Berdasarkan syair-syair kuno berbahasa Sabu, khususnya dari suku Mone Ama dapat digali informasi terkait asal-usul nenek moyang Pulau Sabu dan sekitarnya yang diduga kuat berasal dari negeri India.
Dalam syair-syair itu mengungkap negeri asal orang Sabu terletak sangat jauh di seberang lautan di sebelah Barat pulau yang mereka sebut sebagai Hura atau bernama Hura.Â
Leluhur orang Sabu tidak dapat melafalkan kata Surat dan Gujarat dengan fasih dan nyaman sebagaimana mestinya, sehingga mereka menyebutnya Hura.
Diduga, nama Hura ini merupakan bentuk adaptasi dari pelafalan masyarakat Sabu terhadap nama Surat atau Kota Surat, sebuah daerah di wilayah Gujarat Selatan yang terletak di sebelah Kota Bombay, Teluk Cambay, India Selatan yang pada abad ke 3-4 sudah terkenal sebagai pusat perdagangan dengan The Coromandel Coast-nya di India Selatan.Â
Teori ini sejalan dengan sejarah terjadinya eksodus alias perpindahan penduduk besar-besaran dari India Selatan ke kepualauan Nusantara. Akibat ekspansi Raja Chandragupta II dari India Utara yang berusaha menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil di seluruh daratan India termasuk kerajaan Gujarat di India Selatan yang menyebabkan peperangan panjang antara tahun 375-413 atau di seputar abad ke-3 hingga abad ke-4 .
Diduga kuat, rombongan pelarian perang dari Kota Surat di wilayah Gujarat ini terdampar dan akhirnya menetap di Pulau Sabu yang mungil dan aman, sekaligus menjadi tempat pemberhentian terakhir mereka.
Rombongan dari India selatan yang konon dibawah kepemimpinan Kika Ga dan saudaranya Hawu Ga inilah penduduk pertama, sekaligus nenek moyang masyarakat Pulau Sabu. Setelah terjadi kawin mawin campur dengan ras austronesia, mereka menyebar hingga ke pulau-pulau sekitar.
Masyarakat Pulau Sabu menyebut dirinya sebagai Do Hawu atau Orang dari Hawu dan menyebut pulau mereka sebagai Rai Hawu yang artinya Tanah dari Hawu.Â
Nama ini menurut mereka berasal dari nama Hawu Ga, saudara Kika Ga pemimpin rombongan eksodus dari India yang sampai ke Pulau Sabu, salah satu leluhur mereka yang pertama kali menapakkan kaki di Pulau Sabu.
Jejak Gajah Mada dan Majapahit
Ekpansi Kerajaan Majapahit dalam rangka mempersatukan nusantara pada abad ke-14 ternyata juga meninggalkan jejak di titik-titik terluar nusantara, salah satunya di Pulau Sabu.Â