah katapun meninggalkan Mahdi sendirian yang hanya terdiam dan terpaku di sebongkah batuan granit yang didudukinya.

"Ya Allah, saya tidak bisa berbuat apa-apa, selain mengikhlaskannya. Tolong ganti rezeki saya dengan yang lebih banyak lagi berkah Ya Allah." Sambil kembali menengadahkan tangannya, Mahdi lebih memilih menenangkan diri dengan kembali berdoa kepada yang Maha melihat, Mendengar dan Mengetahui.

"Ya Allah, tolong hamba Ya Allah!" Kembali Mahdi berkonsentrasi penuh meminta pertolongan dari sebaik-baiknya penolong dan sebaik-baiknya tempat bergantung dengan penuh harap, sampai tiba-tiba dari arah belakangnya terdengar seperti suara dengusan napas dari beberapa ekor binatang entah apa ...

Dikeroyok Anjing Liar

Betapa terkejutnya Mahdi ketika menolehkan kepalanya ke arah belakang tubuhnya, ternyata ada empat ekor anjing liar yang sepertinya kelaparan sedang memamerkan deretan gigi-gigi tajam dengan taring runcing mengkilat behias liur yang sebagiannya menetes ke tanah. 

Tanpa membuang waktu, Mahdi berusaha menghindar dari kepungan anjing-anjing liar yang tiba-tiba saja mengepungnya dengan naluri kebuasan yang jelas terlihat dari dengusan dan tatapan matanya yang tajam dan sama sekali tidak mau melepaskan gerak-geriknya yang pelan-pelan mundur teratur.

Sayang, keempat anjing liar itu pelan-pelan juga maju teratur mengikuti gerakan Mahdi yang sepertinya mulai berancang-ancang untuk mengabil langkah seribu alias lari sekencang-kencangnya.

Dalam hati, Mahdi terus meminta pertolongan kepada Sang Maha Penolong yang pastinya saat itu juga melihat dan mengawasi semua gerak-gerik dan tingkah lakunya. 

"Dia pasti akan tolong saya", begitu keyakinan Mahdi yang tetap menguatkan langkahnya untuk terus berusaha mencari cara dan strategi untuk lepas dari sergapan gerombolan anjing-anjing liar yang naluri berburunya cukup mengerikan ini. 

Setelah relatif berhasil menjaga jarak aman dengan anjing-anjing liar itu, Mahdi akhirnya memilih untuk terus menjauh pelan-pelan dari lokasi itu. Mahdi berpikir untuk meninggalkan anjing-anjing itu bersama sepeda motor plus gerobak baksonya, untuk mencari pertolongan kepada warga masyarakat terdekat. Sehingga gerobak baksonya tetap aman.

Tapi sayang, strategi Mahdi sepertinya terbaca oleh naluri berburu gerombolan anjing-anjing liar tersebut. Bahkan, Mahdi belum sempat berbalik badan untuk lebih dulu mengambil langkah seribu ketika anjing-anjing liar itu justru mengambil inisiatif menyerbunya beramai-ramai. Tepat di tikungan jalan yang tersamar oleh rerimbunan rumpun bambu, Mahdi akhirnya terjatuh dan sempat beberapa kali bagian kaki dan tangannya kena gigit anjing-anjing liar tersebut.

Nahas, ketika berusaha bangkit dan berlari lagi, tanpa diketahui Mahdi tiba-tiba ada mobil double cabin yang tengah melaju dari arah berseberangan dan "braaaaaaaak!" 

Tabrakan yang menyebabkan benturan lumayan keras itu cukup melemparkan tubuh Mahdi sekitar tiga meter dari lokasi tertabrak, begitu juga dengan kawanan anjing liar tesebut yang akhirnya memilih melarikan diri.

Apa Kabar Nina?

"Ya Allah, apa yang telah terjadi? Kenapa seluruh badanku sakit semua?" Rintih Mahdi, sesaat setelah siuman dan merasakan sekujur badanya merasakan sakit luar biasa. Mahdi semakin kebingungan ketika melihat sekujur badannya diperban.

"Ya Allaaaaaaaaah kenapa seluruh badanku diperban? Dimana ini Ya Allah?" Masih dengan rintihannya, Mahdi berusaha membangun kesadarannya.

"Maaf kak, kakak istirahat saja ya! Kakak aman disini dan tadi ibu dokter Nina bilang sedang menjemput keluarga kakak", seorang perawat berparas manis dengan baju putih dipadu kerudung putih bersih berusaha menenangkan Mahdi sambil mengatur aliran cairan infus di samping ranjang tempatnya berbaring.

"Bu dokter Ni ... aaaah siapa tadi!?  Menjemput keluarga ... ah nggak paham saya!" rintih Mahdi yang disambut dengan senyuman oleh si perawat.

"Sudaaah, kakak istirahat saja, nggak usah dipikirkan ya!" Si perawat manis kembali menenangkan Mahdi sebelum berpamitan untuk menngunjungi pasien yang lain.

Betul saja, tidak berapa lama datang keluarga besar Mahdi yang dikenal di seantero kota sebagai dinasti pengusaha bakso yang sukses ke kamar tempat Mahdi dirawat. Berbeda dengan keluarga lain yang lebih memilih cara aman menjadi pengusaha bakso dengan meneruskan label dan nama besar "klan" bakso yang sudah kesohor, Mahdi lebih memilih menjadi pengusaha bakso dari nol dengan membangun nama "klan" sendiri. 

Mumpung masih muda, saya harus tahu usaha bakso dari pangkalnya hulu sampai muaranya hilir secara up to date dengan cara saya, seperti Mbah Kung, seorang perantau gigih ketika dulu pertama kali membangun "klan" bakso yang sekarang begitu populer.

"Alhamdulillah, kamu masih dikasih umur panjang le! Sing sabar, sareh ya le, ikhlaskan saja semuanya! "  Sambil mengusap kepala Mahdi, ibunda tersayang berusaha terus mneguatkan Mahdi untuk sabar dan ikhlas menerima semuanya.

"Inggih bu, Alhamdulillah" Mahdi berusaha tetap tersenyum sambil menahan rasa sakit disekujur tubuhnya ketika melihat ibundanya begitu tegar melihat kondisinya.

"Alhamdulillah, tadi pas Nina yang piket jaga di UGD dan begitu lepas piket langsung kerumah mengabari ibu. jadi ibu dan semuanya bisa segera kesini!" Ibu mencoba membuka obrolan dengan gaya khasnya yang selalu memikat. Kali ini ibu menyebut nama Nina, sosok gadis idaman semua pria yang pernah menanam benih-benih bunga cinta di hatiku untuk yang pertama kali, gumam Mahdi dalam hati. Tapi ...

"Nina?" Tanya Mahdi lirih yang sepertinya tidak begitu terdengar oleh ibundanya yang terus saja bercerita kronologi Mahdi sampai ke rumah sakit.

Kata Nina, tadi kamu diantar orang-orang tambang ke rumah sakit ini sekaligus sama sepeda motor dan juga gerobak baksomu., le! Tadi selain menitipkan uang dua puluh juta untuk ganti baksomu yang mereka makan, sekaligus uang jaminan untuk rumah sakit, mereka juga meninggalkan kartu nama ini jika ada kekurangan biaya pembayaran rumah sakit sampai kamu sembuh total.

"Alhamdulillah, Masha Allah ... bener bu?" Terbata-bata Mahdi berusaha meyakinkan dirinya sendiri atas semua yang diceritakan ibunya.

"Benar mas!"  Tiba-tiba ada suara yang sangat dikenal Mahdi, tapi sudah sangat lama sekali tidak pernah didengarkannya lagi. Tidak hanya membuat jantung Mahdi tiba-tiba berdetak sangat kencang, suara itu juga membuat Mahdi spontan hampir berdiri dari pembaringannya, tapi ...

"Aaaaaah ssssssssh Ya Allah sakiiiiiiit! Sambil merintih, Mahdi yang tidak bisa merubah posisi berbaringnya memilih mengarahkan sudut matanya ke arah asal suara yang secara perlahan mulai terlihat dan semakin lama semakin jelas di hadapannya.

"Nina, apa kabar?"

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun